BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 31 Agustus 2011

16. Jungle Pimpernel 5

jungle pimpernel2 Di mana ter Poorten? Amthony van Kampen mendengar dia diduga bekerja di sekitar Sarmi.

Di Hollandia, van Kampen berkenalan dengan dua orang lelaki Belanda sebagai sumber informasi tentang Nieuw Guinea, kemudian menjadi temannya yang baru. Yang pertama, Pendeta Oudshoorn dan, yang kedua, Tylingen, seorang pegawai pamong praja. Mereka berdua punya pengetahuan yang luas tentang Nieuw Guinea Belanda.

Nieuw Guinea Belanda menurut Oudshoorn

Pendeta Oudshoorn menjadi salah satu sumber berwibawa tentang Nieuw Guinea Belanda. Apa yang dia ceritakan memberikan suatu latar belakang yang akan menolong van Kampen dan pembaca bukunya memahami lebih jauh tidak saja sisi-sisi tertentu NGB tapi juga lanjutan kisah van Kampen, terutama tentang ter Poorten.

Nieuw Guinea, kata Oudshoorn, punya iklim yang sulit. Tidak ada musim kemarau yang panjang seperti di Indonesia. Di NG, hujan hampir setiap hari. (Kawasan Merauke di NGB bagian selatan yang mengenal musim kemarau dan hujan seperti di Jawa adalah suatu kekecualian.)

Tiap orang Belanda, lanjut sang pendeta, takut terhadap NG sekalipun ada isu tentang emas di pedalaman.  Empat abad silam, NG disebut dalam bahasa Spanyol sebagai  Isla de Oro, Pulau Emas. Memang ada emas masa kini. (Penggalian tambang tembaga dan emas oleh Freeport di Tembagapura pada zaman Indonesia membuktikan bahwa emas memang ada di NG dan Papua masa kini.)

Sekalipun ada emas di NG, Oudshoorn tidak punya pandangan cerah tentang tantangan hebat alam NG bagi orang Belanda dan orang asing lainnya. “Saya tidak percaya ada satu daerah [lain] di bumi yang sangat bermusuhan seperti Nieuw Guinea,” katanya (164).

Hanya emas sebagai suatu komoditas yang ada di NGB? Tidak, jawab sang pendeta. Selain emas, ada kopra, damar, kopal, minyak bumi, bauksit, mutiara, kayu, batu bara, dan lain-lain. Di Kepala Burung, ada eksplorasi minyak bumi. (Eksplorasi ini dilakukan menjelang PD II oleh Nederlands Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij di singkat NNGPM, suatu perusahaan minyak bumi dari Belanda, yang berhasil menemukan dan mengekspor minyak bumi tapi kemudian menutup usahanya menjelang penyerahan kedaulatan atas Irian Barat kepada Indonesia 1963.)

victor de bruijn Dr. J.V. de Bruyn, sang Jungle Pimpernel

Selain sumber daya alami, NG pun kaya akan keanekaragaman fauna, kata Oudshoorn.  Misalnya, ada delapan puluh jenis burung cenderawasih yang berbeda-beda di daerah ini.

Apakah Kerajaan Belanda tertarik pada kekayaan NG dan menunjukkan kesungguhan untuk membangunnya? Pendeta Oudshoorn sangsi tentang kesungguhan pemerintahnya memnbangun daerah jajahannya.

Menurutnya, NG anak tiri Kerajaan Belanda. Negaranya mengabaikan kewajibannya membentuk dasar-dasar peradaban modern pada penduduk asli NG. Yang membentuk dasar-dasar peradaban itu malah bukan pemerintah di Belanda melainkan para misionaris Protestan dan Katolik Belanda dan dari negara Barat lainnya, seperti dari Amerika Serikat, dan segelintir pegawai kementerian dalam negeri Belanda yang idealis di NG. Sang pendeta selanjutnya menjelaskan tentang kesulitan pekerjaan misi Protestan dan Katolik di NG dan mengkritik pemerintah Belanda yang mengabaikan kewajibannya membangun NG.

