BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 07 Juli 2012

20. Alexander Hare dan Selir-Selirnya di Pulau-Pulau Kelapa (1)

judul buku untuk facebook 1a (FILEminimizer) Judul asli: De man die vrouwen verzamelde

Een koloniale geschiedenis van de Kokos-eilanden

Oleh Joop van den Berg

Penerbit: Uitgeverij BZZTOH ‘s-Gravenhage, 1998

Rancangan sampul depan: Julie Bergen

127 halaman (13 bab, dua peta, lima foto hitam putih, Pertanggungjawaban, dan Bibliografi)

Kategori: SEJARAH

***

Juni 1826. Alexander Hare, seorang bangsawan Inggris asal London, seorang pedagang, dan pejabat pemerintah Inggris di Hindia Belanda tiba di kepulauan Kokos—kemudian secara resmi disebut kepulauan Keeling—di Samudera Hindia bagian timur dengan “Hippomenes”, nama sekuner kecil miliknya. Meskipun usianya mendekati 50 tahun, dia punya postur yang tegap, tampan, dan berambut hitam yang panjang dan bergelombang. Tapi dia dikenang dalam sejarah—sekurang-kurangnya, sejarah pribadinya—dengan julukan “lelaki yang mengumpulkan wanita-wanita”. Ini secara lugas mengacu pada empat belas budak wanita yang cantik dan muda asal Hindia Belanda, Malakka (kini suatu bagian dari Malaysia), China, India, dan Afrika Selatan. Dia ingin mencari suatu tempat mirip firdaus di antara Pulau-Pulau Kelapa (Cocos Islands) tempat dia bisa berplesiran dengan selir-selirnya tanpa diganggu orang luar sambil hidup dan bekerja bersama mereka dan anggota-anggota rombongannya yang lain. Tapi impiannya akhirnya buyar karena kebijakannya sendiri dan  makin seringnya orang-orang asing dan juga orang-orang Inggris datang ke Kokos.

cocos keeling islands location1

Lokasi kepulauan Kokos (Keeling)

Ingin Istirahat di Kokos

Kepulauan Kokos terdiri dari dua puluh tujuh pulau, terletak dalam suatu lingkaran yang membentuk suatu teluk. Teluk ini dilindungi suatu mata rantai pulau-pulau dan batu karang dan menyediakan suatu pelabuhan yang aman dan teduh. Keeling sebagai nama resminya kemudian hari berasal dari nama William Keeling, seorang kapten kapal asal Inggris yang mengunjungi pulau-pulau itu 1607, barangkali tidak sebagai penemu pertama. Waktu itu, dia bekerja pada Kompeni India Timur milik Inggris. Luas seluruh kepulauan itu empat belas kilometer persegi. Jaraknya sekitar 930 kilometer baratdaya Jawa atau 1.000 kilometer selatan Selat Sunda. 

Di geladak depan kapalnya, Hare berdiri. Dia dibantu John Ross, seorang kapten kapal asal Skotlandia. Mereka berdua memakai suatu sketsa peta yang agak kasar dari Kokos untuk mencari tempat berlabuh yang cocok bagi kapal itu. Peta itu dibuat John Clunies Ross, seorang saudara lelaki John Ross yang juga dikenal baik oleh Hare. Di masa lampau, mereka berdua mitra dagang di Hindia Belanda.

Akhirnya, Hare dan Ross memilih pulau Direction, terletak pada suatu teluk. Daratannya dibentuk oleh karang yang tingginya sekitar tiga meter di atas permukaan laut dan ditutupi pohon kelapa yang melambai-lambai. Air lautnya sangat jernih sehingga mereka bisa melihat dasar laut dari pasir yang sangat putih, dengan karang di sana-sini. Sejauh yang mereka tahu, pulau-pulau itu tidak berpenghuni. Jangkar kapal lalu diturunkan.

“Hippomenes” berlabuh di situ sesudah menempuh suatu pelayaran yang panjang dari Capetown, suatu kota di Afrika Selatan. Selain barang-barang, kapal itu mengangkut juga budak-budak lelaki dan wanita. Akhirnya, kapal itu bisa berlabuh di dalam lingkaran suatu rangkaian pulau mirip firdaus.

Apa yang ingin dilakukan Alexander Hare pada beberapa pulau pilihannya di Kokos? Hidup dan bekerja di situ, termasuk berbisnis kopra dan minyak kelapa yang bisa dijual di Hindia Belanda dan Singapura. Tapi yang sangat penting adalah ingin beristirahat bersama penumpang lain di pulau-pulau itu dan tidak ingin diganggu. Penumpang itu mencakup empat belas budak wanita berusia muda dan cantik yang menjadi selir-selirnya.

keeling islands map

Lima  pulau dari gugusan pulau Keeling Selatan: Pulau Horsburgh, Pulau Direction, Pulau Home, Pulau Selatan, dan Pulau Barat. Di utara, tampak Pulau Keeling Utara.

Pedagang dan Pejabat Pemerintah Inggris zaman Raffles di Hindia Belanda

Alexander Hare lahir di London sekitar 1780. Dia putera sulung seorang pedagang arloji yang kaya di London. Ketiga adik Alexander adalah juga anak laki-laki.  Ayahnya terpandang tapi dia seorang ateis dan penganut paham liberal; sebagai akibatnya, keempat puteranya mengikuti pandangan religius atau politik ayahnya. Sekitar usia dua puluh tahun, Alexander menjadi karyawan suatu perusahaan daging Inggris di Portugal; kemudian, dia menjadi seorang pedagang di Kalkuta, India, dan Malakka sekitar tahun 1807;  dan di Hindia Belanda. Kemudian, dia dan seorang saudara lelakinya mendirikan dan menjalankan suatu firma ekspor, terutama mengekspor buah-buahan tropis. David, adik bungsu Alexander, menjadi seorang penjual permata di Batavia dan diperikan sebagai seorang yang terhormat.

Di Malakka, Alexander tahu bahwa berbagai “dagangan kolonial” mencakup budak lelaki dan wanita. Harta hidup ini memberi keuntungan finansial dan keuntungan lainnya.

Di tempat itu juga, dia berkenalan dengan seorang lelaki muda asal Inggris pada tahun 1808. Dia Stamford Raffles, Sekretaris Gubernur Inggris di pulau Penang (kini bagian dari Malaysia). Perkenalan itu segera berkembang menjadi erat dan akan menentukan arah kehidupannya.

Pada tahun 1810, Raffles secara rahasia ditugaskan Inggris untuk menyiapkan pendudukan atas pulau Jawa. Karena pendudukan itu dan penggabungan Belanda ke dalam Perancis oleh Napoleon, suatu pemerintahan yang efektif dari Hindia Belanda sebagai suatu jajahan Belanda menjadi tidak mungkin.

Hubungan Alexander dengan Hindia Belanda melalui peranan David. Dari rumah David, kakaknya mencoba menyebarkan pengaruhnya pada pemerintah kolonial Belanda di Batavia, ibu kota Hindia Belanda.

Citra dirinya buruk dalam beberapa sumber sejarah Hindia Belanda. Dia dikaitkan dengan “perbudakan, kengerian Banjarmasin, dan skandal kuli Banjarmasin”. Pendek kata, reputasinya tidak begitu bagus.

Hare diduga memiliki banyak hubungan dengan perusahaan-perusahaan perdagangan Belanda dan raja-raja pribumi di Hindia Belanda di daerah-daerah tertentu. Hubungan-hubungan itu ikut memberi sumbangan sekedarnya pada pendudukan Inggris atas Jawa, pulau utama di Hindia Belanda. Itu bisa diamati dari dukungan terang-terangan dari kerajaan-kerajaan pribumi di
Palembang, Aceh, dan Bali; mereka lebih suka pemerintahan pusat Belanda diganti pemerintahan Inggris.

Pada tahun 1811, Inggris berhasil menyerbu dan menduduki Jawa. Stamford Raffles menjadi Letnan Gubernur-Jenderal dan memulai suatu pemerintahan Inggris di Jawa selama lima tahun berturut-turut (1811-1816), disebut dalam sejarah Belanda sebagai Pemerintahan Sementara Inggris.

Hare, sahabat baik Raffles, dihadiahi karena “jasa-jasanya” di Malakka. Atas permintaan seorang sultan di Borneo (kini Kalimantan), Alexander Hare diangkat menjadi seorang residen komisioner—mirip bupati masa kini--di Banjarmasin pada tahun 1812. Banjarmasin waktu itu adalah satu-satunya kota penting di Borneo. Ini berarti dia secara praktis menjadi penguasa tunggal di Borneo, suatu kawasan seluas Belanda.

Selain itu, dia diangkat menjadi seorang raja muda untuk Tanah Maluka. Tidak dijelaskan oleh Joop van den Berg di mana letak kawasan itu: apakah itu ada di Borneo atau itu merujuk pada Kepulauan Maluku.

Sebenarnya, Hare seorang pedagang yang sudah menjadi semacam pengembang proyek. Sebidang tanah yang umumnya tidak berpenghuni dipercayakan pemerintah Inggris di Batavia padanya. Dia harus mengolah tanah itu menjadi suatu kawasan yang mampu memberi keuntungan ekonomis. Untuk itu, pemerintah Inggris membayarnya secara mewah, yaitu sebanyak beberapa ribu pon sterling per tahun. Tapi jumlah ini kecil dibanding biaya-biaya yang dia peroleh melalui bisnis dagangnya yang memberi keuntungan yang besar.

Misalnya, selama periode pemerintahannya sebagai seorang residen komisioner di Banjarmasin, dia melakukan suatu tindakan yang tidak bijaksana demi keuntungan pribadi. Sultan yang waktu itu mendorong pengangkatannya sebagai semacam bupati Inggris menawarkan pada upacara pengangkatannya secara resmi dua ratus budak lelaki. Mereka akan mengolah tanah yang gersang. Sebenarnya, ada juga banyak budak wanita, tapi mereka tidak ditawarkan pada Hare. Menurut cerita, Hare lebih suka memilih budak-budak wanita dari berbagai pelosok Hindia Belanda. Preferensi dia menjadi awal kebodohannya, suatu keputusan yang mengakibatkan dia disindir sebagai “lelaki yang mengumpulkan wanita-wanita”.

Selama beberapa tahun Hare melaksanakan kebijakan di Tanah Maluka, beredar cerita-cerita yang bertentangan. Yang pasti Hare terlalu memperkaya diri melalui berbagai praktek tercela: perdagangan budak, penyelundupan, perompakan, dan pembentukan monopoli.

Akhirnya, dia memiliki suatu armada kapal sendiri untuk bisnisnya. Kapal-kapal itu mengantar produk-produk dagangnya ke Singapura, Batavia, dan Eropa.

Selama Pemerintahan Sementara Inggris, kehidupan pribadinya mendapat kritik keras, terutama karena masalah budak-budak wanita miliknya. Tidak ada keberatan terhadap dia memelihara budak-budak lelaki karena itu, secara tidak resmi, diizinkan pemerintah Inggris. Tapi pelampiasan nafsu seksualnya dengan budak-budak wanita tidak bisa diterima oleh pemerintah Inggris di Batavia.

Reaksi Hare? Dia tidak merasa kritik keras mereka mengganggu kegemarannya.

Agustus 1816. Pemerintahan Sementara Inggris berakhir di Hindia Belanda. Peranan Raffles sebagai Letnan Gubernur-Jenderal Inggris sebagai akibatnya berakhir juga. Bagi Hare secara khusus, masa kelam akan melanda dia.

Untuk sementara, pemerintah Belanda yang kembali mempertahankan Hare pada posnya. Ada masalah-masalah yang lebih penting bagi pemerintah Belanda untuk dipecahkan di Jawa. Baru setahun kemudian (1817), dia diberi penjelasan bahwa dia harus pergi. Hare mula-mula menolak. Tahun 1818, suatu kontingen militer Belanda didatangkan untuk memperjelas padanya bahwa peranannya di Borneo sudah berakhir. Sisa-sisa harta miliknya disita.

5 Januari 1819. Alexander Hare menyingkir ke Jawa Timur bersama harta bendanya yang tidak disita. Hartanya? Terutama, budak-budak wanita yang cantik. Bendanya? Berkarung-karung batangan emas.

Mengapa Hare menetap di Jawa, kedudukan pemerintah pusat Belanda yang kembali? Ada berbagai penjelasan.

Pertama, ada urusan pribadinya yang perlu dibereskan dengan pemerintah Hindia Belanda. Urusan apa? Masalah Tanah Maluka: itu dia kleim sebagai miliknya. Belanda tidak berhak mengambilnya karena  tanah itu sebelumnya dihadiahkan sultan di Borneo kepadanya. Karena itu, dia menuntut Negara Belanda yang sudah mencaplok tanah miliknya membayar ganti rugi berjumlah sangat besar padanya.

Kedua, barangkali karena saudara lelakinya, David, tinggal di Batavia. David bisa menolongnya bila diperlukan.

Ketiga, banyak pegawai Pemerintahan Sementara Inggris dipertahankan di Jawa. Dia berpeluang mengandalkan dukungan mereka dalam konfliknya dengan pejabat-pejabat tinggi pemerintah Belanda.

Keempat, hubungannya yang retak dengan Raffles mendorongnya tinggal di pinggiran Batavia. Semasa pemerintahan Inggris, Raffles menyebut Alexander Hare seorang lelaki dengan kecerdasan yang tinggi. Tapi hubungan mereka kemudian retak. Akhirnya, Hare pergi ke Batavia dan membeli dua rumah besar di selatan kota itu. Rumah pertama disebut Pangilan dan yang kedua disebut Kampung Cinta. Diduga, dia tinggal bersama budak-budak wanitanya yang cantik di Kampung Cinta.

Akhirnya, kehidupan di Kampung Cinta diketahui umum. Muncullah keluhan-keluhan tentang nafsu seksual Alexander Hare.

Dia membela diri terhadap keluhan-keluhan itu. Dia menulis kepada pemerintah Batavia bahwa hubungan-hubungan seksualnya dengan budak-budak wanita itu urusan pribadi. Lagipula, mereka cuma budak-budak wanita, orang-orang yang paling tidak dianggap dalam masyarakat kolonial.

Pembelaan diri Hare memecah orang-orang Belanda dalam dua golongan. Kebanyakan orang Belanda waktu itu sepakat secara mendasar dengan dia. Tidak demikian halnya dengan pemerintah pusat yang ingin mendepaknya keluar Hindia Belanda. Pemerintah pusat mencari-cari kesalahan Hare lalu menemukan dalih. Pada tanggal 5 Maret 1819, pemerintah pusat menyatakan Alexander Hare seorang yang tidak disukai dan harus meninggalkan Hindia Belanda secepat-cepatnya.

Dia akhirnya meninggalkan Batavia. Dia berencana menumpang sebuah kapal yang menuju Inggris lewat Tanjung Pengharapan yang Baik di Afrika Selatan.

Ternyata, dia tidak tiba di Inggris tapi di Ampenan, Lombok, dan tinggal di sana selama dua tahun. Di tempat itu, dia diduga menambah jumlah selir-selirnya.

Barulah dia pulang ke Inggris? Tidak. Barulah dia pergi ke Bengkulu pada tahun 1820. Bengkulu masih merupakan suatu kawasan yang dikuasai Inggris di Sumatra Selatan. Sir Stamford Raffles, mantan Letnan Gubernur-Jenderal Inggris di Jawa, tinggal di situ. Bengkulu menjadi semacam tempat pengungsian banyak mantan pegawai pemerintah dan swasta Inggris; mereka sebelumnya adalah pejabat-pejabat tinggi.

Tapi di Bengkulu pun Hare tidak luput dari masalah hubungan sosial dengan orang-orang senegaranya dan juga masalah etis atau moral. Hubungannya dengan Raffles segera menjadi dingin. Dia pun menjadi sorotan umum karena masalah etis atau moral tentang status budak-budak lelaki dan wanita miliknya. Status mereka menimbulkan suatu konflik hebat dengan pemerintah Inggris. Tekanan sosial dan etis  itu mengakibatkan Hare akhirnya berangkat dengan salah satu kapalnya ke Afrika Selatan.

Sesudah dia tiba di sana, sejarah berulang. Hare membeli suatu peternakan luas di selatan Capetown dan meneruskan pengumpulan budak-budak wanita. Mereka dipilih dari gadis-gadis cantik suku Basuto, Ovambo, dan Zulu.

Seperti di Hindia Belanda dan Bengkulu, praktek pengumpulan wanita-wanita itu mendapat penentangan keras dari kelompok Kristen Protestan di Afrika Selatan. Penentangan ini khususnya dilakukan keturunan orang-orang Belanda anggota Gereja yang Direformasi Kembali (Re-reformed Church), suatu pecahan dari Gereja Reformasi (Reformed) Belanda, kedua-duanya gereja-gereja Protestan arus utama berlatar belakang Kalvinistik.  Terutama, para pendeta orang-orang Belanda Protestan itulah yang menentang praktek-praktek Hare memelihara budak-budak, lelaki dan wanita; itu hal yang memalukan bagi kehidupan orang Kristen. Mereka lalu mendesak pimpinan pemerintah (kulit putih) Afrika Selatan supaya mengusir Hare secepat-cepatnya dari Afrika Selatan.

Pada tahun 1826, Hare diperintahkan meninggalkan Afrika Selatan. Dia membeli sebuah kapal layar, “Hippomenes”, pada bulan Juni 1826. Bersama harta bendanya, dia berlayar menuju Kepulauan Kokos di Samudera India bagian timur.

keeling islands blue sea

Laut biru Kepulauan Keeling

(Bersambung)

0 komentar: