BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 20 April 2011

11. Ilmu Fisika tentang Agama Kristen

the physics of christianity Judul: The Physics of Christianity

Penulis: Frank J. Tipler

Tempat, penerbit, tahun: New York: Doubleday 2007

ISBN: 9780385514248

Non-fiksi: 321 halaman

Daftar isi: Pengantar, 12 bab dan Lampiran: Kredo Kristen, Catatan, Bibliografi, Indeks, dan Perancang Seni

Kategori: ILMU FISIKA TEORITIS/AGAMA

***

Upaya Menggabungkan Kearifan Alkitabiah dan Ilmiah

Upaya menjelaskan atau membuktikan kebenaran ajaran Kristen barangkali setua agama itu sendiri – sekitar dua ribu tahun. Informasi persuasif yang lazim kita baca atau dengarkan tentang ajaran Kristen bersumber pada Alkitab dan para ahli teologia Kristen. Pendekatan macam ini barangkali sudah dipakai selama berabad-abad. Tapi, baik Alkitab maupun teologia Kristen yang dikembangkan dari Alkitab jarang melibatkan sains (penelitian dunia fisikal, cabang sains, atau kumpulan pengetahuan sistematik) dalam penjelasan atau pembuktian itu. 

Barangkali, salah satu kelemahan pendekatan konvensional ini ialah pengabaian sains dalam menjelaskan atau membuktikan kebenaran ajaran Kristen. Khususnya dalam masyarakat modern dan maju dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan dengan kesadaran yang tinggi akan kebenaran sains, pengabaian sains dalam menjelaskan atau membuktikan kebenaran firman Allah bisa menimbulkan kesangsian, cemoohan, dan bahkan penolakan terhadap pendekatan konvensional tadi oleh mereka yang terbiasa dengan info dan pemikiran ilmiah. Timbullah sebagai akibatnya kepincangan antara kearifan alkitabiah dan kearifan ilmiah karena kearifan alkitabiah ditekankan lebih banyak dari kearifan ilmiah.

Sebaliknya, ada komunitas Kristen yang terbiasa dengan pemikiran ilmiah yang justru memperoleh penguatan atau penyegaran imannya ketika informasi persuasif tentang ajaran Kristen melalui mimbar gereja, misalnya, disajikan sebagai hasil penggabungan atau peleburan kearifan alkitabiah dan ilmiah. Sayangnya, tidak banyak pendeta atau pengkhotbah yang memiliki keahlian menggabungkan kedua jenis kearifan ini. Para ilmuwan yang mencoba menggabungkan kedua macam kearifan tersebut barangkali tidak banyak. Barangkali, latar belakang mereka di bidang teologia pun sedikit atau bahkan tidak ada; atau mereka barangkali punya gelar gabungan dari pendeta dan ilmuwan.

Frank J. Tipler (lahir 1947) boleh dipandang salah satu dari cendekiawan itu. Melalui The Physics of Christianity, profesor Ilmu Fisika Matematik dan seorang penganut Kristen asal Amerika Serikat ini mencoba memberikan bukti-bukti tentang kebenaran iman Kristen bagi pembacanya, entah Kristen entah tidak.

 FrankTipler2 Frank J. Tipler
Judul bukunya menunjukkan pembatasan sudut-pandangnya terhadap agama Kristen dan ajarannya. Kekristenan dibatasi pada pembahasan dan argumentasi ilmu fisika modern.

Dengan bertindak demikian, dia mempertaruhkan reputasinya. Apakah kearifan ilmiah di bidang ilmu fisika yang dia pakai mampu menjelaskan kearifan alkitabiah yang begitu luas tentang Kekristenan secara meyakinkan, baik untuk para ilmuwan maupun untuk orang Kristen?

Sekilas Ilmu Fisika Modern

Menurut Frank J. Tipler, ilmu fisika modern berdasarkan tiga teori fundamental: mekanika kuantum, relativitas umum, dan Model Standar ilmu fisika partikel. Ketiga teori ini mendapat dukungan yang sangat luas karena kebenarannya dibuktikan melalui eksperimen-eksperimen.

Dalam bukunya, Tipler membuat suatu garis besar tentang apa yang dinyatakan ketiga teori tadi tentang hakekat realitas fisikal. Dia berasumsi bahwa ketiga teori itu memang benar. Tidak ada eksperimen lain yang menyangsikan kebenaran ketiga teori tersebut.

Menurutnya, Model Standar lengkap dan tepat. Di dalam model ini, pererasan (decay) proton dan neutron dimungkinkan. Meskipun demikian, pererasan tersebut boleh jadi membutuhkan waktu yang lebih lama dari usia alam semesta kita.

Mekanika kuantum adalah teori ilmu fisika paling mendasar dari ketiga teori tadi, dan juga paling berlawanan dengan logika sehari-hari. Mekanika kuantum menegaskan bahwa setiap benda dalam alam semesta – sebuah elektron, sebuah kursi, Anda dan Tipler, planet Bumi, dan seluruh alam semesta sendiri – adalah suatu partikel dan gelombang sekaligus. Teori mekanika kuantum mendaku bahwa segala sesuatu bukanlah partikel atau gelombang melainkan kedua-duanya. Ini suatu fakta ilmu fisika yang bahkan oleh fisikawan sekalipun sulit dipahami.

Suatu partikel mudah dibayangkan. Sebuah bola yang melesat di udara adalah suatu model yang bagus bagi semua partikel. Suatu bayangan yang baik bagi suatu gelombang adalah suatu gelombang di laut, yang menuju ke pantai. Apa beda antara partikel dan gelombang? Partikel terlokasi dalam ruang; gelombang menyebar di ruang. Tapi ada suatu perbedaan yang lebih mendasar: dua gelombang atau lebih bisa saling berinterferers (interference) atau saling “bercampur” dan berinterferers secara konstruktif atau destruktif. Gejala interferers inilah yang sangat penting bagi pemahaman mekanika kuantum.

Suatu bagian teori kuantum yang meneliti gravitasi disebut teori gravitasi kuantum. Menurut Tipler, kita punya suatu teori gravitasi kuantum yang jelas dan lengkap.

Khusus tentang ilmu fisika partikel elementer, para pakar menemukan bahwa ada materi dan lawannya, anti-materi. Menurut Tipler, materi di alam semesta lebih banyak dari anti-materi.

Agama Kristen sebagai Ilmu Fisika

Menurut J. Tipler, alam semesta mulai 13.7 miliar tahun yang lalu pada Singularitas. Dalam astronomi, Singularitas secara ringkas berarti suatu titik hipotetis dalam alam semesta. Ia adalah suatu kawasan yang secara cerdas diperkirakan ada dalam ruang angkasa yang di dalamnya forsa-forsa gravitasional mengakibatkan materi menjadi terkompresi secara ananta (infinite) dan ruang dan waktu menjadi terdistorsi secara ananta juga.

Singularitas kosmologis

Stephen Hawking, seorang ahli ilmu fisika tenar asal Inggris, membuktikan secara matematik bahwa Singularitas berada di luar ruang dan waktu. Dengan kata lain, Singularitas melampaui batasan ruang-waktu. Thomas Aquinas, seorang ahli teologia (Kristen Katolik) mengatakan “Allah menciptakan Alam Semesta.” Maksudnya, semua rentetan penyebab mulai dalam Allah. Allah adalah Penyebab Yang Tidak Menimbulkan Sebab (Uncaused Cause). Dalam ilmu fisika, semua rentetan yang menimbulkan sebab mulai dalam Singularitas. Singularitas itu sendiri tidak punya sebab. Selama lebih dari seribu tahun, para ahli teologia Kristen sudah menegaskan bahwa ada hanya satu keanantaan (infinity) yang “dicapai” (yang benar-benar ada): keanantaan Allah.

Singularitas Kosmologis (berhubungan dengan kajian ilmiah tentang alam semesta) adalah suatu keanantaan yang dicapai. Singularitas Kosmologis itu adalah Allah Yudaeo-Kristen.

Apakah Allah dan bagaimanakah Dia berinteraksi dengan alam semesta? Suatu teori khusus dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan ini. Teori tentang Segala Sesuatu (Theory of Everything) dalam ilmu fisika teoritis modern mensyaratkan bahwa alam semesta harus mulai dengan suatu singularitas. Tapi teori ini konsisten hanya kalau Allah ada. Kebanyakan ilmuwan kontemporer ateis; karena itu, mereka tidak menyukai Teori tentang Segala Sesuatu karena ia mensyaratkan adanya Allah. Mereka tidak suka Allah ada dalam teori ini; karena itu, mereka mengeluarkan Allah dari sains, suatu upaya yang berarti mernolak hukum-hukum ilmu fisika, seperti Teori tentang Segala Sesuatu.

Akan tetapi, Frank J. Tipler memilih suatu pendekatan yang berbeda terhadap realitas. Dia percaya kita harus menerima implikasi hukum ilmu fisika, apa pun implikasi itu. Kalau hukum itu menyiratkan adanya Allah, maka Allah ada.

Selain itu, kita bisa memakai hukum-hukum ilmu fisika untuk mengatakan kepada kita seperti apa Singularitas Kosmologis itu, yaitu, Allah. Hukum-hukum ilmu fisika mengatakan kepada kita bahwa alam semesta kita mulai dengan suatu singularitas awal, dan akan berakhir dengan suatu singularitas akhir. Hukum-hukum itu mengatakan juga bahwa alam semesta kita hanyalah satu dari sejumlah keanantaan (infinity) dari semua alam semesta. Himpunan alam semesta ini disebut alam semesta yang banyak (multiverse, singkatan dari multi-universes). Kalau kita secara teliti melihat himpunan alam semesta ini, kita melihat bahwa ada suatu singularitas ketiga, yang mengawali alam semesta yang banyak. Tapi ilmu fisika menunjukkan kepada kita bahwa ketiga singularitas yang tampak berbeda ini sebenarnya berasal dari satu singularitas. Ketiga-tiganya menjadi satu.

Ada satu agama yang mendaku Allah itu suatu Trinitas. Itulah agama Kristen. Menuut ajaran Kristen, Allah terdiri dari Tiga Oknum: Allah Bapa (Oknum Pertama), Allah Putera (Oknum Kedua), dan Allah Roh Kudus (Oknum Ketiga). Tapi tidak ada tiga Allah, hanya satu Allah. Dengan memakai ilmu fisika untuk memelajari susunan Singularitas Kosmologis, kita bisa melihat bahwa ketiga “bagian” Singularitas tadi memang bisa dibedakan dengan melibatkan gagasan keoknuman (personhood). Secara khusus, ilmu fisika bisa dipakai untuk menunjukkan bagaimana menjadi tidak mustahil bagi seorang lelaki – Yesus, menurut ajaran Kristen – untuk benar-benar ada sebagai bagian dari Singularitas itu yang menghubungkan Singularitas Awal dan Singularitas Akhir. Jadi, Inkarnasi menjadi sangat masuk akal dari sudut-pandang ilmu fisika.

Mujizat bisa dijelaskan

Suatu mujizat bisa melanggar pengetahuan terbatas kita tentang hukum ilmu fisika. Meskipun demikian, ajaran Kristen tradisional selalu mendaku bahwa “mujizat” tidak melanggar hukum ilmu fisika paling mendasar. Jadi, kalau kita mengetahui hukum ilmu fisika paling mendasar – dan kalau Teori tentang Segala Sesuatu kita betul, kita harus mampu menjelaskan semua mujizat menurut ajaran Kristen.

Kita bisa. Tipler memberi tiga contoh.

Bintang Betlehem adalah sebuah supernova

Salah satu adalah mujizat tentang Bintang Betlehem. Bintang itu adalah sebuah supernova di Galaksi Andromeda. Sebuah supernova adalah sebuah bintang besar yang meledak menjadi hancur pada evolusinya yang terakhir dan menghasilkan kilauan singkat yang 10 sampai dengan 100 kali lebih besar dari kilauan Matahari. Andromeda adalah suatu himpunan bintang-bintang berjumlah miliaran di belahan bagian utara langit yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Kilauan supernova dalam waktu yang singkat itulah yang tampak di atas kandang Betlehem, tempat Yesus lahir, dan dilihat para majus.

Yesus pembawa kromosom XX

Yang lain adalah mujizat kelahiran Yesus oleh Perawan Maria. Penjelasan Tipler yang bersifat agak teknis tentang proses kelahiran luar biasa ini menyiratkan kromosom. Untuk Anda yang awam tentang kromosom dan kaitannya dengan kelahiran Yesus di luar kelaziman, saya akan memperjelasnya secara ringkas sebelum kita beranjak ke penjelasan Tipler.

Kromosom adalah susunan mikroskopik di dalam sel-sel yang membawa molekul-molekul DNA (deoxyribonucleic acid). DNA adalah bahan keturunan yang memengaruhi perkembangan dan ciri-ciri setiap makhluk hidup. Kromosom dibentuk khususnya dari protein dan DNA.

Kebanyakan makhluk hidup punya perangkap lengkap pasangan kromosom yang cocok. Dalam mamalia, ada kromosom seks, yaitu, seperangkat kromosom yang tidak sama, termasuk manusia (yang tergolong pada mamalia).

Dalam kondisi normal, semua manusia punya 46 kromosom. Sebanyak 23 kromosom berasal dari ibu dan 23 lainnya dari ayah. Ke-23 pasangan kromosom itu menentukan jenis kelamin suatu makhluk hidup. Pasangan dengan jumlah yang sama itu terdiri entah dari kromosom “X” atau “Y”. Ibu punya hanya kromosom “X”; ayah punya kromosom “X” dan “Y”.

Bagaimanakah kaitan kromosom dengan kelahiran anak perempuan atau lelaki? Kalau pasangan yang menetapkan jenis kelamin adalah “X-X” yang cocok, anak yang lahir adalah seorang perempuan; kalau padanannya adalah “X-Y”, anak yang lahir seorang lelaki. Jadi, kita melihat bahwa kromosom tunggal dari ayah dalam pasangan kromosom ini menetapkan jenis kelamin anak itu.

Bagaimanakah tentang kromosom Yesus? Dia harus punya 24 kromosom kalau Dia akan lahir sebagai seorang anak lelaki dari seorang perawan wanita. Ada 23 kromosom dari ibunya dan suatu kromosom “Y” dari seorang ayah. Tapi ayah itu tidak bisa menjadi seorang ayah manusia karena ke-22 kromosom lain dari sisi ayah tidak ada. Karena itu, adanya kromosom “Y” sekurang-kurangnya suatu misteri, kalau bukan suatu mujizat.

Yesus membawa kromosom lelaki XX dalam darah-Nya. Riset kedokteran membuktikan bahwa lelaki bisa membawa kromosom tipe wanita (XX) dari pasangan ke-23 sementara wanita bisa membawa kromosom tipe lelaki (XY) dalam darah mereka.

Kelahiran Yesus melalui seorang perawan bisa dipahami lebih jauh melalui penemuan gen SRY, gen yang menetapkan jenis kelamin seorang bayi. Lelaki pembawa kromosom XX – disingkat lelaki XX – adalah lelaki yang punya bukan kombinasi khas kromosom XY melainkan dua kromosom X. Lelaki XX secara khas adalah lelaki tapi mandul. Ketika sperma ayah berisi kromosom X, sel-sel dari dua gamet yang dihasilkan haruslah wanita. Tapi kalau gen SRY dihidupkan, sel-sel dari dua gamet yang dihasilkan akan menjadi seorang lelaki. Dengan cara inilah kita memperoleh seorang lelaki XX. Ini reproduksi seksual secara normal atau alami. Kalau kelahiran melalui perawan macam ini bisa terjadi dalam alam, kita tidak sulit membayangkan kuasa Allah memampukan kelahiran Yesus melalui Perawan Maria sebagai suatu reproduksi aseksual untuk suatu maksud khusus, seperti Penjelmaan Allah Putera menjadi Anak Manusia. Ini sesuai kepercayaan bahwa tidak ada wanita lain seorang Perawan Maria yang memberikan bahan genetik kepada Yesus, dengan kromosom Y Yesus dikaruniakan secara “ajaib”. Bisa dikatakan Yesus adalah suatu klon (clone) genetik dari Maria.

maria dan yesus Suatu lukisan tentang Maria dan bayi lelaki Yesus, pembawa kromosom XX

Mujizat tentang kelahiran Yesus melalui seorang perawan bisa dipercaya kalau kita memakai pengetahuan modern kita tentang seberapa tepatnya DNA menyandi (code) jenis kelamin. Kita memperkirakan bahwa, dalam suatu kelahiran melalui perawan, semua DNA anak lelaki itu akan berasal hanya dari ibunya. Ini dimungkinkan seandainya Yesus seorang lelaki XX. Dalam masyarakat Amerika Serikat, satu dari 20.000 orang lelaki adalah seorang lelaki XX. Dengan memakai teknologi DNA modern, adalah suatu masalah sederhana untuk menguji apakah seorang lelaki adalah seorang lelaki XX. Suatu tes DNA yang dilakukan terhadap Kain Kafan dari Turin, didaku adalah kain kafan yang membungkus mayat Yesus, dan juga terhadap Kain Oviedo, dikleim adalah “serbet” yang menutup wajah Yesus di kuburan. Tes DNA pada kedua peninggalan itu menunjukkan bahwa darah pada kedua kain itu milik seorang lelaki XX.

yesus turin
Bayangan wajah pada Kain Kafan dari Turin, DNA bayangan itu menunjukkan darah seorang lelaki XX


Kebangkitan Yesus dari maut hasil transformasi atom-atom

Contoh mujizat ketiga yang diberikan Frank J. Tipler adalah kisah kebangkitan Yesus dari maut. Menurut ajaran Kristen, Yesus bangkit dari kematian dalam suatu “tubuh yang mengalami kebangkitan dari maut”, suatu tubuh yang akan kita miliki pada Kebangkitan Umum di masa depan. Menurut Tipler, kebangkitan Yesus dari kematian-Nya terjadi ketika atom-atom dalam tubuh-Nya secara spontan mereras menjadi neutrino dan anti-neutrino; kemudian, neutrino dan anti-neutriono berubah kembali menjadi atom-atom untuk membentuk kembali tubuh Yesus yang bangkit dari kematian-Nya. “Tubuh Yang Dimuliakan” ini mampu melakukan “dematerialisasi” pada satu lokasi dan “materialisasi” pada lokasi lain. Ilmu fisika partikel modern menyediakan suatu mekanisme untuk dematerialisasi: pengubahan materi suatu benda menjadi neutrino, partikel elementer yang berinteraksi secara sangat lemah dengan materi dan karena itu tidak bisa dibagi lagi menjadi lebih kecil. Membalikkan proses itu akan menghasilkan materialisasi dari kehampaan. Kalau ini adalah mekanisme Kebangkitan Yesus, ada beberapa tes yang bisa menunjukkannya. Sesungguhnya, beberapa pengujian itu begitu sederhana sehingga seorang biasa bisa melakukannya. Bayangan Yesus pada Kain Kafan dari Turin punya beberapa ciri utama khusus yang menurut perkiraan kita akan timbul dalam proses dematrialisasi neutrino.

yesus bangkit Suatu lukisan tentang Yesus yang sudah bangkit dari kematian, disaksikan Maria Magdalena; kebangkitan-Nya, menurut Tipler, adalah hasil proses ilmu fisika partikel

Apa akibatnya seandainya Yesus tidak bangkit dari kematian-Nya? Tanpa kebangkitan-Nya, alam semesta kita tidak akan ada, Tipler mendaku.

Komputer akan melampaui kecerdasan manusia

Orang Kristen mendaku Yesus akan datang kembali di akhir sejarah manusia. Dua perkembangan dalam ilmu fisika menunjukkan bahwa sejarah manusia akan berakhir dalam waktu sekitar lima tahun lagi. Para ahli meramalkan bahwa komputer akan melampaui kecerdasan manusia dalam waktu lima puluh tahun, dan mekanisme dematerialisasi bisa dipakai untuk membuat senjata mirip gumpalan kertas dengan daya destruktif mirip bom atom. Senjata-senjata dan komputer-komputer supermanusia seperti akan mengakibatkan ketahanan hidup manusia menjadi terancam. Dalam pembahasan-Nya tentang kedatangan-Nya yang kedua kali, Yesus mengatakan Dia akan kembali ketika manusia menghadapi suatu “Masa Kesesakan” yang begitu besar sehingga kita tidak akan bertahan hidup tanpa campur tangan langsung dari Dia. Kita akan menghadapi Masa Kesesakan seperti itu dalam waktu lima puluh tahun.

Dari sudut-pandang teori ilmu fisika terkini, agama Kristen bukanlah sekadar suatu agama. Ia adalah suatu sains yang bisa diuji secara eksperimental.

Kritik terhadap Ilmu Fisika tentang Agama Kristen

Buku ini ditulis seorang Profesor Ilmu Fisika Matematik yang menguasai ilmu fisika. Pembaca dianjurkan punya dasar yang kuat dalam ilmu fisika supaya dia mampu membedakan fiksi dengan fakta dalam buku ini.

Tentang mekanika kuantum

Menurut Tipler, dua partikel berpasangan dengan spin (perpusingan) yang berlawanan akan mempertahankan spinnya yang berlawanan dalam jarak apa pun. Menurut asas ketakpastian Heisenberg dan mekanika kuantum, tidak satu pun dari kedua partikel ini punya spin apa pun kecuali kalau seorang pengamat mengamati masing-masing pasangan itu dan mengubahnya dari kondisi gelombang menjadi suatu kondisi partikel yang punya spin. Ketika Anda sebagai seorang pengamat mewujudkannya menjadi materi dengan mengamatinya, partikel itu cepat tahu apa spin kembarnya yang sebelumnya dijauhi pada kecepatan cahaya. Dengan demikian, pengetahuan di antara kedua partikel itu dipertukarkan dua kali lebih cepat dari kecepatan cahaya! Tapi Anda tidak menciptakan suatu partikel dengan mengambrukkan fungsi gelombangnya melalui pengamatanmu, dan kalau fungsi gelombang itu diciptakan agar menjadi suatu partikel lain sebagai suatu kembar yang berlawanan secara simetrik, fungsi gelombangnya tidak akan berubah sesuai jaraknya.

Sejauh ini baik-baik saja, tapi Tipler beranjak lebih jauh dari gagasan ini. Dia menunjukkan bahwa kedua partikel kembar itu bahkan mempertahankan ciri-ciri spinnya yang berlawanan kalau kedua-duanya diamati dalam alam semesta yang lain di dalam alam semesta yang banyak.

Tapi gagasannya bahwa mekanika kuantum berlaku bagi semua benda tanpa mempertimbangkan ukuran sangat dipertanyakan. Ini suatu pokok penting yang mendasari hampir semua kasus bagi dasar ilmu fisika agama Kristen (khususnya, Kristen Katolik). Pada halaman 15, Tipler mengulangi lagi pokok penting ini dengan menerima dalil bahwa mekanika kuantum berlaku tanpa kecuali untuk semua sistem. Karena itu, secara matematik harus ada alam semesta yang banyak.

Tidak semua fisikawan merasa nyaman dengan teori tentang alam semesta yang banyak berdasarkan mekanika kuantum. Memang, ada persamaan gagasan dasar antara Tipler dan beberapa fisikawan tentang kausalitas, evolusi yang dituntun Allah, kecerdasan manusia masa depan yang muncul di alam semesta, dan kehidupan kekal sebagai bagian dari gagasan tentang Allah. Tapi ada juga fisikawan yang menentang kleim Tipler bahwa mekanika kuantum adalah ilmu fisika bagi semua benda material, tanpa memandang ukuran atau skalanya.

Tentang Singularitas Kosmologis

Buku ini berbicara tentang agama dan ilmu fisika. Pernyataan Frank J. Tipler bahwa “Singularitas Kosmologis adalah Allah” merupakan suatu pernyataan yang berani. Tapi pernyataannya bahwa ilmu fisika menuntut tiga singularitas yang sebenarnya satu dan bahwa Trinitas menurut Kristen adalah ajaran religius yang cocok dengan agama Kristen mengejutkan. Tidak semua ilmuwan akan sepakat dengan pernyataannya.

Tentang buku Tipler menurut Lawrence M. Krauss

Judul buku Tipler, The Physics of Christianity, mengingatkan kita pada Physics of Star Trek karya Lawrence M. Krauss (1995). Buku yang diberi pengantar oleh Stephen Hawking ini diterbitkan dalam terjemahan Indonesia, Fisika Star Trek, oleh Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2001. Krauss seorang professor ilmu fisika dan astronomi asal AS.

Prof. Krauss, dipandang sebagai seorang ateis, ternyata membaca karya Frank J. Tipler tadi. Apa kritiknya terhadap buku itu?

LawrenceM.Krauss
Lawrence M. Krauss

Menurutnya, Frank J. Tipler memberi penjelasan sains melampaui batasnya yang patut. Dia menyimpang dari penjelasan sains yang wajar dengan menyediakan pembenaran ilmu fisika yang berbelit-belit atau kusut untuk menjelaskan mujizat-mujizat Kristen. Penjelasannya mencakup bayangan Yesus pada Kain Kafan dari Turin yang, menurut Krauss, adalah suatu pemalsuan yang sudah lama ditolak oleh banyak ahli. “Ketika ilmu fisika konvensional tidak memberikan suatu penjelasan yang cukup bagi gejala religius yang dipermasalahkan,” kata Krauss, “ Tipler menemukannya kembali.”

The Physics of Christianity, lanjutnya, adalah “suatu koleksi setengah kebenaran dan perlebih-lebihan. . . suatu omong kosong.” Sebenarnya, buku itu “jauh lebih berbahaya dari pada sekadar omong kosong.” Mengapa? Tipler memerikan berbagai aspek ilmu fisika modern yang memberi “ilusi persuasif” bahwa apa yang dia jelaskan menyiratkan hukum-hukum ilmu fisika.

Itu tidak benar. Bukunya memberikan suatu pelajaran tentang suatu pokok yang “terperangkap” ke dalam bahaya mendorong sains melampaui wilayah keabsahannya. Selain itu, Tipler memakai “perkiraan-perkiraan ilmiah” yang seakan-akan absah dalam semua konteks.

Akan tetapi, Krauss percaya Tipler seorang lelaki yang terhormat yang tidak bermaksud memutar-balik realitas demi mencapai tujuannya. Meskipun demikian, dia sudah melakukan pemutarbalikan fakta.

Misalnya, Tipler mendaku bahwa Model Standar dari ilmu fisika partikel lengkap dan tepat. Itu tidak benar. Yang tidak benar juga adalah dakuan-dakuannya yang lain: teori gravitasi kuantum jelas dan konsisten, alam semesta harus ambruk lagi, sifat energi gelap sudah dipahami, dan kita tahu mengapa ada materi lebih banyak dari anti-materi dalam alam semesta.

Ketika merentangkan pengetahuan melampaui batasnya tidak cukup, Tipler mengandalkan pemakaian probabilitas yang berasal dari pengetahuan berdasarkan pengalaman hidup. Misalnya, dia berargumentasi bahwa kebangkitan Yesus terjadi ketika atom-atom dalam tubuh-Nya mereras secara spontan menjadi neutrino dan anti-neutrino, lalu berubah lagi menjadi atom-atom untuk membentuk kembali diri-Nya. Penalarannya mengandalkan Model Standar ilmu fisika partikel; di dalam model ini, pererasan proton dan neutron bisa terjadi. Meskipun demikian, pererasan itu membutuhkan waktu yang lebih lama dari usia alam semesta sendiri. Artinya, probabilitas suatu kejadian seperti itu pada intinya adalah nol.

Selain kontroversi tentang kebangkitan Yesus menurut argumentasi Tipler, suatu masalah lain menyangkut pemakaian yang aneh dari suatu versi “Kristen” tentang asas antropik. Asas ini mengacu pada keberadaan jenis alam semesta yang membatasi adanya hidup. Asas antropik adalah suatu pernyataan bahwa hidup apa pun yang ada dalam suatu alam semesta akan memberlakukan kondisi-kondisi yang secara signifikan memberi alam semesta itu sifat-sifat fisikal.

Berdasarkan suatu versi Kristen dari asas antropik itu, Tipler mendaku bahwa tanpa kebangkitan Yesus, alam semesta kita tidak bisa berada. Karena itu, ketika orang mengutak-atik syarat ini dengan suatu probabilitas yang dikira-kira yang hampir setara dengan nol, hasil akhirnya adalah suatu kondisi yang hampir pasti.

“Saya mendesak calon pembaca yang barangkali ingin mencari pembenaran empirikal bagi imannya untuk bersikap ramah terhadap Profesor Tipler dan memilih buku lain yang berisi entah sains yang lebih baik entah teologia yang lebih baik,” saran Prof. Lawrence M. Krauss.

Sisi Positif Buku Tipler

Selain berisi kekurangan-kekurangan tadi, buku Frank J. Tipler menunjukkan beberapa pokok yang positif. Di antaranya, bukunya berisi suatu analisis yang menarik tentang cara ilmu fisika modern diterapkan pada agama Kristen, penulis memaparkan rincian khusus tentang ilmu fisika dasar dan ajaran Kristen, dan penjelajahan ilmiah yang menawan dari suatu topik kontroversial.

Minggu, 10 April 2011

10. Orang Papua dari Waropen

papuas of waropen book Judul: The Papuas of Waropen

Penulis: Prof. Dr. G. J. Held

Penerbit: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde Translation Series 2

Tempat, penerbitan, tahun: The Hague: Martinus Nijhoff 1957

Non-fiksi: 407 halaman

Isi: prawacana editorial, prawacana, pengantar, delapan bab, glosari, daftar foto (77 lembar), daftar gambar (32 lembar), singkatan, dan indeks

Kategori: ANTROPOLOGI-BUDAYA/ANTROPOLOGI-SOSIAL/ETNOGRAFI OSEANIA

***

Orang Papua dari Waropen

Seperti yang sudah dijelaskan dalam resensi 8, The Papuas of Waropen karya Dr. G. J. Held adalah terjemahan bahasa Inggris dari buku aslinya, Papoea’s van Waropen. Ini suatu hasil penelitian antropologi-budaya, antropologi-sosial, atau etnografi Oseania yang bagus tentang Nieuw Guinea Belanda. Ia suatu laporan rinci tentang penelitian lapangan yang dilakukan Held sebelum PD II dan diterbitkan pertama kali dalam bahasa Belanda di Belanda tahun 1947.

The Papuas of Waropen adalah suatu buku ilmiah di bidang antropologi yang berisi pemerian tentang sistem sosial di Waropen. Buku ini memerikan secara teliti banyak ciri utama sistem sosial itu yang menjadi minat umum mahasiswa, pemerhati, dan ahli antropologi atau etnologi di Oseania. Asas-asas yang mendasari minat mereka berulang-ulang dalam kombinasi dan konteks yang berbeda-beda melintasi suatu kawasan yang luas di Samudera Pasifik.

Buku itu disajikan sebagai suatu etnografi umum konvensional. Meskipun demikian, minat khusus Held pada agama tradisional (kebanyakan orang Waropen belum menjadi pemeluk Kristen ketika Held melakukan penelitiannya). Kasarnya, ada sekitar separuh buku Held dikhususkan untuk upacara dan kosmologi Waropen.

Orang Waropen tinggal di pantai bagian timur Teluk Geelvink di utara Nieuw Guinea Belanda. Kawasan ini punya daya tarik khusus bagi para ahli antropologi. Di tempat ini, kebudayaan Indonesia dan Melanesia bertemu dan, sampai batas tertentu, berbaur. Akan tetapi, Held kesulitan memutuskan apakah kebudayaan Waropen harus dipandang sebagai kebudayaan Indonesia atau Melanesia. Dalam hubungan ini, menarik untuk mengetahui pemerian Held tentang harta-milik bernilai tinggi yang menaikkan gengsi pemiliknya. Itu mencakup tidak hanya guci-guci China bernilai tinggi pada suku Iban di Kalimantan tapi juga gelang-gelang yang dibuat dari kerang konus yang membentuk pertukaran kzlla di Kepulauan Trobiand (di Laut Solomon, timur Papua Nugini) dan dinilai tinggi sebagai hiasan pada kebanyakan kawasan Melanesia.

Dr. Held mengalami kesulitan juga dalam mengelompokkan bahasa Waropen. Apakah bahasa ini tergolong pada keluarga bahasa Austronesia (bahasa kawasan yang mencakup Indonesia, Melanesia, Mikronesia, Polinesia, dan pulau-pulau berdekatan di Samudra Pasifik) atau bahasa “Papua” yang dipakai di pedalaman Nieuw Guinea Belanda dan pada daerah-daerah lain di pesisir Teluk Geelvink? Menurut Held, bahasa Waropen tergolong pada keluarga bahasa Austronesia karena ada ciri-ciri yang sama antara bahasa ini dan keluarga bahasa Austronesia. Tapi ia berbeda dengan bahasa-bahasa Papua. Kemudian, ciri-ciri jasmani orang Waropen yang diteliti berdasarkan foto-foto mereka tampaknya menunjukkan bahwa pengaruh Indonesia sedikit. Karena itu, Held mengalami kesulitan dalam menentukan keluarga bahasa Waropen.

Tentang kampung-kampung Waropen, Dr. G. J. Held mengatakan kampung-kampung itu terletak di kawasan hutan bakau dan hutan pasang-surut. Di kawasan itu, tidak tersedia apa pun yang bisa dimakan kecuali pohon sagu yang menyediakan makanan pokok penduduk kampung-kampung itu. Makanan itu mereka tambah dengan banyak ikan, sewaktu-waktu diselingi dengan daging babi hutan, dan daging babi piara (babi yang diternak) untuk acara-acara khusus. Untuk kebutuhan-kebutuhan lain, mereka bergantung pada sistem yang luas dari ekspedisi perdagangan ke suku-suku Papua di pedalaman Waropen dan ke pulau-pulau di sekitar Waropen. Di masa lampau, tampaknya sudah ada hubungan langsung dengan pulau-pulau sejauh Kepulauan Maluku.

Setiap kampung Waropen terdiri dari dua, empat, atau lima da, sejenis klen. Anggota-anggota suatu da merasa mereka keturunan satu leluhur klen; karena itu, mereka saling berkerabat.

Setiap da dibagi menjadi sejumlah yang berubah-ubah dari ruma. Ruma adalah sekelompok anggota keluarga besar yang terikat oleh perkawinan di luar klen atau suku, bisa disebut suatu rumah atau cabang keluarga. Suatu ruma adalah suatu kelompok eksogam dari sanak-saudara menurut garis keturunan bapak, kelompok yang mencakup juga orang lain melalui adopsi.

Perkawinan diadakan dengan puteri saudara lelaki ibu. Kemungkinan lain, seperti perkawinan dengan puteri saudara perempuan ayah, dilarang, tapi ada ruang gerak tertentu dalam cara memperhitungkan hubungan yang disyaratkan untuk mengimbangi pembatasan aturan ini. Saudara lelaki ibu makin berkurang kepentingannya dibanding saudara lelaki ayah. “Asas status sosial mulai menunjukkan kenaikan di atas organisasi klen.”

Dalam ciri utama ini dan ciri utama lainnya, orang Waropen menyediakan suatu contoh yang menarik dari suatu masyarakat yang tengah mengalami peralihan. Akan tetapi, peralihan ini tanpa ketergantungan apa pun pada pengaruh luar.

Upacara dan gagasan yang berkaitan dengan perkawinan, kehamilan, inisiasi, dan kematian diperikan dan dibahas dengan sangat rinci. Pada umumnya, upacara dan gagasan itu tampaknya mengikuti pola Melanesia yang lazim, dengan penyimpangan signifikan tertentu.

Dalam penafsiran datanya, Dr. Held mengaku dia berhutang pada teori Emile Durkheim (1858-1917), dan teori pakar-pakar lain, dan pada ajaran Prof. Dr. de Josselin de Jong. Durkheim adalah seorang ahli sosiologi tenar asal Perancis sementara de Josselin de Jong adalah seorang ahli antropologi atau ilmu sosial tenar yang mengajar pada Universitas Leiden, Belanda, tempat Held kuliah. Meskipun terpengaruh pakar-pakar itu, fakta-fakta dalam buku Held membentuk suatu catatan obyektif yang punya nilai sendiri, terlepas dari pertimbangan-pertimbangan teoritis.

Bertentangan dengan kebanyakan komunitas seluruh pulau Nieuw Guinea (bagian jajahan Belanda di barat dan jajahan Inggris dan Jerman di timur), orang-orang Waropen adalah tukang-tukang yang kurang ahli dan menunjukkan kemampuan artistik yang tidak besar. Ketrampilan konstruktif paling besar mereka dicurahkan pada perahu-perahunya, sarana hubungan yang sangat mereka andalkan karena kebanyakan rumahnya dibangun di atas tiang-tiang kayu di atas air.

Alat-alat untuk berbagai kebutuhan mereka sering diukir. Alat-alat itu digunakan, misalnya, untuk memproses sagu, bagian perahu, atau rumah, penopang leher (ketika orang tidur), dan tabung-tabung bambu berukuran kecil untuk menghisap tembakau. Tapi motif-motif yang mereka ukir pada alat-alat itu jelek dan diulang-ulangi.

Buku tulisan Dr. G. J. Held berisi foto-foto dan gambar-gambar tangan yang istimewa dari seorang Papua yang menjadi asistennya. Nama penerjemah tidak diberikan. Tugasnya terbilang sulit, tapi, pada umumnya, dia laksanakan dengan baik. Ada kesalahan-kesalahan tata bahasa Inggris tertentu, termasuk pemakaian yang terus-menerus dan keliru dari kata “like,” yang harus diperbaiki dalam edisi mendatang. Terjemahan kata Papoea’s dalam bahasa Belanda menjadi Papuas pun tidak sesuai terjemahan bakunya dalam bahasa Inggris: Papuans. Acuan bibliografi di akhir buku Held tidak lengkap dan diberikan sebagai catatan kaki, dengan pemakaian yang berulang-ulang dan mengganggu dari op.cit. Akan tetapi, ini semua kesalahan-kesalahan kecil, dan tidak mengurangi rasa terima kasih kita pada mereka yang secara tepat berpikir bahwa buku itu “layak memperoleh suatu lingkaran pembaca yang lebih luas daripada yang bisa dijangkau suatu terbitan dalam bahasa Belanda.”

The Papuas of Waropen adalah suatu sumbangan yang sangat bernilai bagi pengetahuan kita tentang sistem sosial di Melanesia. Kita hanya menyesal penulisnya meninggal dunia terlalu cepat untuk melakukan analisis lanjutan tentang masyarakat Waropen.

Biografi Ringkas

Gerrit Jan Held dilahirkan di Kampen, Belanda, 1 Juli 1906 dan meninggal dunia di Jakarta 28 September 1955. Dia seorang ahli antropologi-budaya Belanda pertama yang menghasilkan suatu etnografi baku lengkap dan pemerian bahasa suatu masyarakat Papua , yaitu, masyarakat Waropen,  di Nieuw Guinea Belanda.

Held belajar sejak 1926 indologi (ilmu tentang pemerintahan dalam negeri di Hindia Belanda) di Universitas Leiden. Di sini, dia menjadi seorang ahli etnologi, bahasa Sansekerta, dan Jawa Kuno. Pada tahun 1935, dia mendapat gelar doktor untuk disertasinya tentang syair kepahlawanan dari India, Mahabrata.

Dia kemudian berdinas pada Lembaga Alkitab Belanda dan berangkat ke Nieuw Guinea Belanda tempat dia melakukan penelitian lapangan di bidang antropologi di Waropen yang waktu itu kurang terkenal. Kebanyakan data untuk penelitiannya dikumpulkan di kampung Nubuai yang pada tahun 1950 dilanda banjir bandang dan hanyut dan sesudah itu tidak dibangun lagi.

Selama penjajahan Jepang atas Hindia Belanda, Held dan isterinya menjadi tawanan. Selama masa tawanan itu, catatan-catatan penelitian lapangannya disembunyikan dengan rasa kuatir dalam beberapa bagian di kamp tawanan wanita.

Sesudah PD II, dia – sejak 1940 sudah menjadi seorang pegawai negeri bidang bahasa – mengajar sebagai seorang guru besar antropologi di Universitas Indonesia, Jakarta. Asisten dosennya waktu itu adalah Kuntjaraningrat (1923-1999), ahli antropologi pertama Indonesia, kemudian menjadi Prof. Dr. Kuntjaraningrat. Sesudah menderita sakit yang singkat, Prof. Dr. G. J. Held meninggal dunia secara tiba-tiba pada usia 49 tahun.

Senin, 04 April 2011

9. Di dalam Revolusi Kaum Radikal, Reformis, dan Revivalis Muslim

inside the revolution Judul: Inside the Revolution How the Followers of Jihad, Jefferson & Jesus Are Battling to Dominate the Middle East and Transform the World

Penulis: Joel C. Rosenberg

Tempat, penerbitan, tahun: Carol Stream, Illinois: Tyndale House Publishers, Inc., 2009, 2011

Non-fiksi: 568 halaman

Isi: Catatan untuk Pembaca, Pengantar, Bagian Satu Kaum Radikal, Bagian Dua Kaum Reformis, Bagian Tiga Kaum Revivalis, Lampiran, Catatan Akhir, Indeks, Ucapan Terima Kasih, dan Bacaan yang Dianjurkan

Kategori: AGAMA/KEHIDUPAN KRISTEN/MASALAH SOSIAL

***
Ancaman Serius

Ada ancaman serius kaum Islam radikal terhadap dunia, kata Joel C. Rosenberg. Bukunya menjelaskan kekuatan di balik berita-berita utama yang kritis dan krisis global yang kita hadapi.

Ada 1.3 miliar umat Muslim di dunia masa kini. Jumlah ini membentuk suatu suara yang kuat.

Dari jumlah total tadi, Rosenberg mengidentifikasi tiga gerakan di dalam Islam yang akan mengubah dunia, entah menjadi baik entah buruk, di masa depan. Pertama, kaum Radikal yang percaya jihad yang keras adalah jalan untuk mengubah dunia. Kedua, kaum Reformis, yang percaya Islam baik tapi demokrasi adalah jalan menuju masa depan. Ketiga, kaum Revivalis, yang percaya Yesus adalah jawabannya, bukan Islam.

Rosenberg menerbitkan suatu karya yang komprehensif tentang Revolusi Islam di masa lampau, masa kini, dan masa depan. Dia mengambil contoh-contoh atau rincian penjelasan dari Al-Qur’an, kesaksian lisan, dan buku teks untuk memberi garis besar inti kepercayaan setiap gerakan.

Lima Skenario Terburuk

Ada lima skenario utama yang mengganggu para pemimpin militer dan intelijens sedunia. Kelima skenario itu berdasarkan kemampuan gerakan jihadis memperoleh senjata nuklir.

Skenario pertama: Iran menyerang AS dengan rudal-rudal balistik berkepala nuklir melalui kapal-kapal pengangkut peti kemasan yang mendekati kota-kota pelabuhan utama di AS. Senjata-senjata nuklir itu disembunyikan dalam kemasan-kemasan komersial – yang, misalnya, dipakai untuk mengirimkan mobil-mobil – sebelum ditembakkan.

Skenario kedua: Iran, negara-negara atau kelompok-kelompok Radikal bisa mengangkut senjata-senjata nuklir dalam pesawat terbang pribadi tujuan AS, melakukan kamikaze terhadap kota-kota AS, atau mendetonasi senjata nuklir itu di dalam pesawat di atas sasaran yang sudah dipilih.

Skenario ketiga: Kaum Radikal bisa memuat senjata nuklir ke dalam perahu-perahu layar atau kapal-kapal bermotor pribadi ukuran kecil. Sesudah memasuki pelabuhan kota-kota utama AS, mereka mendetonasi senjata-senjata itu.

Skenario keempat: Kaum Radikal bisa menyelundupkan senjata nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya ke AS lalu mendetonasinya jauh di pedalaman AS.

Skenario kelima: Kaum Radikal bisa menghantam AS dengan “bom-bom kotor.” Bom ini dibuat dengan bahan peledak konvensional – seperti dinamit – lalu dicampur dengan sampah pembangkit listrik bertenaga nuklir atau bahan radiologis lain, dan mendetonasinya di dalam AS.

Iran, suatu negara Radikal, bisa terlibat dalam dua skenario tadi atau malah lebih dari itu. Ahmadinejad, Presiden Iran, adalah seorang katalisator dengan suatu pengaruh yang besar. Dia didorong oleh suatu keyakinan bahwa Allah memberinya suatu visi dan misi untuk menghancurkan peradaban Yudaeo-Kristen. Dia dan kelompok Radikal lainnya boleh dikatakan mewakili satu dari ekstremitas penganut Muslim.

Di tengah situasi yang bergejolak di titik pusatnya terdapat pengaruh besar yang lain, yaitu, pengaruh gerakan kaum Revivalis. Mereka adalah penganut Muslim yang mencari dan menemukan kebangkitan kembali atau kebangunan baru secara spiritual. Jutaan orang Muslim sudah beralih kepercayaan menjadi orang Kristen dalam tahun-tahun terakhir. Kesaksian mereka sangat menarik. Kaum Revivalis boleh dikatakan adalah kebalikan dari kaum Radikal dan, karena itu, mewakili ujung lain penganut Muslim.

“Memahami ketiga gerakan revolusioner ini – termasuk tanggapannya terhadap berbagai krisis dan jawaban yang mereka tawarkan – punya makna yang sangat penting. Mereka yang mengabaikan kecenderungan-kecenderungan ini membahayakan dirinya.”

Karya Non-fiksi Kedua

Inside the Revolution adalah buku non-fiksi kedua karya Joel C. Rosenberg. Dia memulai kariernya dalam kesusastraan sebagai seorang novelis. Rangkaian thriller (novel yang menggetarkan hati atau menimbulkan efek yang mengerikan) politiknya mulai dengan The Last Jihad dan tampaknya meramalkan peristiwa-peristiwa sesungguhnya yang terjadi segera sesudah novel-novel itu diterbitkan.

joel c. rosenberg Joel C. Rosenberg

Non-fiksi pertama Rosenberg yang membuat dia terkenal berjudul Epicenter: How the Current Rumblings in the Middle East Will Affect Your Future. Buku ini ditulis tahun 2006 dan diperbarui tahun 2008. Karyanya merinci pandangan-dunia penulisnya dan menjelaskan bagaimana novel-novelnya membuat ramalan-ramalan yang efeknya sangat mengerikan. Ini termasuk ramalan-ramalannya dalam Epicenter bahwa Irak, dia percaya, akan menjadi suatu negara yang stabil. Tapi Vladimir Putin akan mempertahankan kekuasaan di Rusia, dan Iran akan membentuk suatu aliansi militer dengan Rusia.

Tiga Bagian

Buku non-fiksi terkini Rosenberg, Inside the Revolution, dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama (13 bab) membahas kaum Radikal, terkenal dengan pernyataannya: “Islam adalah jawaban itu, jihad adalah jalannya.” Siapakah kaum Radikal itu dan apa maunya? Bagian kedua (10 bab) membahas kaum Reformis yang mengatakan: “Islam adalah jawaban itu, tapi jihad bukanlah jalannya.” Siapa para Reformis Islam itu dan apa maunya? Bagian tiga (9 bab) menyoroti kaum Revivalis yang mengatakan: “Islam bukan jawaban itu, jihad bukan jawabannya; Yesus adalah jalan itu.” Siapakah kaum Revivalis itu dan apa maunya?

Ambisi Kaum Radikal

Mereka mengungkapkan kemarahan dan ambisi untuk melakukan pembunuhan massal semua musuh Islam. Apa yang menggerakkan mereka, dan apa akar keberangannya?

Di inti dirinya, terletak perasaan yang sangat dalam berupa rasa malu, rasa hina, kegagalan, dan ketidakberdayaan dalam dunia modern yang dirasakan banyak orang Muslim masa kini. Ini berlawanan sekali dengan masa kejayaan peradaban Islam di masa lampau. Ketika itu, bangsa-bangsa penganut Islam dipandang kekuatan militer dan ekonomi terbesar di dunia. Tapi masa kini, dunia Muslim paling terkenal karena tirani, kemiskinan yang hina papa dari semua orang kecuali kaum elit, korupsi yang merajalela, kekerasan, dan terorisme. Sekalipun negara-negara Muslim berlimpah-limpah dengan kekayaan sumber daya alaminya yang luar biasa, seperti minyak bumi, dunia Islam di awal abad ke-21 terjerumus ke dalam ketidakberdayaan dan keputusasaan.

Dari hasil refleksi diri, ada kerinduan untuk mengatasi semua kendala itu agar umat Muslim bangkit lagi menuju kejayaan pada abad ke-21. Tapi jalan ke arah pencapaian cita-cita itu tidak selalu mulus.

Salah satu tantangan yang dihadapi adalah kelahiran negara Israel tahun 1948. Tentara Arab dari Mesir, Suriah, Yordania, Libanon, dan Irak menyerang negara kecil itu untuk menghancurkannya. Tapi ketika mereka dikalahkan tentara Israel berjumlah sangat kecil itu, perasaan kegagalan dan hina orang-orang Muslim Arab itu makin bertambah. Timbul Perang Enam Hari tahun 1967 (antara Israel dan negara Mesir, Yordania, dan Suriah selama enam hari berturut-turut pada bulan Juni 1967) yang menyaksikan kemenangan tentara Israel atas gabungan tentara ketiga negara Arab itu.

Kaum Muslim merenungkan ketidakmampuannya mengalahkan Israel dengan kekuatan militernya yang jauh lebih unggul dari yang dimiliki Israel. Hasil perenungan itu sudah menuntun banyak orang Muslim memilih bentuk-bentuk yang lebih mematikan dari Islam radikal, sementara orang Muslim yang lain sudah memilih jalan damai dan reformasi. Sejumlah yang mengejutkan dari orang Muslim malah sudah beralih menjadi pemeluk Kristen dalam suatu kebangkitan kembali religius yang sedikit sekali dilaporkan yang melanda Timur Tengah.

Bagian pertama

Bagian pertama, kaum Radikal, mencakup suatu sejarah revolusi Islam Iran yang dipengaruhi Ayatulah Khomeini dan juga suatu sorotan terhadap sejarah Osama bin Laden. Bagian ini berisi juga suatu sorotan yang rinci tentang kehidupan dan kepercayaan Presiden Iran masa kini, Mahmud Ahmadinejad.

Bagian pertama berisi banyak kutipan dari para pemimpin Radikal. Kutipan-kutipan itu mengarah pada suatu gagasan penting: para pemimpin Iran berupaya memperoleh tenaga nuklir tidak untuk maksud-maksud damai. Bagian ini juga berisi wawancara dengan tokoh-tokoh terkemuka dalam dinas intelijens Amerika Serikat, seperti mantan Direktur CIA Porter Goss dan mantan komandan Kesatuan Delta (pasukan anti-teroris AS), Jerry Boykin. Agaknya, para pemimpin radikal Islam menolak untuk diwawancarai.

Sementara itu, Rosenberg menunjukkan bahwa banyak dari apa yang dipercayai intelijens AS tentang kaum Muslim keliru selama bertahun-tahun. Kegagalan intelijens itu mencakup kegagalan meramalkan Revolusi Iran, senjata nuklir Pakistan, serangan 11 September 2001, dan kegagalan intelijens tentang senjata pemusnah massal Sadam Husein.

Bagian pertama tentang kaum Muslim Radikal mencakup juga suatu pembahasan tentang kepercayaan akan akhir zaman Presiden Ahmadinejad dan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatulah Ali Khameini. Kedua pemimpin ini menganut kepercayaan Syiah akan Imam Kedua Belas, pemimpin religius yang hilang sekitar tahun 900 Masehi. Anggota-anggota mazhab Kedua Belas Islam Syiah percaya pemimpin ini, Imam Mahdi, akan kembali pada suatu masa kekerasan dan kekacauan yang akan mengarah pada pembentukan suatu kalifah Islam sedunia.

Mahmud Ahmadinejad seorang yang sangat percaya akan Imam Mahdi dan banyak berbicara tentang dia melalui pidato-pidatonya di PBB. Banyak pengamat Barat percaya Ayatulah Khameini memakai pengaruhnya untuk menolong Ahmadinejad, waktu itu walikota Teheran, naik menjadi Presiden Iran. Bantuan pemimpin tertinggi Iran itu menunjukkan bahwa dia dan Ahmandinejad sama-sama percaya akan kedatangan Mahdi.

Kata dan tindakan Ahmadinejad sebagai Presiden Iran menunjukkan bahwa Iran tengah berupaya menjadi suatu kekuatan nuklir. Kalau kekuatan nuklir dikembangkan menjadi senjata nuklir, sang presiden berniat melawan Israel dan Amerika Serikat demi mempercepat kedatangan Imam Mahdi. Rosenberg mendokumentasikan pidato-pidato Ahmadinejad untuk mengkonfirmasi niat sang presiden.

Bagian kedua

Bagian kedua buku Rosenberg membahas para Reformis. Bagian ini mengkhususkan pembahasan pada para pemimpin Muslim terkemuka yang tengah berupaya mereformasi pemerintahan nasionalnya menjadi suatu versi Muslim dari demokrasi Jeffersonian (demokrasi menurut pemikiran atau kebijakan Thomas Jefferson, presiden ketiga AS). Bagian tentang Reformasi mencakup beberapa profil pemimpin nasional seperti Presiden Hamid Karzai dari Afghanistan, Nouri Al-Maliki dan Jalal Talibani dari Irak, Raja Muhamad VI dari Maroko, dan mendiang Benazir Bhutto dari Pakistan. Bagian ini mencakup juga banyak wawancara dengan mereka.

Rosenberg juga membahas perbedaan teologia kaum Reformis dengan teologia kaum Radikal. Menurut penganut Gerakan Reformasi, banyak bagian bacaan Al-Qur’an yang dipakai kaum Radikal ditafsirkan secara kiasi atau di luar konteks.

Rosenberg juga mengacu pada beberapa kawasan, tempat kaum Reformis tengah membuat kemajuan melawan kaum Radikal. Barangkali, Maroko adalah contoh terbaik. Raja Muhammad VI sudah mengambil langkah tegas untuk mencegah pertumbuhan Islam radikal di negaranya. Dia mengambil tindakan ini dengan memastikan bahwa mesjid dan madrasah mengajarkan versi damai Islam dan bukan menghasut kekerasan, memberdayakan perempuan, memerangi kemiskinan, dan berhubungan dengan dunia Barat dan Timur. Sang raja juga menjangkau orang Kristen dan anggota komunitas Yahudi di Maroko.

Keberhasilan lain adalah perubahan beberapa teroris terkemuka dari jihad menjadi Islam yang damai. Tawfik Hamid, seorang murid pemimpin Al Qaeda Ayman al-Zawahiri, menolak versi keras dari Islam dan mulai mengkhotbahkan pesan damai Al-Qur’an. Serupa dengan itu, seorang mantan ahli teologia Al Qaeda, Sayyed Imam al-Syarif, menulis sebuah fatwa dari sebuah penjara Mesir yang menyerukan suatu akhir dari terorisme dan pembentukan suatu pengadilan Islam untuk mengadili Osama bin Laden dan Ayman al-Zawahiri.

Bagian ketiga

Bagian terakhir buku Rosenberg paling membangkitkan minat. Bagian ini merinci siapa dan apa maunya kaum Revivalis, dan menceritakan kisah yang sebagian besar tidak diketahui tentang kebangkitan (rohani) orang Kristen yang melanda dunia Muslim. Secara historis, misionaris Kristen untuk kaum Muslim meraih keberhasilan yang sedikit selama ratusan tahun. Tapi, selama tiga puluh atau empat puluh tahun terakhir, ribuan lelaki dan wanita Muslim sudah menjadi pengikut Kristus. Sejumlah besar dari mereka yang beralih agama mengalami mimpi-mimpi dan visi-visi adialami tentang Yesus. Pengalaman spiritual itu memainkan suatu peranan dalam proses pertobatan mereka.

Apa beda antara kaum Revivalis dengan kaum Radikal dan Reformis? Kaum Revivalis tidak mencari kekuasaan politik. Mereka sama sekali tidak menjadi anggota suatu partai atau kelompok politik. Mereka tahu adalah tidak sah dan secara potensial berbahaya kalau mereka meninggakan Islam; karena itu, banyak dari mereka yang menjadi orang percaya yang baru terpisah dan hidup sendirian. Selain itu, tujuan kaum Revivalis bukanlah untuk mengancam resim yang berkuasa melainkan menyebarkan Injil Kristus. (Banyak penguasa Islam memandang ini sebagai suatu tindakan yang berbahaya.)

Rosenberg mewawancarai para penginjil dan orang-orang bertobat terkemuka dari Timur Tengah. Banyak dari cerita mereka berisi mujizat-mujizat. Dua dari cerita mereka sangat berkesan. Dalam salah satu, seorang wanita  sudah mendengar ayat Alkitab yang di dalamnya Yesus mengatakan “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok . . . (Wahyu 3:20). Kalimat yang sebenarnya berisi makna kiasan itu dipahami wanita itu secara harfiah. Mengikuti makna ayat ini menurut pemahamannya, dia membuka pintu ke dalam rumahnya dan menemukan bahwa Yesus benar-benar ada di sana. Dalam cerita lain, seorang pengusaha Kristen Irak diculik oleh para militan. Sesudah uang tebusan dibayar, mereka menembaknya di belakang kepalanya. Dia tewas dan benar-benar melihat Yesus sebelum hidup kembali dan mencari pertolongan.

Skopa kebangunan rohani Kristen di Timur Tengah belum sepenuhnya diketahui. Tidak ada sensus tentang orang-orang percaya itu dan, sekalipun ada, banyak tidak akan ikut serta karena pertimbangan akan bahayanya. Jelas dari kelompok-kelompok yang membuat siaran melalui satelit dan radio bahwa orang-orang Muslim yang mengalami pertobatan berjumlah ratusan ribu dan mungkin jutaan. Rosenberg juga mengutip pernyataan-pernyataan pejabat pemerintah dan pemimpin agama di negara-negara Muslim yang menunjukkan kekuatiran terhadap jumlah yang makin meningkat dari orang-orang Muslim yang memilih menjadi pengikut Kristus.

Inside the Revolution adalah suatu buku yang memberi wawasan bagi siapa pun yang tertarik pada politik Timur Tengah. Buku itu memberikan suatu sorotan yang mendalam dan berimbang tentang para pemain utama dalam politik di Timur Tengah dan menawan untuk dibaca.

Siapa dan Apa Joel C. Rosenberg

Joel C. Rosenberg sudah diundang banyak kali untuk berbicara dengan anggota Kongres, senator, para pemimpin intelijens dan militer berpangkat tinggi, dan duta besar negara-negara asing. Baru-baru ini, dia berbicara di depan 125 pejabat Pentagon tentang mengapa eskatologi (teologia tentang akhir zaman) Ahmadinejad tengah menggerakkan kebijakan luar negeri Iran. Pemaparannya ada di dalam bukunya.

joel c. rosenberg1
Joel C. Rosenberg di Yerusalem


Dia seorang lelaki berdarah Yahudi (dari pihak ayahnya) asal AS, seorang Kristen injili, seorang ahli strategi komunikasi, seorang novelis, seorang penulis terkenal, dan pendiri Dana Yosua. Sebagai seorang penulis, dia menghasilkan beberapa karya terbaiknya yang, menurut harian the New York Times, mencakup The Last Jihad, The Last Days, The Ezekiel Option, The Copper Scroll, Dead Heat, dan Epicenter. Yang disebut terakhir adalah buku non-fiksinya yang paling laris, dicetak sebanyak lebih dari 1.5 juta buku.