Mengapa Kerajaan Belanda mengabaikan kewajibannya membangun NG? Daerah ini suatu “pojok dunia”, suatu tempat terkutuk bagi orang Belanda, jawab Oudshoorn.

Nieuw Guinea Dikenal dari Laut

Kemudian, untuk melihat seluruh pantai NGB, untuk melihat kehidupan orang Papua di pesisir, van Kampen melakukan pelayaran dengan menumpang kapal Maria Magdalena. Kapal ini berasal dari Port Moresby, Papua-New Guinea.  Pelayarannya selama tiga bulan; van Kampen menemukan bahwa laut keliling NG sepi.

Meskipun demikian, dia melihat hal-hal menakjubkan dari laut-laut tropis NGB. Tampak, misalnya, pulau-pulau kecil yang muncul begitu saja sebagai firdaus kecil dari permukaan laut. Selain itu, dia melihat penyelam-penyelam yang mencari mutiara, nelayan Papua, pemburu burung, dan penyelundup.

Sesudah pelayaran selama tiga bulan, Maria Magdalena kembali ke kepulauan Bismarck di Papua-New Guinea dan akan kembali lagi ke Hollandia sesudah lima bulan.

Jan ter Poorten di Pedalaman Sarmi

Sesudah pelayaran itu, Anthony van Kampen dipanggil pulang ke Belanda untuk suatu jangka waktu yang singkat. Tapi “cerita-cerita kuat” dia melalui media cetak tidak dipercaya pembaca Belanda. Dia marah dan kecewa karena cerita-ceritanya yang dibaca di koran-koran Belanda dinilai sebagai fantasi, padahal, menurut dia, itu benar.

Sekembalinya ke Hollandia, dia ingin mengetahui lebih jauh tentang kehidupan dan pekerjaan Jan ter Poorten di sekitar Sarmi. Dari van Noort, seorang Belanda yang menjadi Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) di Sarmi, VK mendapat kabar bahwa ter Poorten bekerja di pedalaman Sarmi.

Akhirnya, keinginannya bertemu lagi dengan ter Poorten di Sarmi terwujud. Dia berangkat ke sana bersama Oudshoorn dan Tylingen dengan menumpang kapal motor Higgins milik pemerintah di Hollandia. Tujuh hari kemudian, mereka mencapai Sarmi.

Kematian ter Poorten

Mereka bertamu ke rumah van Noort dan mendengar berita yang menimbulkan rasa ingin tahu lebih jauh tentang ter Poorten dan van der Veer. Van Noort menerima sepucuk surat dari Yosef Malinau, seorang guru Ambon yang, seperti ter Poorten,  juga bekerja di pedalaman Sarmi. Surat itu mengatakan KPS ter Poorten sakit keras; sakitnya berhubungan dengan penderitaannya di hati. Sementara itu, ada kejadian-kejadian luar biasa di pedalaman Sarmi. Sepucuk surat yang lain dari misionaris Troutman di Danau Wissel mengatakan Mieke van der Veer, teman dekat ter Poorten, sakit.

Van Noort kemudian mendapat sepucuk surat dari ter Poorten. Sebagian isinya sama dengan yang ditulis guru Malinau tapi bagian lanjutannya baru. Van Noort diminta datang dengan dukungan polisi bersenjata lengkap, dan membawa barang-barang lain yang diminta ter Poorten yang tengah sakit.

Persiapan perjalanan ke pedalaman Sarmi untuk mengunjungi ter Poorten dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Van Noort dan Tylingen akan ke sana, bersama dua orang anggota polisi Papua. Van Kampen dan Oudsheer akan ikut.

anthony van kampen1
Anthony van Kampen


Pada siang hari ketiga, rombongan pimpinan van Noort berangkat ke pedalaman Sarmi. Tapi sebelum mencapai tempat tujuannya, mereka sangat terkejut menemukan bahwa ter Poorten mati dekat suatu kali – diserang  buaya yang memakan sebagian tubuhnya! Jan ter Poorten lalu dimakamkan dekat kali itu. Rombongan van Noort  yang terlambat mengunjungi ter Poorten akhirnya kembali ke Sarmi.

Bagaimana dan mengapa ter Poorten meninggal dunia

Suatu kilas balik kepada kehidupan dan pekerjaan Jan ter Poorten memperjelas kematiannya. Untuk memulai tugas pemerintahannya di pedalaman Sarmi, ter Poorten bersama beberapa anggota polisi Papua berangkat ke kampung Moregul di sana. Selama dua tahun terakhir, pengayauan dilakukan di  Moregul, terletak di antara suatu kali yang berdekatan dan Sungai Mamberamo. Penduduk di kampung itu tengah mengadakan gerakan-gerakan yang menantikan datangnya Ratu Adil menurut kepercayaan mereka. Sementara menghadapi masalah sosial ini yang harus dipecahkannya, ter Poorten, seorang perasa, dihadapkan juga pada suatu tantangan lain dari dalam dirinya: penderitaan batin karena kecintaannya pada Mieke van der Veer,  jauh di pedalaman NG. Ini didorong juga oleh dirinya yang mengalami rasa sepi karena hidup seorang diri sebagai seorang lajang dan juga karena kesunyian yang dialaminya di pedalaman Sarmi. Sebagai akibatnya, dia makin menderita stres. Dia juga menderita sakit malaria yang berat.

Berangsur-angsur, penderitaannya menjadi begitu mendalam sehingga dia menderita gangguan mental. Dalam kondisi demikian, dia tidak mampu merawat dirinya sendiri. Guru Yosef Malinau yang mengetahui penderitaan berat ter Poorten lalu menyuruh Rachel dan Maria, dua orang gadis Papua Kristen asuhannya, menyediakan kebutuhan KPS itu, seperti makanan dan minumannya.

Gerakan penduduk pedalaman Sarmi menantikan tibanya Ratu Adil mereka tidak menciptakan kondisi yang menyenangkan bagi empat orang anggota polisi pembantu asal Papua. Suatu sore, mereka datang meminta izin kepada ter Poorten untuk kembali ke Sarmi. Ada kejadian-kejadian di Moregul yang tidak baik, mereka berdalih. Tapi ter Poorten melarang mereka pergi dan mereka kembali ke gubuknya.

Sesudah itu, berbagai rentetan kejadian aneh yang berkaitan dengan gerakan penantian munculnya Ratu Adil tersingkap. Dua sore kemudian, guru Ambon itu datang ke rumah ter Poorten. Dia memintanya ikut ke rumahnya. Yunus, salah seorang pembantunya, bertingkah laku aneh. Setibanya mereka di rumah Malinau, mereka menyaksikan Yunus berteriak-teriak dengan suara aneh, memakai kata-kata bahasa Inggris. Dia, menurut guru, sudah minum obat gila.

Kejadian lain melibatkan kepala kampung Moregul. Dia mengangkat dirinya menjadi Ratu Adil. Sambil memakai sesuatu mirip sebuah telepon, dia mencoba “menelepon” roh-roh orang mati. Ter Poorten yang tahu tentang keterlibatan kepala kampung itu, seorang wakil pemerintah di kampung itu,  datang dan menghancurkan “telepon” itu.

Bukan itu saja. Ter Poorten juga menyela upacara pemanggilan arwah-arwah oleh kepala kampung. Penduduk kampung itu marah dan ingin membunuhnya. Dia disuruh menyingkir tapi dia tidak percaya mereka akan membunuhnya. Mereka memang gagal membunuhnya.

Sesudah rentetan kejadian itu, Jan ter Poorten menderita malaria lagi. Dia terpaksa berbaring di tempat tidur lipat (pelbed) selama dua minggu. Dia juga menderita kesepian, menderita batin karena ingat pada Mieke van der Veer.

Dalam penderitaan lahir-batin demikian, dia menembak mati kepala kampung, sang Ratu Adil. Itu dia lakukan demi menegakkan ketertiban masyarakat dan wibawa pemerintah Belanda di kampung Moregul. (Pada zaman Belanda di Nieuw Guinea, kepolisian berada di bawah Departemen Dalam Negeri; karena itu, polisi di suatu tempat pemerintahan Belanda berada di bawah pegawai Departemen Dalam Negeri yang mengepalai tempat itu, seperti KPS, residen (semacam bupati), dan gubernur.)

Sesudah menembak mati kepala kampung, ter Poorten menyadari keadaan keamanan di tempat pos pemerintahan ada dan di tempat dia tinggal di pedalaman Sarmi akan makin buruk. Karena itu, dia memberitahu keadaan ini melalui sepucuk surat yang dia kirimkan kepada van Noort. Surat itu diantar Bonoban, seorang lelaki Papua yang menjadi seorang pembantu lain Guru Malinau, yang berjalan selama lima hari ke Sarmi.

Tapi mengira surat itu barangkali belum atau tidak tiba di tangan van Noort sementara keadaan keamanan di pos pemerintahan Belanda dan kediamannya akan lebih buruk, ter Poorten memutuskan untuk menempuh perjalanan di hutan menuju Sarmi. Kepergian Jan ter Poorten yang masih menderita lahir-batin itu diketahui Guru Yosef Malinau. Kuatir sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada KPS itu, Malinau dibantu dua belas orang Papua menyusul. Mereka menemui dan bergabung dengan dia.

Untuk mempercepat perjalanannya ke Sarmi, ter Poorten memakai sebuah rakit yang dibuat orang Papua untuk menempuh perjalanan selanjutnya melalui Sungai Mamberamo. Tapi mereka tidak mau ikut dia di rakit itu karena tahu bahaya yang bisa menimpa mereka dalam perjalanan itu, seperti aliran deras air sungai itu yang bisa membuat mereka terbalik, diseret aliran kencang air sungai, dan ancaman buaya. Kecuali Yosef Malinau dan dua orang Papua; meskipun mereka bertiga menyadari bahaya memakai rakit menuju Sarmi, mereka bersedia menemani ter Poorten dalam perjalanan yang berisiko itu.

Tapi di tengah perjalanan, Malinau dan kedua orang Papua yang tidak ingin lagi meneruskan perjalanan rakit karena sangat berbahaya menepi dan memilih jalan darat yang aman. Akhirnya, ter Poorten sendiri mengemudikan rakit ke laut, ingin mencapai Sarmi. Upayanya gagal: dia tewas dan hanyut dekat tepi suatu kali besar. Di situlah sebagian mayatnya ditemukan rombongan van Noort dan dimakamkan.

Pasca kematian ter Poorten

Bagaimana van Kampen mengetahui kilas balik kisah tragis yang menimpa Jan ter Poorten? Dia membaca laporan Guru Malinau dan orang Papua yang ikut bersama KPS itu pada rakit.

Mieke van der Veer kemudian sembuh dari sakitnya. Kematian ter Poorten memengaruhi jiwanya. Meskipun demikian, dia tetap melanjutkan pekerjaaannya di Danau Wissel.

Anthony van Kampen kemudian kembali ke Belanda dengan pesawat terbang lewat Batavia. Jungle Pimpernel akan kembali ke Paniai.

Kecintaan terhadap Nieuw Guinea Belanda

Sesudah meninggalkan Nieuw Guinea Belanda, apa yang paling bermakna baginya selama berada di daerah jajahan Belanda itu? Ada satu kesamaan yang dia temukan pada para pegawai Pemerintahan Dalam Negeri Belanda dan para misionaris Protestan dan Katolik dari Belanda dan Amerika Serikat yang hidup dan bekerja di Nieuw Guinea. Mereka semua menunjukkan “kecintaan yang besar dan dalam terhadap tanah ini ….” (226).

Rabu, 03 Agustus 2011

15. Jungle Pimpernel 4

 jungle pimpernel2 Jenis fauna dan flora lain menarik perhatian Anthony van Kampen. Itu mencakup hewan-hewan liar lain: ular, kanguru pohon dan kanguru hutan, kuskus, dan babi hutan. Dia secara khusus terpesona dengan padang bunga anggrek yang dilihatnya; padang bunga anggrek itu “paling indah dan paling langka di bumi” (127).

Watak, Penyakit, dan Firdaus Semu Ekari

Beralih ke orang Ekari, dia menangkap suatu sisi watak mereka dan watak penduduk Papua gunung pada umumnya.  Menurutnya, mereka terus-terang, terbuka, blak-blakan. Mereka datang tenang menuju Anda dan melihat ke Anda langsung di mata. Menurut van Kampen, mereka jelas menunjukkan bahwa mereka tidak lebih rendah di tanahnya sendiri.

Van Kampen pun menyadari bahaya dari kerentanan mereka terhadap penyakit dari luar di samping penyakit-penyakit lokal yang mereka derita. Penduduk Ekari di lembah-lembah Danau Wissel tidak mengenal penyakit-penyakit yang ada di Barat, seperti tuberkulosis, kanker, dan penyakit kelamin. Tspi mereka menderita penyakit lain yang berasal dari lingkungan hidupnya, termasuk frambusia dan struma.

Untuk mengobati penyakit-penyakit itu, JP sudah membawa persediaan obat dalam jumlah besar. Setiap hari, orang Ekari yang menderita penyakit-penyakit itu diberi suntikan salversan.

Secara khusus, apa pandangan JP tentang penduduk Ekari? Mereka bahagia dan tidak bahagia. Mereka bahagia karena tinggal di salah satu dari sedikit kawasan yang sangat subur dan jelas adalah suatu firdaus di Nieuw Guinea Belanda. Tapi mereka tidak bahagia karena mengalami perang-perang suku dengan banyak korban.

Anthony van Kampen yang mendalami kebudayaan rohani suku Ekari menyiratkan pernyataan Jungle Pimpernel sebelumnya bahwa keindahan alam di lembah-lembah Wissel menampakkan suatu firdaus semu. Ada peristiwa-peristiwa di situ yang bukan bagian dari firdaus; kejadian-kejadian itu berhubungan dengan kepercayaan tradisional mereka.

danau paniai
Danau Paniai yang indah menjelang terbenamnya matahari

Kepercayaan Tradisional

Tanah suku Ekari penuh dewa-dewa, roh-roh, dan setan-setan. Termasuk kepercayaan mereka akan Mado, setan air yang sangat ditakuti orang Ekari.

Tanah Ekari penuh desas-desus aneh. Terjadi hal-hal yang JP dan rekan-rekannya dari Hindia Belanda – oleh orang Ekari disebut  “orang-orang dari tanah Surabaya” – tidak pahami.

Salah satu terjadi di kampung Hadah, tempat tinggal Soalekigi. Suatu malam, JP duduk bersama Soalekigi di gubuknya, diterangi bulan. Ada tiga kali ketukan di pintu gubuk itu. Tiga kali pula Soalekigi berdiri membuka pintu keluar gubuknya, tapi dia tidak melihat siapa pun. Dia percaya yang mengetuk pintu gubuknya adalah dua orang saudara lelakinya yang sudah meninggal dunia. Menurut Soalekigi, kedua saudaranya sudah ada di gubuk itu meskipun mereka tidak tampak. JP segera menyaksikan Soalekigi berbicara panjang dengan mereka berdua! Sesudah itu, mereka berdua, menurut penglihatan batin Soalekigi, pergi.

Ke mana perginya jiwa lelaki dan wanita yang sudah meninggal dunia? Ke maikai, ke laut. Itulah tempat perhentian, nirwana, bagi penduduk Papua gunung. Ada banyak perempuan, babi, kapak, dan kelimpahan dari tebu, ubi jalar, dan talas di maikai.

Ada juga desas-desus tentang orang Papua putih yang berekor. Mereka dipercaya tinggal di suatu lembah tidak terkenal tidak jauh dari Danau Paniai. Tapi JP yang sudah menelusuri desas-desas ini tidak menemukan bukti adanya orang Papua putih yang berekor.

