BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 08 Juli 2012

21. Alexander Hare dan Selir-Selirnya di Pulau-Pulau Kelapa (2)

Pulau Direction, tempat “Hippomenes” berlabuh, tidak begitu luas. Panjangnya sekitar satu setengah kilometer dan lebarnya sekitar dua ratus meter.

Orang-orang Asia Tenggara yang mengunjungi pulau itu dan pulau-pulau Kokos lainnya sering berasal dari Bantam (Banten?) dan tempat lainnya di Jawa bagian selatan. Dalam buku tulisan Joop van den Berg, mereka disebut orang-orang Melayu.

Mereka menyebut pulau Direction pulau Tikus. Itu disebut demikian karena sejenis tikus yang agresif—berasal dari ruang berbagai kapal yang singgah atau berlabuh di situ—pernah tinggal di pulau itu. Hewan pengerat itu memakan habis apa pun yang bisa mereka makan.

Sering ditemukan nama-nama Inggris, Belanda, dan Melayu pada banyak pulau lainnya. Penamaan ini menunjukkan bahwa ada semacam garis pemisah imajiner antara bagian Inggris dan Belanda.

Sementara berlabuh di Direction, Hare dan James Ogilvie, pengawasnya yang setia, mencari tempat tinggal yang layak bagi dia dan rombongannya. Ogilvie adalah seorang lelaki peranakan berayah Inggris dan beribu Tamil dari Ceylon—kini Srilanka—dan sudah bekerja selama lebih dari dua puluh tahun untuk Hare. Mereka berdua memakai pedayung-pedayung asal Jawa untuk menjelajahi pulau tempat mereka akan tinggal. Akhirnya, pilihan jatuh pada Home, salah satu pulau Kokos.

Pembangunan Pemukiman

Mengapa kawasan itu disebut pulau-pulau Kokos? Suatu sumber 1832 mengatakan ada sekitar 420.000 pohon kelapa di seluruh pulau itu.

direction island banner Suatu pantai berpasir putih bersih dengan laut biru yang jernih, berselimutkan pohon-pohon kelapa dari suatu pulau di kepulauan Keeling

Hare sudah membayangkan bagaimana memanfaatkan buah-buah kelapa yang sangat berlimpah-limpah di Kokos. Itu akan menjadi suatu sumber ekonomi. Dari daging kelapa tua, dia bisa menghasilkan kopra dan minyak kelapa, seperti yang dia tahu dari kehidupannya di Hindia Belanda. Usaha kopra dan minyak kelapa ini perlu untuk memberi pekerjaan pada budak-budaknya dan membuat mereka sibuk supaya mereka tidak menimbulkan kesulitan kemudian hari kepadanya. Tapi harapannya tidak akan berjalan sesuai rencana.

Apa yang dibangun di Home? Rumah Hare, gudang-gudang tempat daging kelapa akan dijadikan minyak goreng, dan gubuk-gubuk para pekerja wanita  dibangun di situ. Pada pulau kecil lain di kejauhan, Hare membangun gudang penyimpanan barang-barang yang dia bawa dari Capetown: beras, kacang-kacangan, daging babi yang sudah diawetkan, buah-buah anggur yang dikeringkan, dan lain-lain. Pekerja-pekerja lelaki—termasuk budak-budak lelaki--membangun tempat tinggalnya di  pulau West dan Horsburgh; sementara itu, Ogilvie membangun rumahnya sendiri dekat teluk pulau Direction.

Berapa jumlah total rombongan yang mengikuti Hare dari Afrika Selatan? Sekitar delapan puluh orang. Sebagian besar anggota rombongan itu berasal dari Jawa, Lombok, Bengkulu, dan Afrika Selatan. Jumlah lelaki dan anak-anak masing-masing sebanyak dua puluh lima orang. Ada sekitar dua puluh wanita, kebanyakan ibu anak-anak itu, berasal dari berbagai kawasan di Asia—India, Malakka, China, Jawa (termasuk Jawa Barat), Bali, Lombok, Bugis, Timor, dan Nieuw-Guinea (kini Papua dan Papua Barat)—dan Afrika Selatan. Semuanya cantik.

Milik Kerajaan Inggris

9 Desember 1825. Pada tanggal ini, kepulauan Kokos dinyatakan untuk pertama kali oleh John Clunies Ross sebagai milik Inggris. Kapten kapal layar “Borneo” itu menyatakan kepemilikan itu atas nama Kerajaan Inggris pada tanggal tadi.

Semasa Hindia Belanda dijajah Inggris, Alexander Hare dan John Clunies Ross sama-sama menjalankan pemerintahan di Tanah Maluka. Ross adalah juga orang pertama yang mengunjungi dia di Capetown dan menceritakan padanya tentang kepulauan Kokos. Sketsa kasar yang dipakai Hare untuk memasuki Kokos dibuat oleh Ross.

Kepemilikan Inggris atas kepulauan Kokos dan kemungkinan kembalinya Ross ke Kokos untuk menetap sebagai wakil Kerajaan Inggris di pulau-pulau itu menyadarkan Hare bahwa dia dan rombongannya tidak akan terus menikmati kehidupannya di pulau-pulau mirip firdaus itu. Dia dan rombongannya pun tanpa dukungan pemerintah Inggris. Suatu waktu mereka harus meninggalkan Kokos. Tapi, untuk sementara waktu, dia akan menjadi penguasa tunggal atas kedua puluh tujuh pulau itu di Samudera India bagian selatan.

Selir-Selir Hare

Termasuk menjadi “Toewan Besar” (Tuan Besar) bersama “bini toea” (isteri pertama) dia atas budak-budak wanitanya. Dishta dari Kalkuta, India, adalah nama isteri pertama Hare. Budak-budak itu akan berada langsung di bawah pengawasan Dishta.

Budak-budak wanita itu diberi nama-nama yang cantik. Yang dari suku Bugis, Selebes (kini Sulawesi), diberi nama Mukina. Nama-nama indah yang lain: Sarinten Jagolan (Sunda), Mariatim (Timor), Kadarmina (asal pulau Biak di Papua), Nyo An (China dari Kanton), dan Marona (asal suku Basuto di Afrika Selatan).

Bagaimana Dishta menjadi isteri pertama Hare? Dia budak wanita pertama yang dibeli Hare dari seorang pedagang Inggris di Kalkuta. Waktu itu, dia miskin dan berusia empat belas tahun tapi cantik. Dari Hare, dia memperoleh seorang puteri dan tiga orang putera.

Bagaimana budak-budak wanita lainnya menjadi milik Alexander Hare? Dia entah memperoleh mereka sebagai hadiah entah membeli mereka. Budak-budak wanita di Malakka dihadiahkan seorang sultan pada Hare kalau suatu kontrak bisnis yang menjanjikan untuk sultan dan dia dicapai. Mariatim dibeli Hare di Balikpapan, Borneo. Marona dibeli dari seorang kepala suku tanah Basuto.

Kehendak Dishta di kalangan budak-budak wanita itu adalah hukum. Kalau Hare ingin bermalam dengan salah satu atau beberapa budak wanita itu, dia selalu membicarakan keinginannya dengan isteri utamanya. Dia lalu memberitahu wanita manakah yang boleh bermalam dengan Tuan Besar mereka.

Untuk menandakan bahwa selir-selir itu secara sah adalah “isteri-isteri” Hare, mereka—kecuali Dishta--diharuskan memakai gelang-gelang rotan khusus di lengan kanan bagian atas. Penanda khusus ini berasal dari tradisi orang pedalaman di Nieuw Guinea, tradisi yang pernah didengar Hare dan memberi ilham padanya. Dalam tradisi itu, lelaki dan wanita dewasa—termasuk yang sudah berkeluarga—tidur terpisah di rumah yang dibangun khusus untuk mereka. Wanita-wanita itu tidur bersama-sama,  berderetan atau berdampingan di malam hari, tanpa penerangan seperti lentera atau api yang menyala di tungku di dalam rumah. Setiap wanita yang sudah bersuami memakai gelang rotan khas di lengan bagian atasnya; gelang itu membedakannya  dengan wanita lainnya. Kalau seorang suami ingin tidur bersama isterinya, dia memasuki rumah wanita itu yang dalam keadaan gelap, dan kalau isterinya tidur sangat berdekatan dengan wanita lain, suaminya hanya perlu meraba gelang rotan dan tanda gambar khasnya untuk mengetahui siapa isteri sahnya. Cerita tentang tradisi orang Nieuw Guinea pedalaman itu begitu indah bagi Hare sehingga dia memberi perintah kepada Dishta melakukan hal yang sama pada ketiga belas wanita lainnya, yang dia anggap selir-selirnya.

Wanita-wanita yang memakai gelang-gelang rotan dengan gambar khasnya tidak perlu menghasilkan barang bernilai ekonomi apa pun dalam keluarga Hare. Tapi status sosial mereka melebihi status pembantu rumah tangga, tukang-tukang, dan budak-budak lain.

Sementara itu, Hare sudah melihat beberapa pantai pasir yang terpencil pada beberapa pulau. Di sana dia ingin beristirahat bersama budak-budak wanitanya, hanya berpakaian gelang-gelang rotan mereka.

keeling islands swimming beach Suatu pantai untuk berenang di Kepulauan Keeling

0 komentar: