BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 28 Oktober 2011

19. Dampak Global Yahudi Diaspora

387 kb Judul: Dampak Global Yahudi Diaspora

Penulis: Wakana

Tempat, penerbit, tahun: Pondok Gede, Bekasi: Penerbit LOGOS 2003

Nonfiksi: 228 halaman

Kategori: SEJARAH, SOSIAL-POLITIK

Isi: Daftar Isi, Kata Sambutan, Bagian I: Umum (Pengantar, Bab 1-3), Bagian II: Iptek dan Filsafat (Bab 4-8), setiap bab diakhiri Catatan Kaki

Harga per buku untuk JABODETABEK: Rp 20.000

Sistem pembayaran

  • Pesanan melalui: HP 0816955053 dan 08159742560; Tlp: (021)8445166 dan alamat email berikut:seba.woseba@gmail.com

  • Buku dan CD dikirim sesudah pembayaran (harga dasar ditambah ongkos pengiriman) dilunasi pemesan.

  • Nomor rekening, untuk pesanan perdana, akan disebutkan kepada pemesan yang sudah sepakat dengan harga tawaran kami.

***

Menurut Wakana, tidak banyak orang Indonesia punya pemahaman yang mendalam dan tepat mengenai orang-orang Yahudi Diaspora – orang-orang Yahudi dalam masa penyerakan sejak sekitar 2700 tahun yang lalu dan secara longgar disebut juga sebagai Yahudi Perantauan -  dan dampaknya dalam hampir semua segi kehidupan manusia secara global. Dampak itu tidak hanya ada dalam abad ke-20 dan awal abad ke-21 tapi ada juga di masa lampau.

sigmund freud 1921 Sigmund Freud 1921, bapa psikologi modern

Tujuan Buku Ini

Buku ini bertujuan untuk memperkenalkan dampak global Yahudi Diaspora kepada pembaca di Indonesia. Berbagai segi dampak ini diuraikan, dijelaskan, dan diperdalam sehingga pembaca bisa memperoleh suatu pemahaman yang cukup lengkap, rinci, dan berimbang.

niels bohr Niels Bohr, salah seorang fisikawan tentang  teori kuantum dan berdarah Yahudi

Dampaknya Selama Sekitar 2000 Tahun Terakhir

Dampak Global Yahudi Diaspora menegaskan bahwa dampak global Yahudi – khususnya, Yahudi Diaspora – memang ada selama berabad-abad. Jumlah total orang Yahudi sedunia, termasuk yang tinggal di Israel sampai dengan tahun 2003, kurang dari seperempat dari satu persen penduduk dunia yang berjumlah sekitar enam miliar orang pada tahun 2003. Statistik sampai dengan tahun 2003 menunjukkan jumlah total orang Yahudi sedunia sekitar 15  juta orang, dengan jumlah terbesar (sekitar 5,2 juta orang) tinggal di Amerika Serikat dan Israel (sekitar 5,6 juta orang). Selebihnya tersebar sebagai warga 33 negara di dunia. Dengan jumlah penduduk yang bervariasi dari 12.000 (Spanyol) sampai dengan 530.000 (Perancis), mereka tinggal di  Argentina, Azerbaijan, Belgia, Kanada, Perancis, Jerman, Hungaria, Kazakhstan, Meksiko, Belanda, Rusia, Spanyol, Swis, Ukraina, Venezuela, Australia, Belarus, Brazil, Cili, Georgia, Britania Raya, Iran, Italia, Latvia, Moldova, Romania, Afrika Selatan, Swedia, Turki, Uruguai, dan Usbeskistan, Jumlah di bawa 12.000 tinggal di negara-negara lain. Namun, mereka memberi dampak yang secara proporsional jauh melampaui jumlah pemberinya dalam hampir setiap bidang kehidupan manusia selama sekitar 2000 tahun terakhir.

albert einstein 1912 Albert Einstein (1912), fisikawan tenar itu

IPTEK, Agama, Filsafat, dan Bisnis

Pengaruh kuat mereka pada akal budi dan kehidupan banyak orang di dunia dalam hampir setiap segi kehidupan yang mana? Efek kuat mereka nyata, misalnya, dalam bidang sains dan teknologi, agama, filsafat, dan bisnis.

Khususnya dalam abad ke-20, para ilmuwan Yahudi membuat kemajuan hebat dalam ilmu fisika, kimia, kedokteran, ekonomi, kesusastraan, dan perdamaian. Dari sekitar 663 Hadiah Nobel yang dianugerahkan kepada para ilmuwan, sastrawan, dan tokoh perdamaian selama 100 tahun (antara 1901 dan 2001), sekurang-kurangnya 156 atau sekitar 24 persen dari hadiah itu dianugerahkan dalam kelima bidang tadi kepada orang-orang Yahudi Diaspora. Albert Einstein dan Niels Bohr, dua dari pemenang Hadiah Nobel itu, dan Sigmund Freud (bukan pemenang Hadiah Nobel), dipandang sebagai bapa psikologi modern, tergolong pada tokoh-tokoh garda depan sains abad ke-20; mereka membuka kepada dunia abad atom, abad nuklir, abad kuantum, dan rahasia dari akal budi manusia. Sumbangan ilmuwan-ilmuwan Yahudi bukan pemenang Hadiah Nobel lainnya kepada dunia khusus dalam bidang kedokteran mencakup perawatan pasien dengan insulin, vitamin, streptomisin, pil dan vaksin polio, tes Wasserman, tes Schick, dan tes golongan darah. Masih banyak lagi ilmuwan Yahudi Diaspora yang menonjol dalam sumbangannya kepada kemajuan ilmu pengetahuan sedunia, seperti J. Robert Oppenheimer (berjasa dalam pengembangan bom atom pertama AS yang dijatuhkan di Hiroshima dan ikut mengakhiri PD II di Pasifik); John Von Neumann, seorang matematikawan cemerlang yang salah satu penemuannya memperlengkapi semua komputer yang memakai CD-ROM masa kini;  Abraham Harold Maslow, pencetus psikologi humanistik yang terkenal di seluruh dunia di antaranya melalui teori psikologinya tentang hirarki kebutuhan; dan Arye Shternfeld, salah seorang “konstruktor utama” pesawat-pesawat ruang angkasa Rusia. Untuk ukuran populasi sekecil itu, persentase prestasi ilmiah mereka tergolong sangat besar.

j. robert oppenheimer J. Robert Oppenheimer, tokoh di balik bom atom pertama AS

Di luar ilmuwan Yahudi Diaspora tadi, mereka mengembangkan berbagai teknologi yang menjadi lazim di seluruh dunia. Emile Berliner menciptakan Gramofon Berliner, suatu alat yang memainkan musik yang direkam pada piringan. Andrew Grove adalah  pendiri dan kepala Intel, perusahaan yang memproduksi mikroprosesor yng dipasang dalam 90 persen komputer pribadi (PC)  di seluruh dunia. Hyman Rickover, seorang perwira tinggi AL Amerika Serikat, adalah pendorong dan perancang Nautilus, kapal selam nuklir pertama AS yang diluncurkan tahun 1954. Samuel Ruben adalah seorang penemu berbagai komponen listrik yang dipakai dalam berbagai peralatan listrik masa kini, seperti baterai alkalin. Albert Kahn terkenal sebagai “bapa rancangan pabrik modern”. Tokoh-tokoh teknologi fotografi mencakup dua orang peraih Hadiah Nobel untuk Ilmu Fisika: Gabriel Lippmann, seorang penemu yang membuat terobosan dalam fotografi berwarna masa awal; dan Dennis Gabor, penemu holografi, suatu proses membuat atau memakai hologram. Dua tokoh teknologi fotografi lainnya mencakup Edwin Land, penemu kamera Polaroid, dan Leopold Godowsky yang, bersama Leopold Mannes, seorang sahabatnya, menemukan filter berwarna untuk fotografi; penemuan mereka kemudian dibeli perusahaan fotografi Eastman Kodak dari AS. Luar biasa memang efek global para pakar teknologi berdarah Yahudi Diaspora.

dennis gabor Dennis Gabor, penemu holografi

Mereka tidak saja menonjol dalam bidang IPTEK. Mereka pun menonjol dalam bidang agama dan filsafat. Selama 2000 tahun terakhir, orang Yahudi Diaspora memengaruhi agama Kristen dan ajarannya, agama yang dianut sekitar dua miliar penduduk dunia pada tahun 2003. Karl Marx, seorang “raksasa” filsafat dan berdarah Yahudi, punya lebih dari satu miliar penganut Marxisme, suatu ideologi politik berdasarkan teori Karl Marx dan Friedrich Engels, di seluruh dunia. Bahkan Soekarno, presiden pertama RI, dan Partai Komunis Indonesia di masa lampau dipengaruhi filsafat Marx.

karl marx Karl Marx, filsuf yang punya satu miliar penganut ideologinya di seluruh dunia

Pengaruh kuat yang mendunia dari Yahudi Diaspora tampak juga dalam bisnis. Ada bisnis film komersial dan tokoh-tokoh Yahudi di belakangnya. Beberapa film komersial Steven Spielberg, seorang sutradara film berdarah Yahudi-AS, tergolong film-film terbaik yang ditonton di seluruh dunia. Ada juga bisnis film dan bioskop yang namanya terkenal di seluruh dunia, seperti MGM, Universal Studios, Paramount Pictures, 20th Century Fox, dan Columbia Pictures. Perusahaan film dan bioskop ini yang produksi filmnya ditonton berbagai generasi di seluruh dunia didirikan orang-orang Yahudi-AS. Lalu, ada bisnis pakaian.  Siapa yang tidak mengenal jins Levi yang termasyhur itu, yang kini masih dipakai di seluruh dunia dan mengilhami pembuatan jins-jins lain dengan berbagai merek? Levi Strauss, penemu jins itu, adalah seorang pengusaha pakaian berdarah Yahudi-AS. Dan masih banyak lagi orang-orang Yahudi Diaspora yang terkenal dalam bidang bisnis yang berpengaruh besar di dunia.

Lima Pertanyaan Pokok

Untuk memperjelas tujuan buku seperti yang sudah disebutkan, Wakana mengajukan lima pertanyaan pokok sebagai penuntun tulisannya. Pertama, siapakah orang-orang Yahudi yang memberi dampak kepada dunia? Kedua, faktor-faktor apakah yang membuatnya punya pengaruh global? Ketiga, bagaimana orang Yahudi memberi dampak pada dunia? Keempat, apakah landasan dari dampak global Yahudi Diaspora? Kelima, apakah dampak mereka akan berlanjut dalam abad ke-21?

andrew grove Dr. Andrew Grove, dinobatkan oleh mingguan Time 1997 sebagai Tokoh Tahun 1997

Dua Bagian Buku

Jawaban rinci atas kelima pertanyaan mendasar tadi diuraikan Wakana dalam dua bagian utama bukunya. Bagian pertama membahas pengaruh global Yahudi secara umum dalam tiga bab: dampaknya pada kebudayaan dan peradaban dunia, dampaknya di masa lampau dan kini, dan pertanyaan tentang apakah dampaknya masih akan berlanjut di masa depan, yaitu, di abad ke-21. Ketiga bab ini didahului suatu pengantar tentang sejarah penderitaan orang-orang Yahudi Diaspora, paradoks tentang penerimaan dan pemakaian produk-produk mereka di seluruh dunia dan kebencian musuh-musuh Yahudi yang entah suka entah tidak tetap memakai produk-produk itu, realitas bahwa mereka suatu kelompok bangsa yang kecil tapi berpengaruh besar di dunia, sejarah diaspora, sejarah keturunan Yahudi Diaspora, dan tujuan buku Wakana.

Bagian kedua merinci dampak Yahudi Diaspora dalam bidang IPTEK dan filsafat dalam enam bab. Bab 4 tentang Hadiah Nobel yang diterima berbagai ilmuwan Yahudi dalam abad ke-20 dan beberapa pada tahun 2002 dan dampak global mereka melalui ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu kedokteran atau fisiologi, ilmu ekonomi, kesusastraan, dan perdamaian. Bab 5 membicarakan efek kuat lain mereka dalam bidang IPTEK. Bab 6, 7, 8, dan 9 merinci dampak mereka berturut-turut dalam fotografi, film dan bioskop, media massa, dan filsafat. Setiap bab diakhiri catatan kaki, seharusnya adalah catatan akhir.

levi strauss Levi Strauss, perancang jins Levi yang mengilhami pembuatan jins-jins bermerek lain kemudian hari

Perkenalan tentang Dampak Global Yahudi Diaspora

Buku ini adalah suatu perkenalan kepada pembaca awam atau umum di Indonesia tentang dampak global Yahudi Diaspora. Dengan gaya tutur yang mudah dicerna dan terkadang kritis, Wakana, sang penulis, banyak kali membiarkan tokoh-tokoh Yahudi sendiri dan para pakar untuk berbicara. Dengan demikian, dampak global mereka diharapkan bisa dipahami secara empatik, kritis, dan berimbang.

Suatu kekhasan buku ialah upaya penulis menelusuri dampak Yahudi Diaspora di Indonesia. Berkali-kali, dia menunjukkan bahwa dampak itu ada – dalam bidang filsafat, IPTEK, politik, kesusastraan, kesenian, dan bidang-bidang lain.

Demi nasionalisme, apakah kita perlu mengikis habis dampak global Yahudi Diaspora di Indonesia? Mengikis habis “produk-produk” Yahudi tanpa menggantikannya dengan produk-produk kita yang sama atau lebih baik bisa berakibat luar biasa. Kemajuan hidup kita di abad ke-21 bisa mundur jauh ke zaman nenek moyang kita. Suka atau tidak, kita tidak bisa mengelak dari dampak global Yahudi Diaspora.

Wakana menyiratkan melalui buku ini suatu kearifan praktis dari pemahaman kita tentang dampak global Yahudi Diaspora. Kalau belum ada pengganti yang lebih baik, bukankah lebih baik bagi kita memanfaatkan dampak itu bagi pembangunan bangsa dan negara kita? Bekas Uni Soviet, Rusia, Amerika Serikat, dan berbagai negara maju di Eropa sudah lama memanfaatkan berbagai sumbangan Yahudi Diaspora bagi kemajuannya. Mengapa kita tidak boleh – atau tidak bisa?

Jumat, 14 Oktober 2011

18. Suatu Pengembaraan Ilmiah dalam Ruang Hiper

hyperspace1 Judul: Hyperspace, A Scientific Odyssey Through Parallel Universes, Time Warps, and the 10th Dimension


Penulis: Michio Kaku

Ilustrasi: Robert O’Keefe

Tempat, penerbit, dan tahun penerbitan: Oxford: Oxford University Press, 1994

Jumlah halaman: 370

Kategori: ILMU FISIKA TEORITIS, KOSMOLOGI

Isi: Preface; Acknowledgements; Part I Entering the Fifth Dimension (bab 1-4); Part II Unification in Ten Dimensions ( bab 5-9); Part III Wormholes: Gateways to Another Universe (bab 10-12); dan Part IV Masters of Hyperspace (bab 13-15); Notes; References and Suggested Reading; dan Index

***

Dunia Tidak Selebar Daun Kelor

Selama berabad-abad, kita hidup dalam ruang tri-matra (three-dimensional) yang dibatasi ukuran panjang, lebar, tinggi atau dalam. Kita percaya bahwa dunia kita cuma tri-matra.

Tapi apakah realitas cuma tri-matra? Ternyata tidak. Ada dimensi-dimensi di luar dimensi ruang kita, dimensi-dimensi yang lebih “tinggi”. Ruang yang berisi dimensi-dimensi yang lebih tinggi ini disebut ruang hiper (hyperspace), begitu kata para ahli ilmu fisika teoritis modern.

Dimensi-dimensi yang lebih tinggi dari sekadar ruang tri-matra, atau ruang-waktu catur-matra, tidak bisa kita lihat. Mengapa? Kita dibatasi oleh otak tri-matra yang tidak memampukan kita “melihat” dimensi keempat dan dimensi-dimensi lebih tinggi lainnya. Ketidakmampuan kita melihat dimensi-dimensi lebih tinggi ibarat orang buta yang mencoba memahami konsep warna. Seperti kata Michio Kaku, “Kita seperti ikan gurame yang puas berenang di dalam kolam, yakin bahwa alam semesta kita terdiri hanya dari barang-barang yang bisa kita lihat atau sentuh, dari dunia yang lazim dan nampak, tapi kita menolak mengakui bahwa alam semesta atau dimensi paralel bisa ada di samping alam semesta kita, hanya di luar jangkauan kita.” Secara matematik, kita bisa menyelidiki dimensi-dimensi N. Meskipun pelengkungan alam semesta adalah suatu dimensi yang “tidak dilihat”, pelengkungan ini sudah diukur melalui percobaan ilmiah.

Semakin tinggi pengembaraan kita, semakin mendekati cerita rekaan ilmiah jadinya ilmu fisika teoritis. Kita menemukan konsep ruang hiper tentang, misalnya, lubang-lubang cacing dan perjalanan menembus waktu (time travel).

Teori tentang Ruang Hiper

Teori tentang Ruang Hiper disebut juga Teori Adidawai (Superstring Theory) atau Teori Gravitasi Super (Supergravity Theory). Teori ini berbicara tentang ruang hiper (hyperspace).

Hyperspace atau ruang hiper secara sederhana berarti ruang berdimensi lebih “tinggi”, yaitu, berisi lebih dari tiga dimensi yang lazim kita tahu dan alami: ukuran panjang, lebar, tinggi atau dalam. Ketika waktu ditambahkan pada ruang, maka muncullah istilah “ruang-waktu”. Waktu yang ditambahkan kepada ruang tri-matra atau tridimensional mengakibatkan ruang-waktu menjadi catur-matra (four-dimensional). Tapi ruang hiper, menurut ilmu fisika teoritis, punya lebih dari empat dimensi. Yang sering kali dikemukakan adalah bahwa ruang hiper punya sepuluh dimensi.

Dua alam semesta sesudah Dentuman Besar

Menurut Michio Kaku, alam semesta kita lahir miliaran tahun yang lalu melalui suatu Dentuman Besar (Big Bang). Dentuman Besar tidak terjadi sekali saja tapi berkali-kali sehingga yang benar adalah bahwa ada banyak alam semesta yang lahir melalui banyak Dentuman Besar.

Teori ruang hiper mengatakan sebelum salah satu Dentuman Besar itu, alam semesta kita sebenarnya adalah suatu alam semesta dasa-matra yang sempurna. Alam semesta berdasa-matra itu memungkinkan perjalanan antar-matra (inter-dimensional) kalau ia ada masa kini. Akan tetapi, suatu perubahan kosmik terjadi: alam semesta dasa-matra yang sempurna itu “retak” menjadi dua bagian. Keretakan itu lalu menghasilkan dua alam semesta yang terpisah: satu alam semesta catur-matra (yaitu, ruang-waktu) dan satu alam semesta sad-matra (six-dimensional). Alam semesta tempat kita tinggal lahir dari perubahan kosmik tadi dan bersifat catur-matra.

Alam semesta catur-matra kita mengembang secara eksplosif. Sementara itu, alam semesta sad-matra kembar kita menyusut secara hebat sampai mencapai suatu ukuran yang sangat kecil. Ini menjelaskan asal muasal Dentuman Besar. Kalau betul, teori ini menunjukkan bahwa pengembangan yang cepat dari alam semesta hanyalah suatu “gempa susulan” dari suatu peristiwa perubahan yang jauh lebih besar, yaitu, retaknya ruang dan waktu itu sendiri. Energi yang menggerakan pengembangan yang diamati dari alam semesta itu lalu ditemukan dalam ambruknya ruang dan waktu dasa-matra. Menurut teori ini, bintang dan galaksi yang jauh tengah menjauh dari kita pada kecepatan astronomik karena keambrukan awal dari ruang dan waktu dasa-matra.

Penyatuan Teori Kuantum dan Relativitas Umum

Teori ilmu fisika modern tentang dimensi-dimensi lebih tinggi memampukan kita mengurangi jumlah informasi yang luar biasa besarnya menjadi suatu bentuk yang ringkas dan anggun. Bentuk ini menyatukan dua teori ilmu fisika modern paling hebat dari abad ke-20: Teori Kuantum dan Teori Relativitas Umum.

Kaku menulis bukunya, terutama untuk pembaca awam yang berminat pada ilmu fisika teoritis tentang ruang hiper. Bukunya boleh dipandang sebagai suatu pengantar kepada konsep-konsep tentang dimensi-dimensi lebih tinggi, hubungannya dengan teori-teori yang sekarang diterima, dan penyatuan semua forsa (force, forces) dalam sepuluh dimensi. Bukunya mengalir dengan mulus dan tidak sekalipun menyibukkan pembaca dengan terlalu banyak fakta teknis. Bukunya ditulis dan diorganisasi dengan sangat baik dan membuat ilmu fisika teoritis tingkat tinggi yang sangat sulit menjadi mudah dibaca, dipahami, dan dinikmati.

Ini suatu pengembaraan ke dalam sejarah perkembangan konsep ruang hiper. Konsep ini mencakup dimensi ruang keempat dan ruang lebih tinggi untuk menjelaskan teka-teki dan masalah yang tidak dipecahkan dari teori medan terpadu. Sejak dalil teori relativitas khusus, Albert Einstein dan fisikawan-fisikawan sesudah dia masih bergelut untuk menjelaskan keempat forsa alami fundamental (forsa elektromagnetik, nuklir lemah, nuklir kuat, dan gravitasi) melalui satu teori medan terpadu, disebut juga Teori Segala Sesuatu. Sebelumnya, ketiga forsa pertama digolongkan pada Teori Kuantum sementara forsa gravitasi adalah bagian dari Teori Relativitas Umum. Teori kuantum menyoroti zarah-zarah (particles) subatomik, dunia kecil, sementara Teori Relativitas Umum membicarakan kosmos, alam semesta. Teori yang populer yang diajukan untuk menyatukan keempat forsa alami fundamental ini disebut Teori Adidawai. Dengan kata lain, Teori Adidawai bertujuan untuk menyatukan forsa-forsa kosmos dan mikrosmos melalui satu teori tunggal.

Ringkasan Keempat Bagian Hyperspace

Secara ilmiah, teori ruang hiper dikenal melalui nama-nama lain seperti teori Kaluza-Klein dan teori Gravitasi Super. Tapi dalam bentuknya yang paling maju, ia disebut Teori Adidawai. Teori ini meramalkan bahwa ada sepuluh dimensi di alam semesta.

Buku setebal 370 halaman ini dibagi menjadi empat bagian. Setiap bagian mencakup beberapa bab.

Bagian 1 (empat bab) mengembangkan sejarah awal ruang hiper yang dimulai pertengahan tahun 1800-an. Bagian ini menekankan tema bahwa hukum-hukum alam menjadi lebih sederhana ketika diungkapkan dalam dimensi-dimensi yang lebih tinggi. Misalnya, dalam ruang-waktu, hukum gravitasi dan radiasi elektromagnetik (seperti cahaya) masing-masing mematuhi suatu ilmu fisika dan matematika yang berbeda. Akan tetapi, kalau suatu dimensi kelima ditambahkan pada rangkaian kesatuan (continuum) ruang-waktu, maka persamaan matematik yang “mengendalikan cahaya dan gravitasi tampak bergabung bersama seperti dua potongan suatu teka-teki menyusun potongan-potongan gambar (jigsaw puzzle).”

Apa kesimpulan utama bagian 1?  Ruang-waktu tidak memadai atau “terlalu kecil” untuk memerikan forsa-forsa yang membentuk alam semesta kita. Akan tetapi, ketika diungkapkan dalam dimensi-dimensi yang lebih tinggi, ada “ruang yang cukup” untuk menjelaskan forsa-forsa ini.

Bagian 2 (lima bab) mengembangkan kesimpulan bagian 1. Bagian 2 menekankan bahwa teori ruang hiper bisa menyatukan keempat forsa fisikal alam (dan juga himpunan zarah-zarah subatomiknya) menjadi satu teori utama (disebut “Teori Segala Sesuatu”), suatu penyatuan yang Albert Einstein tidak mampu capai.

Ruang hiper menunjukkan kemungkinan bahwa segala sesuatu yang kita lihat keliling kita (seperti pohon, gunung, dan bintang) hanya getaran. “Kalau ini benar, maka ini memberi kita suatu sarana anggun, sederhana, dan geometrik untuk menyediakan suatu pemerian yang terpadu dan kuat tentang seluruh alam semesta.”

Bagian tiga (tiga bab) menjelajahi kemungkinan bahwa, dalam keadaan ekstrim, ruang bisa direntangkan sampai ia sobek dan tercabik. Dari kondisi ini, kita memperoleh konsep “lubang-lubang cacing” atau terowongan-terowongan yang menghubungkan bagian-bagian yang jauh dari ruang dan waktu. Jadi, perjalanan menembus waktu melalui mesin waktu yang memanfaatkan terowongan ini bisa dimungkinkan.

Para ahli kosmologi sudah mengusulkan kemungkinan bahwa alam semesta kita hanyalah satu di antara sejumlah yang tak terperikan dari alam semesta paralel. Dengan menganalisis persamaan-persamaan matematik Einstein, mereka sudah menunjukkan bahwa boleh jadi ada suatu jaringan lubang-lubang cacing yang menghubungkan semua alam semesta itu.

Meskipun bersifat teoritis, perjalanan di dalam ruang hiper akhirnya bisa menyediakan penerapan paling praktis dari semuanya: menyelamatkan kehidupan cerdas, termasuk kehidupan kita, dari kematian alam semesta karena keambrukan. Dalam detik-detik terakhir kematian alam semesta kita, kehidupan cerdas bisa melarikan diri dari keambrukan ini dengan memasuki ruang hiper.

Bagian 4 (tiga bab) diakhiri dengan suatu pertanyaan terakhir yang praktis. Kalau teori ruang hiper terbukti betul, maka kapan kita akan mampu menambang dayanya? Ketika peradaban kita mengembangkan kemampuan teknis yang memungkinkan kita menambang energi yang luar biasa yang dibutuhkan untuk memanipulasi ruang-waktu atau berharap melakukan kontak dengan suatu peradaban yang secara teknis maju yang sudah menguasai ruang hiper. (Termasuk dalam buku ini adalah suatu pembahasan yang baik tentang peradaban di luar Bumi.)

Sementara itu, kita bisa menghitung energi yang tepat yang dibutuhkan untuk menciptakan suatu “lengkungan waktu” (tempat ruang dan waktu dipuntir menjadi sebuah “kue kering yang asin”). Atau kita menciptakan lubang-lubang cacing yang menghubungkan bagian-bagian jauh dari alam semesta kita. Buku ini diakhiri dengan spekulasi tentang tingkat teknologi yang kita  butuhkan untuk melakukan tindakan-tindakan besar ini, suatu teknologi yang akan membuat kita “penguasa ruang hiper”.

Komentar

Teori-teori ilmu fisika modern tentang dimensi lebih tinggi sulit sekali untuk dipahami. Kita tidak bisa melihat dimensi itu tapi hanya membayangkannya secara matematik. Meskipun demikian, penulis Hyperspace berhasil menyingkapkan dunia ilmu fisika teoritis modern tentang dimensi-dimensi lebih tinggi kepada pembaca awam, mereka yang bukan ahli ilmu fisika teoritis.

Bagi Anda yang ahli ilmu fisika dan matematika, Hyperspace bisa dipandang sebuah buku lain tentang sains yang disajikan secara populer. Michio Kaku melakukan suatu tugas yang sangat bagus dengan mendekatkan ilmu fisika teoritis kepada para pembaca awam. Uraiannya jelas dan menyeluruh, dan dia memanfaatkan analogi-analogi yang istimewa.

Beberapa teori yang disajikan dalam buku ini sudah berkembang sejak penerbitan buku ini pada tahun 1994. Tapi buku ini suatu permulaan yang sangat baik untuk membiasakan diri dengan konsep-konsep kunci yang dibutuhkan untuk memahami topik-topik yang lebih maju.

Dr. Michio Kaku

Michio Kaku salah seorang  pelopor terkemuka teori adidawai dan sudah memelopori revolusi ini dalam ilmu fisika modern. Dia seorang Profesor Ilmu Fisika Teoritis pada City College City University of New York, Amerika Serikat. Dia tamatan Universitas Harvard dan memperoleh gelar doktor dari Universitas Berkeley. Dia penulis berbagai buku tentang ilmu fisika teoritis untuk pembaca awam, termasuk Hyperspace.  Dia seorang warga negara Amerika Serikat keturunan Jepang.

michio kaku
Dr. Michio Kaku


Rincian tentang Hyperspace pada Blog Infoiptek21

Anda yang ingin mendalami buku Kaku bisa membaca http://infoiptek21.blogspot.com yang sudah terbit beberapa tahun yang lalu. Bukunya menjadi suatu acuan utama blog ini.

Kamis, 15 September 2011

17. Mengiringi Lagu-Lagu Gereja

cover buku lagu~1 Judul: Mengiringi Lagu-Lagu Gereja Gitar Melodi, Ritme, dan Bas Akustik Jilid Satu

Penulis: C. Akwan

Penerbit: Pondok Jatimurni Pondok Melati, Bekasi 2011

Jumlah halaman: 142 halaman

Ringkasan Isi: Pengantar; Daftar Isi (Bagian Satu Jenis Birama 2/4, Bagian Dua Jenis Birama 3/4 dan 6/4, Bagian Tiga Jenis Birama 6/8, 9/8, dan 12/8, dan Bagian Empat (Lampiran-Lampiran, mencakup Perbandingan Dua Lagu Rakyat Indonesia Tapanuli dan Irian, Notasi Balok Dasar, Notasi Khusus untuk Gitar, dan Petunjuk Tempo); dan Acuan. Berisi 15 pelajaran campuran tingkat dasar, madya, dan maju tentang berbagai irama musik pop Barat, seperti Country, Slow Waltz, Country-Style Waltz, Quick Waltz, Gospel Style, Ballad, Slow Rock, Folk-Ballad 1960-an, dan Blues-Rock. Memakai notasi balok, tablatur, notasi ritmik dan irisan, dan disertai CD yang berisi ke-15 lagu instrumental di dalam buku ini untuk mempermudah pelajaran bermain gitar irama mengikuti standar internasional.

Kategori: MUSIK/GITAR AKUSTIK

Harga dasar per buku dan CD: Rp 70,000 (tujuh puluh ribu rupiah). Ditambah ongkos pengiriman lewat pos demikian:
  • Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi): Rp 3,500
  • DI Aceh: Rp 9,500
  • Sumut/Jambi/Kaltim: Rp 8,500
  • Sumbar/Riau/Bengkulu/Sulsel/Bali/NTB: Rp 8,000
  • Lampung/Jabar/DI Yogyakarta: Rp 6,000
  • Jateng: Rp 6,500
  • Jatim/Kalbar: Rp 7,500
  • Kalsel: Rp 7,000
  • Kalteng: Rp 10,000
  • Sulut/Sulteng: Rp 9,000
  • NTT: Rp 12,500
  • Maluku Rp 11,000
  • Papua: Rp 12,000
Sistem pembayaran
  • Pesanan melalui: HP 0816955053 dan 08159742560; Tlp: (021)8445166 dan alamat email berikut: seba.woseba@gmail.com
  • Buku dan CD dikirim sesudah pembayaran (harga dasar ditambah ongkos pengiriman) dilunasi pemesan.
  • Nomor rekening, untuk pesanan perdana, akan disebutkan kepada pemesan yang sudah sepakat dengan harga tawaran kami.
*******
Banyak buku tentang bermain gitar menyajikan pelajaran yang  tidak terpadu. Ada yang mengajarkan cara memetik gitar melodi, memainkan gitar pengiring, memetik gitar solo atau gitar bas, memainkan bermacam-macam akord, atau bermain drum saja. Sedikit sekali yang menyajikan pelajaran yang menggabungkan semuanya ke dalam satu paket.

Memainkan Lagu-Lagu Gereja Gitar Melodi, Ritme, dan Bas Akustik Jilid Satu memadukan pola iringan lagu dengan jalur basnya yang sesuai. Ia bertujuan untuk menolong para pemakainya bermain gitar melodi, gitar pengiring, dan gitar bas mengikuti suatu pola iringan yang pasti untuk mengiringi suatu lagu gereja. Akan tetapi, gitar melodi yang dimaksud dibatasi pada gitar akustik yang dipakai untuk memetik melodi secara arpejio (arpeggio) atau dengan mengikuti notasi-notasi tertentu. Dengan demikian, buku ini tidak mengajarkan cara memainkan drum dan pola petikan gitar melodi.

Meskipun demikian, memainkan drum dan pola petikan gitar melodi yang tidak diajarkan mudah disesuaikan. Pola-pola iringan yang disajiikan dalam buku ini bersifat baku. Dengan sifat ini, pemain gitar melodi dan penabuh drum yang terlatih baik akan cepat menyesuaikan iringannya dengan pola-pola iringan itu.

Selanjutnya, buku ini salah satu dari tiga jilid. Setiap jilid berisi suatu kelompok jenis birama; berbagai irama yang tergolong pada kelompok ini; penjelasan ringkas tentang sejarah dan unsur-unsur atau ciri-ciri utama; judul-judul lagu; dan notasi lengkap disertai kata-kata atau lirik lagu itu.

Ada enam aturan yang mendasari susunan tadi. Simaklah aturan-aturan ini.

Pertama, berbagai jenis irama (style, rhythm) yang digolongkan pada jenis birama (time signature) tertentu tidak bersifat mutlak. Misalnya, irama Country bisa tergolong pada jenis birama 2/4, 3/4, dan 4/4. Jenis-jenis irama yang dipilih lebih berdasarkan keseringan pemakaiannya pada jenis birama tertentu.

Kedua, fokus buku ini pada latihan irama melalui iringan dan petikan untuk mengiringi lagu gereja. Jalur bas yang sesuai dengan irama yang dilatih ditambahkan. Melodi dibatasi pada notasi dasar melodi yang Anda mainkan dengan gitar melodi. Anda boleh membuat hiasan atau improvisasi ketika memetiknya. Contoh-contoh melodi dasar dalam buku ini dimainkan melalui berbagai instrumen, seperti piano, keyboard, dan gitar akustik.

Ketiga, buku ini ditujukan terutama pada pemain gitar awam yang ingin profesional. Mereka dipandang sudah punya pemahaman dan penguasaan yang mendasar dari teori musik Barat, termasuk kemampuan membaca not balok, notasi ritmik untuk iringan gitar, dan tablatur. Untuk mereka yang ingin belajar membaca, dan menguasai notasi musikal yang sangat mendasar, kami melampirkan ABC teori musik Barat (Lampiran II, III, dan IV).

Keempat, kami menetapkan suatu aturan umum tentang perimbangan antara tingkat kesulitan irama dan jumlah akord yang dipakai untuk mengiringi suatu lagu gereja. Pola irama yang rumit lebih mudah Anda kuasai melalui pemakaian yang terbatas dari jumlah dan jenis akord. Jumlah dan jenis akord yang “sarat” atau banyak pada setiap birama lebih mudah Anda kuasai melalui pola irama yang sederhana.

Kelima, berbagai jenis irama yang dipakai kami pilih berdasarkan beberapa pertimbangan. Irama itu cocok dengan lagu yang diiringi, cocok dengan suasana ibadah Kristiani, dan tidak menimbulkan kesulitan besar untuk diatasi oleh pemain gitar.

Keenam, kami menyertakan CD yang berisi contoh-contoh lagu dalam setiap buku, termasuk buku ini. Hampir setiap contoh dimainkan dua kali, diawali jumlah ketukan atau intro tertentu sebagai aba-aba persiapan bermain gitar iringan. Dengarkanlah dulu contoh itu lalu bermainlah bersamanya sampai Anda mahir.

Untuk memberi sedikit gambaran audial tentang isi buku ini, kami lampirkan dua contoh lagu dari CD itu. Yang pertama, Hai Dunia, Gembiralah, suatu lagu Natal tenar yang dalam buku ini dimainkan dengan irama Country 2/4. http://www.4shared.com/audio/dsTGSNRV/02_-_KJ_-_HAI_DUNIA_.html?
Yang kedua, Rahasia Kasih, suatu lagu gereja yang indah dan syahdu dengan irama Folk-Ballad 1960-an dan memakai jenis birama 12/8. Tingkat kesulitan iringan kedua lagu itu madya/maju. http://www.4shared.com/audio/TqTjs3fP/14_-_NN_-_RAHASIA_KASIH.html?

C. Akwan, penulis buku ini, mulai bermain gitar pada usia dua belas tahun. Keahlian utamanya adalah pemain gitar pengiring (rhythm). Selain pemain gitar pengiring, dia seorang pemimpin grup vokal; paduan suara (anak-anak, lelaki, dan campuran); ketua dewan yuri berbagai festival ben dan nyanyi; dan seorang anggota redaksi Topchords terbitan Salatiga, Jawa Tengah (dipandang salah satu majalah musik terbaik paruhan kedua tahun 1970-an dan awal 1980-an) antara 1976 dan 1980. Berkali-kali, grup vokal dan paduan suara kampus yang dia pimpin dalam lomba PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni) universitas dan akademi provinsi Jawa Tengah menjadi juara satu, dua, atau tiga. Dalam sebagian lomba itu, dia ikut serta sebagai pemain gitar iringan atau hanya sebagai pelatih. Sesudah bekerja di Jakarta dan Palembang (1980-2002), dia tetap bermain gitar iringan dalam berbagai kesempatan. Kariernya memimpin paduan suara (anak-anak, grup vokal, dan paduan suara campuran) dimulai 1964 dan masih diteruskan sampai sekarang. Pendek kata, C. Akwan boleh dibilang punya pengalaman yang kaya dan punya prestasi dalam bidang musik, khususnya, dalam paduan suara dan bermain gitar iringan.

Rabu, 31 Agustus 2011

16. Jungle Pimpernel 5

jungle pimpernel2 Di mana ter Poorten? Amthony van Kampen mendengar dia diduga bekerja di sekitar Sarmi.

Di Hollandia, van Kampen berkenalan dengan dua orang lelaki Belanda sebagai sumber informasi tentang Nieuw Guinea, kemudian menjadi temannya yang baru. Yang pertama, Pendeta Oudshoorn dan, yang kedua, Tylingen, seorang pegawai pamong praja. Mereka berdua punya pengetahuan yang luas tentang Nieuw Guinea Belanda.

Nieuw Guinea Belanda menurut Oudshoorn

Pendeta Oudshoorn menjadi salah satu sumber berwibawa tentang Nieuw Guinea Belanda. Apa yang dia ceritakan memberikan suatu latar belakang yang akan menolong van Kampen dan pembaca bukunya memahami lebih jauh tidak saja sisi-sisi tertentu NGB tapi juga lanjutan kisah van Kampen, terutama tentang ter Poorten.

Nieuw Guinea, kata Oudshoorn, punya iklim yang sulit. Tidak ada musim kemarau yang panjang seperti di Indonesia. Di NG, hujan hampir setiap hari. (Kawasan Merauke di NGB bagian selatan yang mengenal musim kemarau dan hujan seperti di Jawa adalah suatu kekecualian.)

Tiap orang Belanda, lanjut sang pendeta, takut terhadap NG sekalipun ada isu tentang emas di pedalaman.  Empat abad silam, NG disebut dalam bahasa Spanyol sebagai  Isla de Oro, Pulau Emas. Memang ada emas masa kini. (Penggalian tambang tembaga dan emas oleh Freeport di Tembagapura pada zaman Indonesia membuktikan bahwa emas memang ada di NG dan Papua masa kini.)

Sekalipun ada emas di NG, Oudshoorn tidak punya pandangan cerah tentang tantangan hebat alam NG bagi orang Belanda dan orang asing lainnya. “Saya tidak percaya ada satu daerah [lain] di bumi yang sangat bermusuhan seperti Nieuw Guinea,” katanya (164).

Hanya emas sebagai suatu komoditas yang ada di NGB? Tidak, jawab sang pendeta. Selain emas, ada kopra, damar, kopal, minyak bumi, bauksit, mutiara, kayu, batu bara, dan lain-lain. Di Kepala Burung, ada eksplorasi minyak bumi. (Eksplorasi ini dilakukan menjelang PD II oleh Nederlands Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij di singkat NNGPM, suatu perusahaan minyak bumi dari Belanda, yang berhasil menemukan dan mengekspor minyak bumi tapi kemudian menutup usahanya menjelang penyerahan kedaulatan atas Irian Barat kepada Indonesia 1963.)

victor de bruijn Dr. J.V. de Bruyn, sang Jungle Pimpernel

Selain sumber daya alami, NG pun kaya akan keanekaragaman fauna, kata Oudshoorn.  Misalnya, ada delapan puluh jenis burung cenderawasih yang berbeda-beda di daerah ini.

Apakah Kerajaan Belanda tertarik pada kekayaan NG dan menunjukkan kesungguhan untuk membangunnya? Pendeta Oudshoorn sangsi tentang kesungguhan pemerintahnya memnbangun daerah jajahannya.

Menurutnya, NG anak tiri Kerajaan Belanda. Negaranya mengabaikan kewajibannya membentuk dasar-dasar peradaban modern pada penduduk asli NG. Yang membentuk dasar-dasar peradaban itu malah bukan pemerintah di Belanda melainkan para misionaris Protestan dan Katolik Belanda dan dari negara Barat lainnya, seperti dari Amerika Serikat, dan segelintir pegawai kementerian dalam negeri Belanda yang idealis di NG. Sang pendeta selanjutnya menjelaskan tentang kesulitan pekerjaan misi Protestan dan Katolik di NG dan mengkritik pemerintah Belanda yang mengabaikan kewajibannya membangun NG.

Mengapa Kerajaan Belanda mengabaikan kewajibannya membangun NG? Daerah ini suatu “pojok dunia”, suatu tempat terkutuk bagi orang Belanda, jawab Oudshoorn.

Nieuw Guinea Dikenal dari Laut

Kemudian, untuk melihat seluruh pantai NGB, untuk melihat kehidupan orang Papua di pesisir, van Kampen melakukan pelayaran dengan menumpang kapal Maria Magdalena. Kapal ini berasal dari Port Moresby, Papua-New Guinea.  Pelayarannya selama tiga bulan; van Kampen menemukan bahwa laut keliling NG sepi.

Meskipun demikian, dia melihat hal-hal menakjubkan dari laut-laut tropis NGB. Tampak, misalnya, pulau-pulau kecil yang muncul begitu saja sebagai firdaus kecil dari permukaan laut. Selain itu, dia melihat penyelam-penyelam yang mencari mutiara, nelayan Papua, pemburu burung, dan penyelundup.

Sesudah pelayaran selama tiga bulan, Maria Magdalena kembali ke kepulauan Bismarck di Papua-New Guinea dan akan kembali lagi ke Hollandia sesudah lima bulan.

Jan ter Poorten di Pedalaman Sarmi

Sesudah pelayaran itu, Anthony van Kampen dipanggil pulang ke Belanda untuk suatu jangka waktu yang singkat. Tapi “cerita-cerita kuat” dia melalui media cetak tidak dipercaya pembaca Belanda. Dia marah dan kecewa karena cerita-ceritanya yang dibaca di koran-koran Belanda dinilai sebagai fantasi, padahal, menurut dia, itu benar.

Sekembalinya ke Hollandia, dia ingin mengetahui lebih jauh tentang kehidupan dan pekerjaan Jan ter Poorten di sekitar Sarmi. Dari van Noort, seorang Belanda yang menjadi Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) di Sarmi, VK mendapat kabar bahwa ter Poorten bekerja di pedalaman Sarmi.

Akhirnya, keinginannya bertemu lagi dengan ter Poorten di Sarmi terwujud. Dia berangkat ke sana bersama Oudshoorn dan Tylingen dengan menumpang kapal motor Higgins milik pemerintah di Hollandia. Tujuh hari kemudian, mereka mencapai Sarmi.

Kematian ter Poorten

Mereka bertamu ke rumah van Noort dan mendengar berita yang menimbulkan rasa ingin tahu lebih jauh tentang ter Poorten dan van der Veer. Van Noort menerima sepucuk surat dari Yosef Malinau, seorang guru Ambon yang, seperti ter Poorten,  juga bekerja di pedalaman Sarmi. Surat itu mengatakan KPS ter Poorten sakit keras; sakitnya berhubungan dengan penderitaannya di hati. Sementara itu, ada kejadian-kejadian luar biasa di pedalaman Sarmi. Sepucuk surat yang lain dari misionaris Troutman di Danau Wissel mengatakan Mieke van der Veer, teman dekat ter Poorten, sakit.

Van Noort kemudian mendapat sepucuk surat dari ter Poorten. Sebagian isinya sama dengan yang ditulis guru Malinau tapi bagian lanjutannya baru. Van Noort diminta datang dengan dukungan polisi bersenjata lengkap, dan membawa barang-barang lain yang diminta ter Poorten yang tengah sakit.

Persiapan perjalanan ke pedalaman Sarmi untuk mengunjungi ter Poorten dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Van Noort dan Tylingen akan ke sana, bersama dua orang anggota polisi Papua. Van Kampen dan Oudsheer akan ikut.

anthony van kampen1
Anthony van Kampen


Pada siang hari ketiga, rombongan pimpinan van Noort berangkat ke pedalaman Sarmi. Tapi sebelum mencapai tempat tujuannya, mereka sangat terkejut menemukan bahwa ter Poorten mati dekat suatu kali – diserang  buaya yang memakan sebagian tubuhnya! Jan ter Poorten lalu dimakamkan dekat kali itu. Rombongan van Noort  yang terlambat mengunjungi ter Poorten akhirnya kembali ke Sarmi.

Bagaimana dan mengapa ter Poorten meninggal dunia

Suatu kilas balik kepada kehidupan dan pekerjaan Jan ter Poorten memperjelas kematiannya. Untuk memulai tugas pemerintahannya di pedalaman Sarmi, ter Poorten bersama beberapa anggota polisi Papua berangkat ke kampung Moregul di sana. Selama dua tahun terakhir, pengayauan dilakukan di  Moregul, terletak di antara suatu kali yang berdekatan dan Sungai Mamberamo. Penduduk di kampung itu tengah mengadakan gerakan-gerakan yang menantikan datangnya Ratu Adil menurut kepercayaan mereka. Sementara menghadapi masalah sosial ini yang harus dipecahkannya, ter Poorten, seorang perasa, dihadapkan juga pada suatu tantangan lain dari dalam dirinya: penderitaan batin karena kecintaannya pada Mieke van der Veer,  jauh di pedalaman NG. Ini didorong juga oleh dirinya yang mengalami rasa sepi karena hidup seorang diri sebagai seorang lajang dan juga karena kesunyian yang dialaminya di pedalaman Sarmi. Sebagai akibatnya, dia makin menderita stres. Dia juga menderita sakit malaria yang berat.

Berangsur-angsur, penderitaannya menjadi begitu mendalam sehingga dia menderita gangguan mental. Dalam kondisi demikian, dia tidak mampu merawat dirinya sendiri. Guru Yosef Malinau yang mengetahui penderitaan berat ter Poorten lalu menyuruh Rachel dan Maria, dua orang gadis Papua Kristen asuhannya, menyediakan kebutuhan KPS itu, seperti makanan dan minumannya.

Gerakan penduduk pedalaman Sarmi menantikan tibanya Ratu Adil mereka tidak menciptakan kondisi yang menyenangkan bagi empat orang anggota polisi pembantu asal Papua. Suatu sore, mereka datang meminta izin kepada ter Poorten untuk kembali ke Sarmi. Ada kejadian-kejadian di Moregul yang tidak baik, mereka berdalih. Tapi ter Poorten melarang mereka pergi dan mereka kembali ke gubuknya.

Sesudah itu, berbagai rentetan kejadian aneh yang berkaitan dengan gerakan penantian munculnya Ratu Adil tersingkap. Dua sore kemudian, guru Ambon itu datang ke rumah ter Poorten. Dia memintanya ikut ke rumahnya. Yunus, salah seorang pembantunya, bertingkah laku aneh. Setibanya mereka di rumah Malinau, mereka menyaksikan Yunus berteriak-teriak dengan suara aneh, memakai kata-kata bahasa Inggris. Dia, menurut guru, sudah minum obat gila.

Kejadian lain melibatkan kepala kampung Moregul. Dia mengangkat dirinya menjadi Ratu Adil. Sambil memakai sesuatu mirip sebuah telepon, dia mencoba “menelepon” roh-roh orang mati. Ter Poorten yang tahu tentang keterlibatan kepala kampung itu, seorang wakil pemerintah di kampung itu,  datang dan menghancurkan “telepon” itu.

Bukan itu saja. Ter Poorten juga menyela upacara pemanggilan arwah-arwah oleh kepala kampung. Penduduk kampung itu marah dan ingin membunuhnya. Dia disuruh menyingkir tapi dia tidak percaya mereka akan membunuhnya. Mereka memang gagal membunuhnya.

Sesudah rentetan kejadian itu, Jan ter Poorten menderita malaria lagi. Dia terpaksa berbaring di tempat tidur lipat (pelbed) selama dua minggu. Dia juga menderita kesepian, menderita batin karena ingat pada Mieke van der Veer.

Dalam penderitaan lahir-batin demikian, dia menembak mati kepala kampung, sang Ratu Adil. Itu dia lakukan demi menegakkan ketertiban masyarakat dan wibawa pemerintah Belanda di kampung Moregul. (Pada zaman Belanda di Nieuw Guinea, kepolisian berada di bawah Departemen Dalam Negeri; karena itu, polisi di suatu tempat pemerintahan Belanda berada di bawah pegawai Departemen Dalam Negeri yang mengepalai tempat itu, seperti KPS, residen (semacam bupati), dan gubernur.)

Sesudah menembak mati kepala kampung, ter Poorten menyadari keadaan keamanan di tempat pos pemerintahan ada dan di tempat dia tinggal di pedalaman Sarmi akan makin buruk. Karena itu, dia memberitahu keadaan ini melalui sepucuk surat yang dia kirimkan kepada van Noort. Surat itu diantar Bonoban, seorang lelaki Papua yang menjadi seorang pembantu lain Guru Malinau, yang berjalan selama lima hari ke Sarmi.

Tapi mengira surat itu barangkali belum atau tidak tiba di tangan van Noort sementara keadaan keamanan di pos pemerintahan Belanda dan kediamannya akan lebih buruk, ter Poorten memutuskan untuk menempuh perjalanan di hutan menuju Sarmi. Kepergian Jan ter Poorten yang masih menderita lahir-batin itu diketahui Guru Yosef Malinau. Kuatir sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada KPS itu, Malinau dibantu dua belas orang Papua menyusul. Mereka menemui dan bergabung dengan dia.

Untuk mempercepat perjalanannya ke Sarmi, ter Poorten memakai sebuah rakit yang dibuat orang Papua untuk menempuh perjalanan selanjutnya melalui Sungai Mamberamo. Tapi mereka tidak mau ikut dia di rakit itu karena tahu bahaya yang bisa menimpa mereka dalam perjalanan itu, seperti aliran deras air sungai itu yang bisa membuat mereka terbalik, diseret aliran kencang air sungai, dan ancaman buaya. Kecuali Yosef Malinau dan dua orang Papua; meskipun mereka bertiga menyadari bahaya memakai rakit menuju Sarmi, mereka bersedia menemani ter Poorten dalam perjalanan yang berisiko itu.

Tapi di tengah perjalanan, Malinau dan kedua orang Papua yang tidak ingin lagi meneruskan perjalanan rakit karena sangat berbahaya menepi dan memilih jalan darat yang aman. Akhirnya, ter Poorten sendiri mengemudikan rakit ke laut, ingin mencapai Sarmi. Upayanya gagal: dia tewas dan hanyut dekat tepi suatu kali besar. Di situlah sebagian mayatnya ditemukan rombongan van Noort dan dimakamkan.

Pasca kematian ter Poorten

Bagaimana van Kampen mengetahui kilas balik kisah tragis yang menimpa Jan ter Poorten? Dia membaca laporan Guru Malinau dan orang Papua yang ikut bersama KPS itu pada rakit.

Mieke van der Veer kemudian sembuh dari sakitnya. Kematian ter Poorten memengaruhi jiwanya. Meskipun demikian, dia tetap melanjutkan pekerjaaannya di Danau Wissel.

Anthony van Kampen kemudian kembali ke Belanda dengan pesawat terbang lewat Batavia. Jungle Pimpernel akan kembali ke Paniai.

Kecintaan terhadap Nieuw Guinea Belanda

Sesudah meninggalkan Nieuw Guinea Belanda, apa yang paling bermakna baginya selama berada di daerah jajahan Belanda itu? Ada satu kesamaan yang dia temukan pada para pegawai Pemerintahan Dalam Negeri Belanda dan para misionaris Protestan dan Katolik dari Belanda dan Amerika Serikat yang hidup dan bekerja di Nieuw Guinea. Mereka semua menunjukkan “kecintaan yang besar dan dalam terhadap tanah ini ….” (226).

Rabu, 03 Agustus 2011

15. Jungle Pimpernel 4

 jungle pimpernel2 Jenis fauna dan flora lain menarik perhatian Anthony van Kampen. Itu mencakup hewan-hewan liar lain: ular, kanguru pohon dan kanguru hutan, kuskus, dan babi hutan. Dia secara khusus terpesona dengan padang bunga anggrek yang dilihatnya; padang bunga anggrek itu “paling indah dan paling langka di bumi” (127).

Watak, Penyakit, dan Firdaus Semu Ekari

Beralih ke orang Ekari, dia menangkap suatu sisi watak mereka dan watak penduduk Papua gunung pada umumnya.  Menurutnya, mereka terus-terang, terbuka, blak-blakan. Mereka datang tenang menuju Anda dan melihat ke Anda langsung di mata. Menurut van Kampen, mereka jelas menunjukkan bahwa mereka tidak lebih rendah di tanahnya sendiri.

Van Kampen pun menyadari bahaya dari kerentanan mereka terhadap penyakit dari luar di samping penyakit-penyakit lokal yang mereka derita. Penduduk Ekari di lembah-lembah Danau Wissel tidak mengenal penyakit-penyakit yang ada di Barat, seperti tuberkulosis, kanker, dan penyakit kelamin. Tspi mereka menderita penyakit lain yang berasal dari lingkungan hidupnya, termasuk frambusia dan struma.

Untuk mengobati penyakit-penyakit itu, JP sudah membawa persediaan obat dalam jumlah besar. Setiap hari, orang Ekari yang menderita penyakit-penyakit itu diberi suntikan salversan.

Secara khusus, apa pandangan JP tentang penduduk Ekari? Mereka bahagia dan tidak bahagia. Mereka bahagia karena tinggal di salah satu dari sedikit kawasan yang sangat subur dan jelas adalah suatu firdaus di Nieuw Guinea Belanda. Tapi mereka tidak bahagia karena mengalami perang-perang suku dengan banyak korban.

Anthony van Kampen yang mendalami kebudayaan rohani suku Ekari menyiratkan pernyataan Jungle Pimpernel sebelumnya bahwa keindahan alam di lembah-lembah Wissel menampakkan suatu firdaus semu. Ada peristiwa-peristiwa di situ yang bukan bagian dari firdaus; kejadian-kejadian itu berhubungan dengan kepercayaan tradisional mereka.

danau paniai
Danau Paniai yang indah menjelang terbenamnya matahari

Kepercayaan Tradisional

Tanah suku Ekari penuh dewa-dewa, roh-roh, dan setan-setan. Termasuk kepercayaan mereka akan Mado, setan air yang sangat ditakuti orang Ekari.

Tanah Ekari penuh desas-desus aneh. Terjadi hal-hal yang JP dan rekan-rekannya dari Hindia Belanda – oleh orang Ekari disebut  “orang-orang dari tanah Surabaya” – tidak pahami.

Salah satu terjadi di kampung Hadah, tempat tinggal Soalekigi. Suatu malam, JP duduk bersama Soalekigi di gubuknya, diterangi bulan. Ada tiga kali ketukan di pintu gubuk itu. Tiga kali pula Soalekigi berdiri membuka pintu keluar gubuknya, tapi dia tidak melihat siapa pun. Dia percaya yang mengetuk pintu gubuknya adalah dua orang saudara lelakinya yang sudah meninggal dunia. Menurut Soalekigi, kedua saudaranya sudah ada di gubuk itu meskipun mereka tidak tampak. JP segera menyaksikan Soalekigi berbicara panjang dengan mereka berdua! Sesudah itu, mereka berdua, menurut penglihatan batin Soalekigi, pergi.

Ke mana perginya jiwa lelaki dan wanita yang sudah meninggal dunia? Ke maikai, ke laut. Itulah tempat perhentian, nirwana, bagi penduduk Papua gunung. Ada banyak perempuan, babi, kapak, dan kelimpahan dari tebu, ubi jalar, dan talas di maikai.

Ada juga desas-desus tentang orang Papua putih yang berekor. Mereka dipercaya tinggal di suatu lembah tidak terkenal tidak jauh dari Danau Paniai. Tapi JP yang sudah menelusuri desas-desas ini tidak menemukan bukti adanya orang Papua putih yang berekor.

Makna  dan Asal Cangkang Kerang Kauri

Cangkang kerang kauri (yang kosong) memainkan peranan yang penting dalam kehidupan penduduk Ekari. Seperti yang sudah dikatakan, ia adalah mata uang tradisional penduduk Papua gunung. Bukan saja barang bisa dibeli dengan kawri; wanita pun bisa dibeli dengan mata uang tradisional ini. Seorang wanita Ekari bisa dibeli dengan antara 20 dan 40 kauri.

Tapi ini bukan satu-satunya peranan kauri bagi mereka. Ada peranannya yang lain.

Dalam hubungan dengan kepercayaan tradisional mereka, kauri adalah juga penangkal setan, jimat, dan pembawa keberuntungan dan keselamatan. Selain itu, kauri melambangkan kekuatan dan kuasa lain: kesuburan, perkawinan, dan peletan atau pekasih cinta.

Dari mana asalnya cangkang kerang kauri dan bagaimana ia mendapat nilainya sebagai mata uang orang Papua gunung? Cangkang kerang kauri berasal dari laut dan dibawa ke Lembah Baliem sebelum ia dibawa ke Paniai. Semakin jauh dari laut, semakin mahal kauri itu sebagai mata uang.

Pemerintah dan misionaris Belanda memahami kauri sebagai suatu alat bayar. Tapi mereka juga membayar penduduk Papua gunung dengan kapak besi dan tembakau.

Jungle Pimpernel  dan Penduduk Ekari

Sebagai seorang pegawai pamong praja, JP tidak saja menghadirkan pemerintah Belanda melalui pendirian pos pemerintahan dan pengibaran bendera Belanda di Paniai. Dia juga menegakkan kewibawaan pemerintah, di antaranya melalui pengadilan. Tapi pengadilan itu dituntun juga oleh kearifan yang dia peroleh dari pergaulannya yang erat dengan penduduk Ekari, pertimbangan akan keadilan berdasarkan hukum modern,  dan ditunjang oleh rasa hormat yang dalam dari penduduk padanya. Begitu besarnya rasa hormat mereka sehingga JP dijuluki seorang “blanke papoea” atau “Papua kulit putih” oleh van Kampen (119).

Ini suatu julukan bukan tanpa fakta. JP, misalnya, menceritakan pengalamannya hidup bersama orang Papua gunung, terutama selama PD II. Dia berkisah tentang kesetiaan mereka padanya, tentang caranya dia hidup dan makan seperti mereka. Selama itu, dia pernah menderita penyakit kekurangan vitamin A, sering menderita kelaparan, dan sebagai akibatnya pernah makan daging tikus tanah.

Dua hari sesudah kedatangan JP dan rombongan di Paniai, JP  mengadakan sidang “pengadilan” di tempat terbuka di lembah itu. Sidang itu diikuti penduduk Ekari dan disaksikan van Kampen. Sebelum meninggalkan pos pemerintahan Belanda di Paniai karena ancaman tentara Jepang, JP, sang Kontolule, sudah menegaskan siapa pun yang berkolaborasi dengan Jepang akan dihukum. Sebagai seorang wakil pemerintah Belanda, dia sekarang akan mendengarkan keluhan-keluhan dari mereka yang menyaksikan lelaki Ekari yang memberi “orang-orang kuning”, yaitu tentara Jepang, makanan.

enarotali masa kini Pemandangan Enarotali masa kini

JP mendengarkan keluhan-keluhan itu dan pertikaian mulut antara penuduh dan tertuduh. Lalu, dengan bijaksana, dia, atas nama pemerintah Belanda di Nieuw Guinea, menjatuhkan keputusan pengadilan. Dia mulai dengan mengucapkan terima kasih atas kesetiaan mereka. Kemudian, dia mengatakan perang sudah berakhir, orang-orang kuning sudah pergi. Sekarang, ada damai. Di seluruh “tanah Surabaya” (Indonesia) dan tanah Ekari. Karena itu, mereka tidak perlu berbicara lagi tentang perang atau memikirkannya lagi. Biarlah mereka melupakan dan mengubur semuanya dan hidup bahagia. Suatu keputusan pengadilan yang tidak saja mengharukan rasa keadilan penduduk Ekari tapi juga arif dan berdasarkan hukum modern.

Sesudah sidang pengadilan itu, JP membagi-bagikan hadiah. Setiap orang Ekari diberi sebuah kapak besi dan sepuluh cangkang kerang kauri. Kepala suku Ekari menerima sepuluh kauri. Sebagai ungkapan rasa terima kasih, orang Ekari melakukan tarian di lembah itu.

de bruijn
Menurut van Kampen, keakraban JP dengan orang-orang Ekari pasti berasal juga dari pengetahuannya yang mendalam, bahkan tentang pikiran-pikiran yang paling dalam dari mereka. Dengan rasa ingin tahu, dia bertanya kepada JP rahasia-rahasia dari seni membuat suku Ekari menceritakan pikiran-pikirannya yang paling dalam. Menjawab pertanyaan van Kampen, JP mengutip Soalekigi yang mengatakan JP berbicara seperti leluhur dia; dengan kata lain, hati, akal budi, dan jiwa JP sudah sama dengan hati, akal budi, dan jiwa leluhur Soalekigi. Itu barangkali seluruh rahasia komunikasi mereka.

Masa Depan Suku Ekari

Pada hari-hari berikutnya, JP sibuk dengan penelitiannya tentang suku Ekari. Dia berbicara serius dengan mereka.

Sering Anthony van Kampen dan Jungle Pimpernel berbicara tentang “bangsa yang mengherankan ini”, yaitu, orang-orang Ekari: tentang masa depan, masa isolasi, dan kontaknya dengan dunia modern di masa depan. Tentang kontak penduduk Ekari dengan dunia modern nanti, van Kampen mengajukan suatu pertanyaan yang sangat penting: “… apakah perkenalan itu akan menjadi suatu berkat atau kutukan” (122)?

Jawabannya atas pertanyaannya sendiri boleh dibilang bersifat visioner. “Sekalipun misi Protestan dan Kristen dan pemerintah berhasil memperkenalkan sedikit pengetahuan pada penduduk paling primitif di bumi ini, akan sangat sulit bagi mereka melakukan lompatan hebat ke depan ke arah peradaban Barat abad keduapuluh” (122).

Ketahanan hidup mereka ke masa depan menjadi suatu keprihatinan van Kampen dan JP. Usia rata-rata suku Ekari pada waktu itu antara 40 dan 50 tahun. Mereka tidak mengenal tulisan. Sejarahnya adalah tradisi lisan yang terdiri dari cerita-cerita, legenda, warisan, saga, dan nyanyian.

Dengan mempertimbangkan sejarah mereka di masa lampau dan masalah ketahanan hidupnya ke masa depan, mereka berdua belum bisa memastikan hasil akhirnya. “Apakah suku Ekari … hasil akhir tiga puluh atau tiga ratus abad atau apakah mereka di ambang meninggalkan Zaman Batu? Tidak ada siapa pun yang tahu. Apakah mereka hasil dari suatu degenerasi [kondisi menjadi makin buruk secara jasmani, moral, atau mental] yang cepat atau apakah justru ada suatu evolusi yang tengah berlangsung” (128)? Demikian van Kampen mengajukan beberapa pertanyaannya dan JP tentang masa depan suku Ekari.

Sementara belum menemukan jawaban akhir atas masalah ketahanan hidup suku Ekari memasuki abad kedua puluh (dan abad kedua puluh satu), van Kampen menyaksikan kegiatan ilmiah Mieke, Dr. de Bruyn, dan Pendeta Troutman untuk membangun dan membina mereka melalui penguasaan bahasanya. Mereka bertiga sibuk dengan masalah bahasa Ekari. Mieke mendasarkan penelitian linguistiknya pada 10.000 kosakata Ekari yang sudah dikumpulkan Dr. de Bruyn. Untuk itu, Mieke memutuskan untuk tinggal selama tiga tahun di antara suku itu.

Kisah Ekspedisi Jungle Pimpernel

Lalu, van Kampen meminta JP bercerita tentang ekspedisi yang dia lakukan ke Beura dan Ielop tahun 1941. Beura adalah daerah aliran sungai dari Beurang dan Ielop adalah daerah aliran sungai dari Ielorang. Ekspedisi itu dilakukan sekitar tiga bulan,  antara 9 Juni sampai dengan 7 Agustus 1941.

Ekspedisi itu bertujuan untuk menjejaki dan memetakan kawasan yang baru. Kawasan itu belum pernah dikunjungi sebelumnya oleh orang kulit putih. Kawasan itu ke arah Timur.

Ekspedisi itu terdiri dari suatu rombongan. Rombongan itu mencakup Kontrolir de Bruyn, seorang komandan polisi lapangan, sembilan agen polisi lapangan, seorang anggota polisi rakyat sebagai seorang pelindung, dan empat puluh orang kuli asal Ayamaru sebagai pemikul barang. Soalekigi, “kakak” de Bruyn pun ikut. Kehadirannya sangat vital karena dia seorang penengah ideal antara berbagai suku dan punya naluri untuk mngadakan kontak-kontak dengan mereka. Total, ada lima puluh tiga orang dalam rombongan itu. Makanan mereka terdiri dari sagu dan nasi sementara alat bayarnya adalah kawri, kapak besi, dan anting-anting.

Apa yang dilakukan Dr. de Bruyn selama ekspedisi itu? Sebagian kegiatannnya diringkas dari tulisan van Kampen berdasarkan catatan de Bruyn :
  •  16 Juni: Untuk penelitian etnografik, Dr. de Bruyn tinggal di bivak. Di sini, dia dikunjungi banyak anggota klen Zonggonau.
  • 20 Juni: Tiga orang suku Dani dari Igindora melakukan kunjungan ke bivak, suatu kunjungan yang mengherankan. Salah satu dari ketiga lelaki itu bisa berbahasa Moni yang dipahami de Bruyn.
  • 21 Juni: De Bruyn menyusun suatu daftar kata singkat bahasa Dani tentang nama-nama anggota tubuh.
  • 10 Juli: Rombongan itu mencapai kampung Biloroma dan disambut  penduduk dengan ucapan selamat datang dalam bahasanya: “Wiwa, wiwa” atau "wi wau, wi wau!”
  • 13 Juli: Daerah Ielorang dicapai.
  • 15 Juli: Tepi kiri Beurang dicapai.
  • 28, 28, 30 Juli: Soalekigi mendapat kabar seorang bayi lelaki lahir satu setengah bulan sebelumnya. JP diminta memberi nama bayinya; dia diberi nama Piet Hein.
  • 31 Juli, 1-6 Agustus: Perjalanan kembali ke Enarotali.
  • 7 Agustus: De Bruyn kembali ke rumahnya di Enarotali.
Rombongan itu yang melakukan patroli ke arah Timur berhasil membuat suatu peta tentang suatu kawasan yang belum dikenal di tengah Nieuw Guinea Belanda. Mereka sudah mengunjungi suatu kawasan seluas 300 kilometer persegi. Selain itu, mereka menghasilkan data pengetahuan ilmiah yang besar tentang penduduk,  catatan etnografik, hal-hal khusus tentang topografi tanah, daftar kosakata, dan peta-peta sketsa.

Mereka, misalnya, menemukan tradisi menjatuhkan hukuman mati bagi lelaki atau wanita yang melakukan perzinahan: dia dipanah sampai mati. Mereka juga menyaksikan upacara menghadiri orang mati, mayat yang dibuang ke sungai, mayat yang dbakar (dikremasi) oleh suku Dani, dan cara bersalaman unik penduduk Papua gunung.

Kembali ke  Biak dan Hollandia

Sesudah berada beberapa hari di Paniai, Anthony van Kampen, de Bruyn, dan awak pesawat terbang kembali ke Biak dan Hollandia dengan Catalina. Akan tetapi, Mieke van der Veer tinggal di Enarotali. De Bruyn ke Biak dan van Kampen ke Hollandia. Di Hollandia, van Kampen menderita demam dan harus istirahat.

(Bersambung)

Rabu, 27 Juli 2011

14. Jungle Pimpernel 3 (Revisi)

jungle pimpernel2 Anthony van Kampen yang pertama kali ke pegunungan tengah Nieuw Guinea Belanda bukan hanya sangat terkesan  dengan apa yang dia alami, terutama kedahsyatan dan keindahan alam daerah itu. Dia juga mengalami kejutan budaya ketika berjumpa dan berkenalan dengan penduduk Ekari.

Kedahsyatan Pemandangan Alam

Sesudah bangun dari tidurnya pada pagi pertama, dia terpesona dengan pemandangan alam di sekitarnya dan suasana hati yang dibentuknya. Pemandangan alam itu begitu menakjubkan sehingga dia merasa menemukan kembali “firdaus yang hilang”.  Firdaus itu berisi ketenangan, kedamaian, dan kesuburan tanah.

Lembah Danau Paniai terletak pada ketinggian 1.740 meter di atas permukaan laut. Pada waktu itu, nyamuk malaria tidak bisa hidup pada ketinggian ini. (Masa kini, pemanasan global yang mengganggu pola cuaca dan iklim mengakibatkan kawasan setinggi ini menunjukkan suhu yang meningkat dan mengakibatkan nyamuk malaria bisa hidup di situ.)

kapauku papuans1

Judul sampul depan buku tulisan Leopold Pospisil (1958)

Di belakang lembah tempat dia menginap tampak Deijay, gunung terbesar yang mengelilingi Danau-Danau Wissel. Tapi gunung itu ditakuti orang-orang Ekari; mereka membicarakannya dengan rasa hormat. Menurut kepercayaan orang Ekari, Deijay berhubungan dengan setan-setan, dengan suatu kuasa ilahi, dengan Dewa.

Tapi kekaguman van Kampen pada keindahan pemandangan alam di lembah itu, menurut Jungle Pimpernel, bersifat semu. Apa yang sangat dikagumi van Kampen sebagai suatu firdaus akan berubah kalau dia tinggal lebih lama di Paniai. Ada kejadian-kejadian di situ yang tidak lagi berhubungan dengan firdaus itu.

Pesona kedahsyatan alam Nieuw Guinea Belanda, seperti yang disaksikan van Kampen dari Catalina ketika terbang di atas Pegunungan Tengah yang belum dipetakan waktu itu, cenderung diperikan secara puitis. Sebelum pesawat terbang itu mendarat di Paniai, dia untuk pertama kali menyaksikan “tanah Papoea” dari udara, tanah yang tampak seperti adanya pada hari pertama penciptaan Bumi oleh Allah.

Matahari berputar menembus lapisan kabut paling atas dan bersinar di atas bumi. Pada saat yang sama dunia mewarnai dirinya dengan warna merah tua, lembayung, dan ungu. Itu suatu pemandangan yang tak terlupakan dan sangat menggugah perasaan. Inilah bumi yang buas, buas dan kosong seperti pada hari penciptaan pertama. Buas dan kosong dan liar. Bukit batu, batu keras, dan ngarai. Bumi, dalam bentuknya yang paling kering, dalam keadaan sebagaimana sang Pencipta segala sesuatu menjadikannya pada waktu Dia memisahkan air dari materi padat” (halaman 98).

Dan barangkali keadaannya memang demikian supaya Pencipta Agung dari alam semesta sesudah menciptakan Bumi masih memiliki sisa bukit batu, batu keras, dan alam liar yang Dia  hamburkan di pojok belakang Dunia yang baru saja diciptakan. Dan itulah Nieuw Guinea”  (98).

Nieuw Guinea, seperti yang dipersepsi van Kampen dari udara, adalah suatu “kerajaan gunung dan hutan rimba, kerajaan zaman batu, dunia yang hilang. Ya, demikianlah keadaan semuanya pada hari pertama penciptaan. Demikianlah dunia Nieuw Guinea pada hari Allah menciptakannya. Demikian megah, demikian dahsyat, demikian hebat bentuk dan ukurannya. Tidak satu pun di tanah ini manusiawi. Di dalam semuanya, Anda mengenal tangan Allah, Penciptaan dan Kekekalan” (100).

Kejutan Budaya

Perkenalan lebih jauh yang memberikan kejutan budaya kepada Anthony van Kampen terjadi di rumah Pendeta Kenneth Troutman. Di situ dia berkenalan dengan empat orang lelaki Ekari yang memakai koteka. Troutman seorang misionaris Protestan asal AS yang bekerja untuk CAMA (Christian and Missionary Alliance), suatu badan penginjilan asal AS yang menginjil di kawasan Pegunungan Tengah Nieuw Guinea Belanda menjelang PD II. Dia kenal baik Dr. J.V. de Bruyn. Troutman hidup dan bekerja sebagai seorang misionaris Protestan di antara suku Ekari, sangat dihormati penduduk setempat.  Dia mengundang de Bruyn, Mieke, van Kampen, Komandan Catalina dan koleganya ke rumahnya dan menjamu mereka. Mereka kemudian bermalam di rumah sang pendeta. Kejutan budaya akan dialami van Kampen sesudah jamuan itu.

Sambil duduk di sebuah kursi, dia memberikan sebatang rokok merek Virginia kepada seorang lelaki Ekari yang duduk paling dekat dengan dia. Di luar dugaan, lelaki itu menerima rokok itu, mematahkannya menjadi dua bagian, memasukkan salah satu bagian langsung ke dalam mulutnya, mengunyahnya bersama dengan kertas pembungkus rokok itu, dan menusukkan bagian lain menembus lubang salah satu daun telinganya – suatu hiasan yang baru dan unik! Lelaki itu yang barangkali belum pernah melihat rokok Virginia pasti mengira batang rokok  itu bisa dimakan dan dijadikan hiasan daun telinga yang dilubangi.

kapauku papuans2 Beberapa orang lelaki Kapauku, sekarang disebut suku Me, dengan seorang lelaki memikul seekor babi yang baru saja dibunuh.

Van Kampen kemudian belajar cara bersalaman unik suku Ekari dari lelaki yang menerima tawaran rokok dari dia. Mereka berdiri saling berhadapan dengan saling mengepalkan tangan; tangan yang dikepal kemudian dijulurkan agar bisa saling bersentuhan. Lelaki Ekari itu lalu merenggangkan sedikit jari telunjuk dan jari tengahnya lalu menjepit jari tengah van Kampen, dan menariknya tiga kali ke kiri dan ke kanan sehingga menghasilkan suatu bunyi “klik” – suatu tanda persahabatan antara mereka berdua. Sambutan ketiga lelaki Ekari yang lain? “Yang lain secara bersemangat mengetok-ngetok koteka mereka” ( 113). Komentar van Kampen tentang perilaku persahabatan orang Ekari, “… saya tahu bahwa pada saat itu saya sudah mendapat sahabat-sahabat pertamaku di antara orang-orang Ekari di Danau Paniai” (113).

Pada saat itu juga, dia makin menyadari dia berada di “salah satu kawasan paling aneh di dunia” (113). Penduduknya belum pernah berhubungan dengan bangsa-bangsa lain, tinggal terpisah, dan menjalani hidupnya.

Semakin lama bergaul dengan orang Ekari semakin bertambah kejutan budaya yang dialami van Kampen. Dari “kawasan paling aneh”, dia melangkah makin jauh ke dalam kehidupan yang “ajaib sekali” dari orang Ekari. Katanya, ajaib sekali kehidupan di daerah kediaman suku Ekari. Setiap saat dan setiap hari, dia berhadapan dengan “penemuan-penemuan yang baru” (117). Dia menyadari berada dalam suatu dunia yang terkebelakang selama banyak abad dari peradaban Barat abad ke-20, “tetapi kejutan-kejutan yang saya terima begitu berat sehingga saya sering harus mengingatnya” (117).

Kejutan-kejutan budaya lain apakah yang dia terima dan ingat? Pada dasarnya, kejutan-kejutan itu berasal dari perbedaan-perbedaan khas atau unik antara peradaban Barat dan kebudayaan material dan spiritual suku Ekari, termasuk kecenderungan psikologis, pandangan-dunia, tradisi, dan perilaku budaya mereka. Mereka juga mendeita berbagai penyakit dan rentan terhadap penyakit dari luar daerahnya.

Van Kampen mengamati bahwa penduduk Ekari sangat emosional. Berkali-kali, dia menyaksikan orang Ekari yang bertemu kembali Kontrolir de Bruyn begitu gembira sehingga mereka benar-benar menangis. Ekspresi dari kecenderungan psikologis ini menunjukkan bahwa mereka orang yang “polos” atau tulus hati.

Wanita dan lelaki tinggal terpisah. Wanita tinggal di rumah wanita dan lelaki di rumah lelaki. Sampai batas usia tertentu, anak-anak tinggal bersama ibunya. Wanita yang tampak sibuk bekerja atau berjalan ke suatu tempat menyompoh (pada jidatnya) tali pegangan kantong tradisional yang disebut noken atau nokeng. Nokeng itu berisi ubi jalar, barangkali garam, gigi babi, kerang kauri sebagai mata uang tradisional orang Ekari, dan bayi.

kapauku papuans3 Beberapa orang wanita Kapauku dan anak-anaknya, menyompoh nokeng.

Van Kampen mengamati juga kebiasaan berduka yang tidak dia temukan di Belanda dari suku Ekari. Seorang wanita Ekari yang kehilangan anaknya menandakan kedukaannya dengan memotong salah satu jarinya atau lebih dari itu!  Dia menyaksikan lelaki dewasa yang tulang rawan hidungnya berlubang karena dibor dan memahami fungsi koteka, busana tradisional kaum lelaki Ekari.

Sekalipun suku Ekari masih hidup dalam Zaman Batu dan belum secara massal menjadi penganut Kristen, mereka punya moral pernikahan yang keras. Pernikahan bagi mereka adalah keramat. Karena itu, siapa pun yang diketahui melakukan perzinahan dikenakan hukuman berat, terkadang berbentuk hukuman mati: mereka yang terbukti melakukan perzinahan, lelaki atau wanita, dipanah sampai mati.

Sebagai orang Papua gunung, orang Ekari bukan pengembara. Tapi mereka suka bepergian selama berbulan-bulan. Biasanya, para lelaki dewasa yang melakukan perjalanan macam ini.

Dalam perjalanan itu, mereka menunjukkan rasa takut akan Mado. Dia dipercaya adalah setan putih berbadan besar, berambut panjang dan uban, dan berumah di air. Ketika pulang ke rumah dari perjalanannya, lelaki Ekari membawa pulang cangkang kerang kauri, mata uang bernilai tinggi bagi mereka.

Kehidupan sehari-hari suku Ekari sederhana. Makanan pokoknya adalah ubi jalar, ditambah buah-buah dari kebun pisang. Baik ubi jalar maupun buah pisang itu biasanya mereka bakar. Mereka juga makan tebu dan talas.

kapauku papuans4 Buah-buahan dan sayur-sayuran tertentu hasil perkebunan orang Kapauku

Sayur dan masakan lain mereka panaskan dalam lubang yang mereka gali ke dalam tanah. Lubang itu mereka isi dengan batu-batu berukuran tertentu. Dengan kayu bakar dan arang yang menyala, batu-batu itu mereka panaskan sampai tampak merah keputih-putihan. Sayur dan masakan itu lalu mereka letakkan di atas batu-batu yang sangat panas itu dan menutupnya dengan dedaunan tertentu. Sesudah waktu tertentu, daun-daun penutup itu dibuka dan masakan mereka sudah siap untuk dimakan.

Menu mereka jarang mencakup makanan hewani, kecuali jenis udang tertentu yang hidup di danau. Mereka memelihara babi hutan sebagai harta kekayaannya; karena itu, daging babi jarang mereka makan.

Babi bahkan adalah harta paling berharga suku Ekari. Semua pertikaian dan perang di antara mereka pada dasarnya dimulai dengan seekor babi. Babi itu entah dibunuh, dicuri, dipanah tanpa sengaja, entah lenyap.

Ada berbagai hewan liar yang menarik perhatian van Kampen. Itu mencakup kanguru kerdil, berbagai jenis hewan berkantung, kasuari, dan berbagai jenis burung, terutama burung cenderawasih, parkit, kakatua, dan nuri. Tapi dia bingung tentang kontradiksi alami pada burung cenderawasih. Ia indah tapi teriakannya buruk – suatu pertentangan dalam ciptaan.

Hewan-hewan lebih kecil pun ada. Termasuk tikus, semut, dan anjing yang tidak bisa menyalak. (Bersambung)

Jumat, 15 Juli 2011

13. Trilogi Jungle Pimpernel 2

jungle pimpernel2
Umumnya, pemerintah Belanda – disebut “orang-orang Kumpeni” oleh penduduk pedalaman waktu itu – di NG melakukan perjalanan ke dalam hutan rimba NG untuk salah satu dari tiga tujuan berikut. Untuk turne normal, perkenalan, atau ekspedisi hukuman atau patroli hukuman.

Ekspedisi Jan ter Poorten

Buku karya van Kampen diawali kisah ekspedisi Jan ter Poorten, seorang Kontrolir Pemerintahan Dalam Negeri di Nieuw Guinea Belanda dan rombongannya, di kawasan Digul yang dicapai pada hari kesembilan. Tujuan ekspedisi: untuk menegakkan wibawa pemerintah Belanda dengan menangkap serta mengadili para pengayau (head hunters) Papua di kawasan Mappi yang sudah membunuh beberapa orang dari suku Jahir.

Mendekati kawasan Mappi, rombongan ter Poorten bertambah dengan masuknya beberapa puluh orang lelaki suku Jahir. Mereka akan ikut mengepung para pengayau dari Mappi.

Rombongan itu mencakup beberapa orang Papua sebagai pemikul barang. Ekspedisi dengan berjalan kaki itu menempuh medan yang berat – gunung, rawa, hutan lebat, hujan yang bisa berlangsung berminggu-minggu; serangan nyamuk malaria yang mengakibatkan ter Poorten merasa pening, meminum tablet kinine dan mepacrine, dan tidur dalam kelambu di bivak (suatu pondok sementara) di hutan rimba; dan cuaca dingin yang mengharuskan rombongan ter Poorten harus makan nasi hangat dengan berbagai lauk-pauk, termasuk daging biawak yang dipanggang, serta minum kopi hangat; tapi orang Papua hanya makan sagu. Rombongan itu mencakup juga Gonda, seorang anggota polisi asal Ambon, dan dua orang asal Menado.

Kedekatan orang Belanda pada orang Ambon

Kedekatan orang Ambon pada orang Belanda ibarat dua sisi dari mata uang yang sama. Demi kepentingan bersama (mata uang itu), orang Ambon membutuhkan orang Belanda sama seperti orang Belanda membutuhkan orang Ambon (dua sisi dari mata uang itu). Lebih lagi, kebutuhan timbal-balik mereka saling mengisi dan melengkapi secara pas, mirip permainan jigsaw puzzle.

Van Kampen menyadari hubungan timbal-balik macam itu pada diri Gonda. Begini pemeriannya tentang Gonda. Dia sudah menjelajahi hutan-hutan Nieuw Guinea selama 20 tahun dan, karena itu, sudah mengembangkan naluri mara bahaya dan menghindarinya. Pengetahuan ini berguna bagi keberhasilan ekspedisi yang dipimpin Jan ter Poorten, majikannya. Tidak itu saja. Gonda juga seorang “kompas hidup” di hutan rimba NG. Lanjut van Kampen, Gonda sangat dibutuhkan dan sangat diandalkan, sangat setia kepada pemerintah Belanda dan pada mereka yang menjalankannya.

Dalam bab 11, van Kampen memberi pujian lain kepada Gonda, seorang Ambon yang hebat. Dia suatu cerminan dari kesetiaan orang-orang Ambon pada Belanda, suatu sikap mental yang mengakibatkan mereka unggul di atas ras-ras lain di Hindia Belanda. Orang-orang Ambon “boleh merasa ditinggikan di atas semua ras lain di kepulauan itu, mereka sangat setia. Di hutan, Anda tidak menginginkan kawan yang lebih baik, itu diakui setiap orang pegawai dalam negeri ….”

Alasan ter Poorten bekerja di NGB

Tapi Nieuw Guinea Belanda bukanlah suatu kawasan ideal bagi kebanyakan orang Belanda yang tinggal dan bekerja di Hindia Belanda. Lalu, mengapa Jan ter Poorten mau tinggal dan bekerja di kawasan itu?

Dia seorang idealis. Sejak HBS (Hogere Burger School, semacam SMA atau SMU) di Belanda, dia sudah bermimpi dan berkhayal dan memutuskan untuk bekerja di NGB. Sesudah tamat HBS, dia belajar indologi (ilmu tentang pemerintahan di Hindia Belanda yang mencakup juga pengetahuan antropologi-budaya) di Universitas Leiden, Belanda. Tujuan pertama dia sesudah selesai kuliah adalah Nieuw Guinea.

Tapi mereka di Den Haag, kota administratif pemerintah Belanda, dan Batavia, ibu kota Hindia Belanda, yang berurusan dengan pemerintahan di Hindia Belanda, memandang ter Poorten yang masih sangat muda dan idealis itu sebagai orang aneh. Pengirimannya sebagai seorang pegawai Pemerintahan dalam Negeri (PDN) dinilai terlalu cepat.

Ketika tiba di NG, para amtenar PDN senior yang dia temui tertawa. Mereka memandangnya sebagai seorang bodoh. Dia pasti tidak tahu Nieuw Guinea hanya cocok untuk orang-orang hukuman, cuma baik bagi idealis tanpa otak – kecuali untuk petualang terpelajar seperti Dr. de Bruyn. “Orang-orang normal tinggal sejauh-jauhnya dari Nieuw Guinea” (hal. 22).

Akan tetapi, Jan ter Poorten tidak terbawa cemoohan dan kritik negatif mereka. Dia memang punya cita-cita yang ingin dia wujudkan di NG. Cita-cita yang luhur. “Nieuw Guinea punya kemungkinan-kemungkinan,” dia menalar. “Tapi Nieuw Guinea kekurangan beberapa hal yang di luar tidak bisa diperoleh: cintakasih kepada tanah itu dan pemahaman tentang penduduknya” (hal. 22).

Kedua orang tua ter Poorten meninggal dunia ketika dia berusia delapan tahun. Sejak itu, dia dibesarkan seorang saudara perempuan ayahnya. Bibinya meninggal dunia dua tahun sebelum dia tiba di NG.

Mieke van der Veer

Semasa kuliah, dia berkenalan dan bersahabat dengan Mieke van der Veer, seorang mahasiswi dan teman kuliah indologi seperti dia. Timbullah suatu hubungan persahabatan yang hangat di antara mereka berdua. Di NG, ter Poorten menulis surat-surat yang panjang tentang NG kepada Mieke.

Mieke akhirnya datang ke Nieuw Guinea meskipun dia sebelumnya disarankan agar tidak datang. NG bukan suatu tanah yang cocok untuk seorang wanita Belanda seperti dia; tanah itu hanya cocok untuk lelaki Belanda!

Dia kemudian bekerja di Enarotali sebagai seorang ahli linguistik. Berdasarkan sekitar 10.000 kosakata bahasa suku Ekari yang sudah dihimpun Dr. J.V. de Bruyn, Mieke melanjutkan penelitian bahasa Ekari. Dia berharap hasil penelitiannya akan dipakai untuk pendidikan orang-orang Ekari.

Ekspedisi hukuman Jan ter Poorten ternyata gagal ketika dia dan rombongannya akan menyeberangi suatu kali. Orang-orang Jahir yang tersisa – sebagian sudah melarikan diri karena takut pada orang-orang Mappi – menolak menyeberangi sungai itu karena takut. Mereka percaya ada roh-roh air di dalamnya yang bisa mencelakakannya kalau mereka menyeberangi sungai itu. Ter Poorten dan rombongannya terpaksa kembali ke pos pemerintahan dan rumah mereka di Merauke, ditinggalkan secara diam-diam oleh semua lelaki Papua tersisa yang mengikuti mereka menuju Mappi.

Perjalanan pulang-balik Jan ter Poorten berat sekali. Dalam perjalanan ke Mappi, dia sudah menderita penyakit malaria; ketika melakukan perjalanan kembali, penyakit malaria itu mengakibatkan dia kehilangan kesadaran, siuman dan, sesudah merasa lebih baik, berjalan lagi. Di Merauke, dia mendapat perawatan medis selama tiga bulan.

Pengalaman van Kampen di Merauke dan Mappi

Di Merauke, van Kampen, satu-satunya orang asing yang waktu itu tinggal di pasanggarahan kota kecil itu, berjumpa tiga orang Belanda yang tinggal dan bekerja di sana. Mereka adalah Roodzand, seorang pastor Katolik; van Dijk, seorang dokter pemerintah Belanda; dan Helinga, seorang asisten residen senior yang seharusnya sudah lama pensiun tapi masih tetap bekerja.

Sapaan yang lazim waktu itu bagi seorang pastor Katolik asal Belanda adalah “pater”. Pater Roodzand yang bekerja lebih dari 25 tahun di NG memberi semacam tip tentang ketahanan hidup kepada van Kampen yang muda dan jelas belum berpengalaman di NG. Untuk bertahan hidup di NG, Roodzand mengandalkan tiga hal: iman Kristianinya dan dua karabin, sejenis senapan atau bedil ringan berlaras pendek.

Van Kampen kemudian bertemu dengan Jan ter Poorten dan Mieke van der Meer di Merauke. Mieke yang akan bekerja di Enarotali selama beberapa waktu diangkat menjadi seorang pegawai sementara bidang linguistik. Dalam pertemuan itu, van Kampen setuju untuk ikut rombongan Jan ter Poorten kembali ke kawasan Mappi.

Mappi menjadi suatu resor ketika pemerintah Belanda mendirikan posnya di sana tahun 1934. Beberapa tahun sebelumnya, misi Gereja Katolik sudah bekerja di Mappi tapi tanpa hasil. Tujuan pemerintah dan misi Katolik di Mapi adalah untuk memberi penduduk kawasan itu dasar-dasar peradaban Barat.

Suku Mappi terkenal waktu itu sebagai salah satu suku paling liar di Nieuw Guinea. Mereka pengayau yang tidak mau berurusan dengan pemerintah Belanda dan misi Katolik.

Van Kampen yang mengikuti patroli pimpinan Kontrolir Jan ter Poorten mencakup empat puluh orang Papua dari detasemen polisi Papua di Masin dan Tanah Merah, dua kawasan di NG bagian Selatan. Tapi perjalanan di hutan rimba menantang karena mereka berjalan tanpa memakai kompas.

Sebagai seorang wartawan dan penulis Belanda yang pertama kali mengikuti patroli di hutan rimba NG, van Kampen mengalami kejutan budaya berkali-kali ketika menyaksikan praktek-praktek budaya penduduk Papua yang berbeda dengan yang berlaku di Belanda dan dunia modern lainnya. Di Karemu, suatu kampung suku Mappi yang sudah ditinggalkan, dia menyaksikan untuk pertama kali ramok, tradisi menggantungkan pada tali tengkorak-tengkorak musuh yang sudah dipenggal kepalanya pada sepotong tali yang diayun-ayunkan dalam pesta pengayauan mereka. Dia tidak menyukai “kultus barbar” (hal. 73) ini. Di kampung Ararai Sungai Cook, ter Poorten dan rombongannya menemukan dua belas kepala manusia yang baru saja ditebas; kepala itu dipotong dengan pisau bambu sesudah korban dibunuh dengan anak panah. “Realitas berdarah” itu mengejutkan van Kampen yang sudah mengikuti ekspedisi hukuman ter Poorten selama beberapa hari.

Kendati kejutan budaya yang dialaminya, van Kampen memahami alasan di balik “kultus berdarah” suku Wairu dari kawasan Mappi. Pengayauan yang mereka lakukan bertujuan untuk mencari daya hidup di kepala orang yang lehernya ditebas, daya hidup yang ingin mereka kuasai (hal. 74).

Setibanya di Merauke dari Tanah Merah, van Kampen menderita malaria dan harus dirawat di balik kelambu selama seminggu.

Info tentang Jungle Pimpernel

Sesudah pulih, van Kampen berencana ke Danau Paniai, danau terbesar di antara ketiga Danau Wissel, dengan menumpang sebuah pesawat terbang Catalina dari Biak. Dari info yang dia dapat di Merauke, penumpang pesawat terbang itu mencakup Residen Pegunungan Tengah NNG; le Roux, seorang pelancung dan penemu; seorang misionaris Kristen; beberapa orang petualangan; Mieke van der Meer; dan barangkali Jungle Pimpernel. Selain awak pesawat terbang itu, beberapa orang pegawai pemerintahan dalam negeri (PDN) ikut untuk menjalankan kembali pemerintahan di Enarotali, kawasan yang mencakup Danau-Danau Wissel, yang didirikan 1939 tapi dimusnahkan selama pendudukan Jepang.

Info Hellinga

Hellinga, pegawai pamong praja itu, memberi info lebih jauh yang menimbulkan kesan khusus tentang kepribadian, pekerjaan, dan pengaruh besar Jungle Pimpernel (JP) di tengah-tengah penduduk Ekari di Enarotali. Orang Papua gunung, kata Hellinga, sangat cinta damai. JP sangat dicintai rakyat Danau Wissel. Dia dipandang tuan besar, majikan, dewa mereka. JP berhasil melakukan apa yang belum pernah dilakukan orang Belanda sebelumnya di NNG: “menjadi orang Papua dengan orang Papua”, hidup sebagai “orang Papua di antara orang Papua” (78). Dia satu-satunya orang Belanda yang tinggal di NG selama pendudukan Jepang, bersembunyi dengan “hidup sebagai orang Papua”, dekat danau-danau itu. Selama tahun-tahun itu, tidak seorang anggota tentara Jepang pun yang menangkap dia. Namanya terjalin di danau-danau itu dan ribuan lelaki dan wanita yang tinggal di situ tidak sekalipun mengkhianati dia kepada tentara Jepang. Dia melakukan pekerjaan yang istimewa bagi Tentara Sekutu dan bahkan pekerjaan yang istimewa sebagai seorang peneliti dan penemu. Demi memperluas dan menegakkan wibawa pemerintah Belanda di Pegunungan Tengah, JP, masih muda dan lajang, melakukan pekerjaan yang berat seorang diri. Apa rahasianya bertahan di kawasan yang demikian terpencil, sepi, di antara orang Papua gunung yang masih primitif? Dia punya idealisme. Tentang hal ini, Hellinga mengatakan pada van Kampen, “Pekerjaan begitu berat sehingga Anda bisa melakukannya sendiri kalau Anda seorang idealis dan bersedia meninggalkan dunia.”

Alasan de Bruyn bekerja di NGB

Sebulan sesudah percakapannya dengan Hellinga, Anthony van Kampen terbang dari Merauke ke Biak. Dia menginap di mes KLM, maskapai penerbangan Belanda, di Biak sambil menunggu kedatangan Catalina yang akan menerbangkan dia dan rombongan lain, termasuk Dr. J.V. de Bruyn, ke lembah Danau-Danau Wissel.

Sementara masih di Belanda, de Bruyn sudah memilih Nieuw Guinea Belanda sebagai lokasi kerjanya di masa depan sebagai seorang pegawai PDN di Hindia Belanda. Tapi pilihannya untuk bekerja di NGB waktu itu dipandang aneh dan tidak normal. Sangat banyak pos pemerintahan yang nyaman tersebar di Jawa, Sumatra, dan Maluku. Kecuali Nieuw Guinea Belanda, suatu kawasan rimba raya yang tidak menyenangkan, dengan banyak nyamuk malaria yang menimbulkan demam, dan suatu kawasan yang menimbulkan rasa sepi.

Tapi Dr. de Bruyn tidak menghiraukan persuasi negatif tadi. Tekadnya untuk tinggal dan bekerja di NGB sudah bulat. Dia seorang idealis yang mau tinggal dan bekerja di antara orang-orang Papua gunung.

Akhirnya, dia, pada usia 25 tahun dan lajang, diangkat menjadi seorang pegawai Pemerintahan Dalam Negeri Belanda di Danau-Danau Wissel, Enarotali. Dia hidup dan bekerja di antara orang-orang Papua gunung yang masih hidup dalam Zaman Batu.

De Bruyn memenangkan rasa percaya penduduk

De Bruyn memenangkan rasa percaya yang besar dari penduduk padanya. Mereka segera memandangnya sebagai seorang sahabat dan penasehat. Dia sangat teguh memegang prinsip; dia tidak pernah berbohong kepada seorang Papua gunung. Sebagai akibatnya, orang Papua gunung tidak pernah berbohong padanya. Ketika pecah Perang Dunia II dan tentara Jepang memasuki Enarotali, mereka mencoba selama bertahun-tahun menangkap de Bruyn, berdinas pada Tentara Sekutu di Australia dengan melakukan pekerjaan intelijens. Ribuan lelaki dan wanita Papua gunung yang hidupnya sangat terkebelakang dibanding peradaban Eropa tidak sekalipun mengkhianati teman putihnya yang besar, yang mereka sebut Kontolule. Berkali-kali, mereka punya kesempatan memperoleh bayaran tinggi kalau mereka bisa menyerahkan de Bruyn kepada tentara Jepang, tapi mereka tidak menerima tawaran itu.

de bruijn
Sang Jungle Pimpernel, Dr. J.V. de Bruyn


Evakuasi

Pada Maret 1942, de Bruyn mengirimkan suatu berita melalui pengirim radio portabelnya ke Australia. Dia berkali-kali meminta pengiriman sebuah pesawat terbang untuk mengungsikan sekelompok kecil orang Belanda dan dua orang misionaris Amerika Serikat. Seluruh pesisir Nieuw Guinea Belanda sudah di bawah kekuasaan tentara Jepang, kecuali Merauke. De Bruyn sendiri memutuskan untuk melakukan kegiatan intelijens untuk Tentara Sekutu di Australia. Artinya, dia harus hidup di tengah orang Ekari, menjadi orang Papua gunung. Akhirnya, dia punya ribuan lelaki Papua di sekitarnya yang menyebutnya sahabat mereka.

Berita yang dikirimkan melalui radio ternyata ditanggapi. Sebuah pesawat terbang Catalina tua bernomor kode Y 45 mendarat di Danau Paniai. Pesawat itu lalu mengangkut rombongan pengungsi Belanda dan AS ke Australia.

Perlawanan terhadap tentara Jepang

Tiga hari kemudian, tentara Jepang mencapai Danau-Danau Wissel. De  Bruyn dan pasukan kecilnya sudah lenyap di hutan rimba. Dia memilih tiga puluh orang Ekari yang setia mengikutinya. Pada fase terakhir PD II, dia – kecuali beberapa orang teman Belanda – punya delapan sukarelawan yang mengelilinginya. Ada Gout, seorang anak Indonesia; Berger, seorang Belanda asal Limburg; Toumahu, seorang Ambon; Lambert Nuruwe, seorang Seram; Bao, seorang Timor berusia lima belas tahun, seorang hukuman yang diberi pengampunan oleh de Bruyn; Kota Dinny, seorang polisi Ambon; Kaburuan, seorang polisi Menado; dan Habel Honggulyan, seorang polisi Papua dari Fakfak. Para lelaki ini membentuk kelompok intelijens Oaktree dan Crayfish.

Ketika dikejar-kejar Jepang, dia mengambil keputusan untuk menjadi orang Papua gunung. Ketika pekerjaan luar biasa dia di pedalaman menjadi terkenal, dia dijuluki Jungle Pimpernel.

Kesetiaan orang Papua gunung

Dia berangkat ke arah Timur dan tidak pernah dilihat lagi, ditemani beberapa orang Papua gunung dan pemandu serta “kakak lelaki” dia, Soalekigi, waktu itu berusia 50 tahun. Dia dari suku Moni, kepala kampung Idodah, Aligame (Teman) de Bruyn; Soalekigi baik, kuat, setia, jujur, dan sangat cerdas.

Dalam kehidupan itu, de Bruyn  menyaksikan kehidupan orang sebagaimana mereka hidup dalam Zaman Batu. Selama tahun-tahun itu, dia belajar mencintai penduduk gunung. Dia tidak melihat mereka sebagai penduduk primitif; dia melihat mereka sebagai manusia. Mereka pun mencintainya sebagai seorang saudara mereka, bahkan berani berkorban untuk membelanya, termasuk tidak mengkhianati dia kepada tentara Jepang sekalipun peluang itu ada.

“Orang-orang Jepang datang ke danau-danau itu dan bertanya kepada penduduk Ekari: ‘Katakan kepada kami di mana lelaki kulit putih itu.’ Mereka memandang prajurit-prajurit kuning itu dan mengatakan, ‘Kontolule pergi dan kami tidak tahu ke mana. Tidak … kami tidak tahu. Cari sendiri!” (hal.22)

Tentara Jepang mengancam mereka tapi itu sia-sia. Mereka tidak tahu ke mana Kontolule pergi, katanya terus-menerus. Tidak satu pun dari mereka yang hidup di Zaman Batu itu mengkhianati de Bruyn.

Jungle Pimpernel adalah seorang pejuang bagi Tentara Sekutu, pejalan rimba, petualang, mata-mata, idealis, sarjana. Tapi tanpa bantuan teman-teman Ekari, dia tidak akan mencapai apa pun dan rugi. Selain itu, dukungan NEFIS memampukan dia bertahan hidup di hutan rimba bersama orang Papua gunung.

Van Kampen Terbang ke Enarotali

Sesudah mempersiapkan pembaca dengan latar belakang perjuangan de Bruyn bersama tentara kecilnya dan hubungan saling percaya dan mendukung antara dia dan orang Papua gunung, Anthony van Kampen kembali pada rencananya terbang ke Enarotali. Akhirnya, dia menumpang Catalina yang terbang dari Biak ke Danau-Danau Wissel. Untuk pertama kali, dia bertemu Dr. Victor de Bruyn dalam penerbangan itu; selain itu, dia berjumpa dengan Mieke van der Veer.
Akhirnya, Catalina mendarat di Danau Paniai. JP berhasil memanggil orang Ekari dalam bahasa daerah mereka untuk datang ke pesawat terbang.
JP dan rombongan yang akan mendarat dijemput dengan perahu-perahu Ekari. Van Kampen dan Mieke van der Meer ikut ke darat. JP disambut dengan hangat oleh suku Ekari. Ini kali pertama sesudah PD II dia berjumpa kembali dengan sahabat-sahabatnya, orang Papua gunung.
(Bersambung)