Makna  dan Asal Cangkang Kerang Kauri

Cangkang kerang kauri (yang kosong) memainkan peranan yang penting dalam kehidupan penduduk Ekari. Seperti yang sudah dikatakan, ia adalah mata uang tradisional penduduk Papua gunung. Bukan saja barang bisa dibeli dengan kawri; wanita pun bisa dibeli dengan mata uang tradisional ini. Seorang wanita Ekari bisa dibeli dengan antara 20 dan 40 kauri.

Tapi ini bukan satu-satunya peranan kauri bagi mereka. Ada peranannya yang lain.

Dalam hubungan dengan kepercayaan tradisional mereka, kauri adalah juga penangkal setan, jimat, dan pembawa keberuntungan dan keselamatan. Selain itu, kauri melambangkan kekuatan dan kuasa lain: kesuburan, perkawinan, dan peletan atau pekasih cinta.

Dari mana asalnya cangkang kerang kauri dan bagaimana ia mendapat nilainya sebagai mata uang orang Papua gunung? Cangkang kerang kauri berasal dari laut dan dibawa ke Lembah Baliem sebelum ia dibawa ke Paniai. Semakin jauh dari laut, semakin mahal kauri itu sebagai mata uang.

Pemerintah dan misionaris Belanda memahami kauri sebagai suatu alat bayar. Tapi mereka juga membayar penduduk Papua gunung dengan kapak besi dan tembakau.

Jungle Pimpernel  dan Penduduk Ekari

Sebagai seorang pegawai pamong praja, JP tidak saja menghadirkan pemerintah Belanda melalui pendirian pos pemerintahan dan pengibaran bendera Belanda di Paniai. Dia juga menegakkan kewibawaan pemerintah, di antaranya melalui pengadilan. Tapi pengadilan itu dituntun juga oleh kearifan yang dia peroleh dari pergaulannya yang erat dengan penduduk Ekari, pertimbangan akan keadilan berdasarkan hukum modern,  dan ditunjang oleh rasa hormat yang dalam dari penduduk padanya. Begitu besarnya rasa hormat mereka sehingga JP dijuluki seorang “blanke papoea” atau “Papua kulit putih” oleh van Kampen (119).

Ini suatu julukan bukan tanpa fakta. JP, misalnya, menceritakan pengalamannya hidup bersama orang Papua gunung, terutama selama PD II. Dia berkisah tentang kesetiaan mereka padanya, tentang caranya dia hidup dan makan seperti mereka. Selama itu, dia pernah menderita penyakit kekurangan vitamin A, sering menderita kelaparan, dan sebagai akibatnya pernah makan daging tikus tanah.

Dua hari sesudah kedatangan JP dan rombongan di Paniai, JP  mengadakan sidang “pengadilan” di tempat terbuka di lembah itu. Sidang itu diikuti penduduk Ekari dan disaksikan van Kampen. Sebelum meninggalkan pos pemerintahan Belanda di Paniai karena ancaman tentara Jepang, JP, sang Kontolule, sudah menegaskan siapa pun yang berkolaborasi dengan Jepang akan dihukum. Sebagai seorang wakil pemerintah Belanda, dia sekarang akan mendengarkan keluhan-keluhan dari mereka yang menyaksikan lelaki Ekari yang memberi “orang-orang kuning”, yaitu tentara Jepang, makanan.

enarotali masa kini Pemandangan Enarotali masa kini

JP mendengarkan keluhan-keluhan itu dan pertikaian mulut antara penuduh dan tertuduh. Lalu, dengan bijaksana, dia, atas nama pemerintah Belanda di Nieuw Guinea, menjatuhkan keputusan pengadilan. Dia mulai dengan mengucapkan terima kasih atas kesetiaan mereka. Kemudian, dia mengatakan perang sudah berakhir, orang-orang kuning sudah pergi. Sekarang, ada damai. Di seluruh “tanah Surabaya” (Indonesia) dan tanah Ekari. Karena itu, mereka tidak perlu berbicara lagi tentang perang atau memikirkannya lagi. Biarlah mereka melupakan dan mengubur semuanya dan hidup bahagia. Suatu keputusan pengadilan yang tidak saja mengharukan rasa keadilan penduduk Ekari tapi juga arif dan berdasarkan hukum modern.

Sesudah sidang pengadilan itu, JP membagi-bagikan hadiah. Setiap orang Ekari diberi sebuah kapak besi dan sepuluh cangkang kerang kauri. Kepala suku Ekari menerima sepuluh kauri. Sebagai ungkapan rasa terima kasih, orang Ekari melakukan tarian di lembah itu.

de bruijn
Menurut van Kampen, keakraban JP dengan orang-orang Ekari pasti berasal juga dari pengetahuannya yang mendalam, bahkan tentang pikiran-pikiran yang paling dalam dari mereka. Dengan rasa ingin tahu, dia bertanya kepada JP rahasia-rahasia dari seni membuat suku Ekari menceritakan pikiran-pikirannya yang paling dalam. Menjawab pertanyaan van Kampen, JP mengutip Soalekigi yang mengatakan JP berbicara seperti leluhur dia; dengan kata lain, hati, akal budi, dan jiwa JP sudah sama dengan hati, akal budi, dan jiwa leluhur Soalekigi. Itu barangkali seluruh rahasia komunikasi mereka.

Masa Depan Suku Ekari

Pada hari-hari berikutnya, JP sibuk dengan penelitiannya tentang suku Ekari. Dia berbicara serius dengan mereka.

Sering Anthony van Kampen dan Jungle Pimpernel berbicara tentang “bangsa yang mengherankan ini”, yaitu, orang-orang Ekari: tentang masa depan, masa isolasi, dan kontaknya dengan dunia modern di masa depan. Tentang kontak penduduk Ekari dengan dunia modern nanti, van Kampen mengajukan suatu pertanyaan yang sangat penting: “… apakah perkenalan itu akan menjadi suatu berkat atau kutukan” (122)?

Jawabannya atas pertanyaannya sendiri boleh dibilang bersifat visioner. “Sekalipun misi Protestan dan Kristen dan pemerintah berhasil memperkenalkan sedikit pengetahuan pada penduduk paling primitif di bumi ini, akan sangat sulit bagi mereka melakukan lompatan hebat ke depan ke arah peradaban Barat abad keduapuluh” (122).

Ketahanan hidup mereka ke masa depan menjadi suatu keprihatinan van Kampen dan JP. Usia rata-rata suku Ekari pada waktu itu antara 40 dan 50 tahun. Mereka tidak mengenal tulisan. Sejarahnya adalah tradisi lisan yang terdiri dari cerita-cerita, legenda, warisan, saga, dan nyanyian.

Dengan mempertimbangkan sejarah mereka di masa lampau dan masalah ketahanan hidupnya ke masa depan, mereka berdua belum bisa memastikan hasil akhirnya. “Apakah suku Ekari … hasil akhir tiga puluh atau tiga ratus abad atau apakah mereka di ambang meninggalkan Zaman Batu? Tidak ada siapa pun yang tahu. Apakah mereka hasil dari suatu degenerasi [kondisi menjadi makin buruk secara jasmani, moral, atau mental] yang cepat atau apakah justru ada suatu evolusi yang tengah berlangsung” (128)? Demikian van Kampen mengajukan beberapa pertanyaannya dan JP tentang masa depan suku Ekari.

Sementara belum menemukan jawaban akhir atas masalah ketahanan hidup suku Ekari memasuki abad kedua puluh (dan abad kedua puluh satu), van Kampen menyaksikan kegiatan ilmiah Mieke, Dr. de Bruyn, dan Pendeta Troutman untuk membangun dan membina mereka melalui penguasaan bahasanya. Mereka bertiga sibuk dengan masalah bahasa Ekari. Mieke mendasarkan penelitian linguistiknya pada 10.000 kosakata Ekari yang sudah dikumpulkan Dr. de Bruyn. Untuk itu, Mieke memutuskan untuk tinggal selama tiga tahun di antara suku itu.

Kisah Ekspedisi Jungle Pimpernel

Lalu, van Kampen meminta JP bercerita tentang ekspedisi yang dia lakukan ke Beura dan Ielop tahun 1941. Beura adalah daerah aliran sungai dari Beurang dan Ielop adalah daerah aliran sungai dari Ielorang. Ekspedisi itu dilakukan sekitar tiga bulan,  antara 9 Juni sampai dengan 7 Agustus 1941.

Ekspedisi itu bertujuan untuk menjejaki dan memetakan kawasan yang baru. Kawasan itu belum pernah dikunjungi sebelumnya oleh orang kulit putih. Kawasan itu ke arah Timur.

Ekspedisi itu terdiri dari suatu rombongan. Rombongan itu mencakup Kontrolir de Bruyn, seorang komandan polisi lapangan, sembilan agen polisi lapangan, seorang anggota polisi rakyat sebagai seorang pelindung, dan empat puluh orang kuli asal Ayamaru sebagai pemikul barang. Soalekigi, “kakak” de Bruyn pun ikut. Kehadirannya sangat vital karena dia seorang penengah ideal antara berbagai suku dan punya naluri untuk mngadakan kontak-kontak dengan mereka. Total, ada lima puluh tiga orang dalam rombongan itu. Makanan mereka terdiri dari sagu dan nasi sementara alat bayarnya adalah kawri, kapak besi, dan anting-anting.

Apa yang dilakukan Dr. de Bruyn selama ekspedisi itu? Sebagian kegiatannnya diringkas dari tulisan van Kampen berdasarkan catatan de Bruyn :
  •  16 Juni: Untuk penelitian etnografik, Dr. de Bruyn tinggal di bivak. Di sini, dia dikunjungi banyak anggota klen Zonggonau.
  • 20 Juni: Tiga orang suku Dani dari Igindora melakukan kunjungan ke bivak, suatu kunjungan yang mengherankan. Salah satu dari ketiga lelaki itu bisa berbahasa Moni yang dipahami de Bruyn.
  • 21 Juni: De Bruyn menyusun suatu daftar kata singkat bahasa Dani tentang nama-nama anggota tubuh.
  • 10 Juli: Rombongan itu mencapai kampung Biloroma dan disambut  penduduk dengan ucapan selamat datang dalam bahasanya: “Wiwa, wiwa” atau "wi wau, wi wau!”
  • 13 Juli: Daerah Ielorang dicapai.
  • 15 Juli: Tepi kiri Beurang dicapai.
  • 28, 28, 30 Juli: Soalekigi mendapat kabar seorang bayi lelaki lahir satu setengah bulan sebelumnya. JP diminta memberi nama bayinya; dia diberi nama Piet Hein.
  • 31 Juli, 1-6 Agustus: Perjalanan kembali ke Enarotali.
  • 7 Agustus: De Bruyn kembali ke rumahnya di Enarotali.
Rombongan itu yang melakukan patroli ke arah Timur berhasil membuat suatu peta tentang suatu kawasan yang belum dikenal di tengah Nieuw Guinea Belanda. Mereka sudah mengunjungi suatu kawasan seluas 300 kilometer persegi. Selain itu, mereka menghasilkan data pengetahuan ilmiah yang besar tentang penduduk,  catatan etnografik, hal-hal khusus tentang topografi tanah, daftar kosakata, dan peta-peta sketsa.

Mereka, misalnya, menemukan tradisi menjatuhkan hukuman mati bagi lelaki atau wanita yang melakukan perzinahan: dia dipanah sampai mati. Mereka juga menyaksikan upacara menghadiri orang mati, mayat yang dibuang ke sungai, mayat yang dbakar (dikremasi) oleh suku Dani, dan cara bersalaman unik penduduk Papua gunung.

Kembali ke  Biak dan Hollandia

Sesudah berada beberapa hari di Paniai, Anthony van Kampen, de Bruyn, dan awak pesawat terbang kembali ke Biak dan Hollandia dengan Catalina. Akan tetapi, Mieke van der Veer tinggal di Enarotali. De Bruyn ke Biak dan van Kampen ke Hollandia. Di Hollandia, van Kampen menderita demam dan harus istirahat.

(Bersambung)