BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 20 April 2011

11. Ilmu Fisika tentang Agama Kristen

the physics of christianity Judul: The Physics of Christianity

Penulis: Frank J. Tipler

Tempat, penerbit, tahun: New York: Doubleday 2007

ISBN: 9780385514248

Non-fiksi: 321 halaman

Daftar isi: Pengantar, 12 bab dan Lampiran: Kredo Kristen, Catatan, Bibliografi, Indeks, dan Perancang Seni

Kategori: ILMU FISIKA TEORITIS/AGAMA

***

Upaya Menggabungkan Kearifan Alkitabiah dan Ilmiah

Upaya menjelaskan atau membuktikan kebenaran ajaran Kristen barangkali setua agama itu sendiri – sekitar dua ribu tahun. Informasi persuasif yang lazim kita baca atau dengarkan tentang ajaran Kristen bersumber pada Alkitab dan para ahli teologia Kristen. Pendekatan macam ini barangkali sudah dipakai selama berabad-abad. Tapi, baik Alkitab maupun teologia Kristen yang dikembangkan dari Alkitab jarang melibatkan sains (penelitian dunia fisikal, cabang sains, atau kumpulan pengetahuan sistematik) dalam penjelasan atau pembuktian itu. 

Barangkali, salah satu kelemahan pendekatan konvensional ini ialah pengabaian sains dalam menjelaskan atau membuktikan kebenaran ajaran Kristen. Khususnya dalam masyarakat modern dan maju dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan dengan kesadaran yang tinggi akan kebenaran sains, pengabaian sains dalam menjelaskan atau membuktikan kebenaran firman Allah bisa menimbulkan kesangsian, cemoohan, dan bahkan penolakan terhadap pendekatan konvensional tadi oleh mereka yang terbiasa dengan info dan pemikiran ilmiah. Timbullah sebagai akibatnya kepincangan antara kearifan alkitabiah dan kearifan ilmiah karena kearifan alkitabiah ditekankan lebih banyak dari kearifan ilmiah.

Sebaliknya, ada komunitas Kristen yang terbiasa dengan pemikiran ilmiah yang justru memperoleh penguatan atau penyegaran imannya ketika informasi persuasif tentang ajaran Kristen melalui mimbar gereja, misalnya, disajikan sebagai hasil penggabungan atau peleburan kearifan alkitabiah dan ilmiah. Sayangnya, tidak banyak pendeta atau pengkhotbah yang memiliki keahlian menggabungkan kedua jenis kearifan ini. Para ilmuwan yang mencoba menggabungkan kedua macam kearifan tersebut barangkali tidak banyak. Barangkali, latar belakang mereka di bidang teologia pun sedikit atau bahkan tidak ada; atau mereka barangkali punya gelar gabungan dari pendeta dan ilmuwan.

Frank J. Tipler (lahir 1947) boleh dipandang salah satu dari cendekiawan itu. Melalui The Physics of Christianity, profesor Ilmu Fisika Matematik dan seorang penganut Kristen asal Amerika Serikat ini mencoba memberikan bukti-bukti tentang kebenaran iman Kristen bagi pembacanya, entah Kristen entah tidak.

 FrankTipler2 Frank J. Tipler
Judul bukunya menunjukkan pembatasan sudut-pandangnya terhadap agama Kristen dan ajarannya. Kekristenan dibatasi pada pembahasan dan argumentasi ilmu fisika modern.

Dengan bertindak demikian, dia mempertaruhkan reputasinya. Apakah kearifan ilmiah di bidang ilmu fisika yang dia pakai mampu menjelaskan kearifan alkitabiah yang begitu luas tentang Kekristenan secara meyakinkan, baik untuk para ilmuwan maupun untuk orang Kristen?

Sekilas Ilmu Fisika Modern

Menurut Frank J. Tipler, ilmu fisika modern berdasarkan tiga teori fundamental: mekanika kuantum, relativitas umum, dan Model Standar ilmu fisika partikel. Ketiga teori ini mendapat dukungan yang sangat luas karena kebenarannya dibuktikan melalui eksperimen-eksperimen.

Dalam bukunya, Tipler membuat suatu garis besar tentang apa yang dinyatakan ketiga teori tadi tentang hakekat realitas fisikal. Dia berasumsi bahwa ketiga teori itu memang benar. Tidak ada eksperimen lain yang menyangsikan kebenaran ketiga teori tersebut.

Menurutnya, Model Standar lengkap dan tepat. Di dalam model ini, pererasan (decay) proton dan neutron dimungkinkan. Meskipun demikian, pererasan tersebut boleh jadi membutuhkan waktu yang lebih lama dari usia alam semesta kita.

Mekanika kuantum adalah teori ilmu fisika paling mendasar dari ketiga teori tadi, dan juga paling berlawanan dengan logika sehari-hari. Mekanika kuantum menegaskan bahwa setiap benda dalam alam semesta – sebuah elektron, sebuah kursi, Anda dan Tipler, planet Bumi, dan seluruh alam semesta sendiri – adalah suatu partikel dan gelombang sekaligus. Teori mekanika kuantum mendaku bahwa segala sesuatu bukanlah partikel atau gelombang melainkan kedua-duanya. Ini suatu fakta ilmu fisika yang bahkan oleh fisikawan sekalipun sulit dipahami.

Suatu partikel mudah dibayangkan. Sebuah bola yang melesat di udara adalah suatu model yang bagus bagi semua partikel. Suatu bayangan yang baik bagi suatu gelombang adalah suatu gelombang di laut, yang menuju ke pantai. Apa beda antara partikel dan gelombang? Partikel terlokasi dalam ruang; gelombang menyebar di ruang. Tapi ada suatu perbedaan yang lebih mendasar: dua gelombang atau lebih bisa saling berinterferers (interference) atau saling “bercampur” dan berinterferers secara konstruktif atau destruktif. Gejala interferers inilah yang sangat penting bagi pemahaman mekanika kuantum.

Suatu bagian teori kuantum yang meneliti gravitasi disebut teori gravitasi kuantum. Menurut Tipler, kita punya suatu teori gravitasi kuantum yang jelas dan lengkap.

Khusus tentang ilmu fisika partikel elementer, para pakar menemukan bahwa ada materi dan lawannya, anti-materi. Menurut Tipler, materi di alam semesta lebih banyak dari anti-materi.

Agama Kristen sebagai Ilmu Fisika

Menurut J. Tipler, alam semesta mulai 13.7 miliar tahun yang lalu pada Singularitas. Dalam astronomi, Singularitas secara ringkas berarti suatu titik hipotetis dalam alam semesta. Ia adalah suatu kawasan yang secara cerdas diperkirakan ada dalam ruang angkasa yang di dalamnya forsa-forsa gravitasional mengakibatkan materi menjadi terkompresi secara ananta (infinite) dan ruang dan waktu menjadi terdistorsi secara ananta juga.

Singularitas kosmologis

Stephen Hawking, seorang ahli ilmu fisika tenar asal Inggris, membuktikan secara matematik bahwa Singularitas berada di luar ruang dan waktu. Dengan kata lain, Singularitas melampaui batasan ruang-waktu. Thomas Aquinas, seorang ahli teologia (Kristen Katolik) mengatakan “Allah menciptakan Alam Semesta.” Maksudnya, semua rentetan penyebab mulai dalam Allah. Allah adalah Penyebab Yang Tidak Menimbulkan Sebab (Uncaused Cause). Dalam ilmu fisika, semua rentetan yang menimbulkan sebab mulai dalam Singularitas. Singularitas itu sendiri tidak punya sebab. Selama lebih dari seribu tahun, para ahli teologia Kristen sudah menegaskan bahwa ada hanya satu keanantaan (infinity) yang “dicapai” (yang benar-benar ada): keanantaan Allah.

Singularitas Kosmologis (berhubungan dengan kajian ilmiah tentang alam semesta) adalah suatu keanantaan yang dicapai. Singularitas Kosmologis itu adalah Allah Yudaeo-Kristen.

Apakah Allah dan bagaimanakah Dia berinteraksi dengan alam semesta? Suatu teori khusus dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan ini. Teori tentang Segala Sesuatu (Theory of Everything) dalam ilmu fisika teoritis modern mensyaratkan bahwa alam semesta harus mulai dengan suatu singularitas. Tapi teori ini konsisten hanya kalau Allah ada. Kebanyakan ilmuwan kontemporer ateis; karena itu, mereka tidak menyukai Teori tentang Segala Sesuatu karena ia mensyaratkan adanya Allah. Mereka tidak suka Allah ada dalam teori ini; karena itu, mereka mengeluarkan Allah dari sains, suatu upaya yang berarti mernolak hukum-hukum ilmu fisika, seperti Teori tentang Segala Sesuatu.

Akan tetapi, Frank J. Tipler memilih suatu pendekatan yang berbeda terhadap realitas. Dia percaya kita harus menerima implikasi hukum ilmu fisika, apa pun implikasi itu. Kalau hukum itu menyiratkan adanya Allah, maka Allah ada.

Selain itu, kita bisa memakai hukum-hukum ilmu fisika untuk mengatakan kepada kita seperti apa Singularitas Kosmologis itu, yaitu, Allah. Hukum-hukum ilmu fisika mengatakan kepada kita bahwa alam semesta kita mulai dengan suatu singularitas awal, dan akan berakhir dengan suatu singularitas akhir. Hukum-hukum itu mengatakan juga bahwa alam semesta kita hanyalah satu dari sejumlah keanantaan (infinity) dari semua alam semesta. Himpunan alam semesta ini disebut alam semesta yang banyak (multiverse, singkatan dari multi-universes). Kalau kita secara teliti melihat himpunan alam semesta ini, kita melihat bahwa ada suatu singularitas ketiga, yang mengawali alam semesta yang banyak. Tapi ilmu fisika menunjukkan kepada kita bahwa ketiga singularitas yang tampak berbeda ini sebenarnya berasal dari satu singularitas. Ketiga-tiganya menjadi satu.

Ada satu agama yang mendaku Allah itu suatu Trinitas. Itulah agama Kristen. Menuut ajaran Kristen, Allah terdiri dari Tiga Oknum: Allah Bapa (Oknum Pertama), Allah Putera (Oknum Kedua), dan Allah Roh Kudus (Oknum Ketiga). Tapi tidak ada tiga Allah, hanya satu Allah. Dengan memakai ilmu fisika untuk memelajari susunan Singularitas Kosmologis, kita bisa melihat bahwa ketiga “bagian” Singularitas tadi memang bisa dibedakan dengan melibatkan gagasan keoknuman (personhood). Secara khusus, ilmu fisika bisa dipakai untuk menunjukkan bagaimana menjadi tidak mustahil bagi seorang lelaki – Yesus, menurut ajaran Kristen – untuk benar-benar ada sebagai bagian dari Singularitas itu yang menghubungkan Singularitas Awal dan Singularitas Akhir. Jadi, Inkarnasi menjadi sangat masuk akal dari sudut-pandang ilmu fisika.

Mujizat bisa dijelaskan

Suatu mujizat bisa melanggar pengetahuan terbatas kita tentang hukum ilmu fisika. Meskipun demikian, ajaran Kristen tradisional selalu mendaku bahwa “mujizat” tidak melanggar hukum ilmu fisika paling mendasar. Jadi, kalau kita mengetahui hukum ilmu fisika paling mendasar – dan kalau Teori tentang Segala Sesuatu kita betul, kita harus mampu menjelaskan semua mujizat menurut ajaran Kristen.

Kita bisa. Tipler memberi tiga contoh.

Bintang Betlehem adalah sebuah supernova

Salah satu adalah mujizat tentang Bintang Betlehem. Bintang itu adalah sebuah supernova di Galaksi Andromeda. Sebuah supernova adalah sebuah bintang besar yang meledak menjadi hancur pada evolusinya yang terakhir dan menghasilkan kilauan singkat yang 10 sampai dengan 100 kali lebih besar dari kilauan Matahari. Andromeda adalah suatu himpunan bintang-bintang berjumlah miliaran di belahan bagian utara langit yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Kilauan supernova dalam waktu yang singkat itulah yang tampak di atas kandang Betlehem, tempat Yesus lahir, dan dilihat para majus.

Yesus pembawa kromosom XX

Yang lain adalah mujizat kelahiran Yesus oleh Perawan Maria. Penjelasan Tipler yang bersifat agak teknis tentang proses kelahiran luar biasa ini menyiratkan kromosom. Untuk Anda yang awam tentang kromosom dan kaitannya dengan kelahiran Yesus di luar kelaziman, saya akan memperjelasnya secara ringkas sebelum kita beranjak ke penjelasan Tipler.

Kromosom adalah susunan mikroskopik di dalam sel-sel yang membawa molekul-molekul DNA (deoxyribonucleic acid). DNA adalah bahan keturunan yang memengaruhi perkembangan dan ciri-ciri setiap makhluk hidup. Kromosom dibentuk khususnya dari protein dan DNA.

Kebanyakan makhluk hidup punya perangkap lengkap pasangan kromosom yang cocok. Dalam mamalia, ada kromosom seks, yaitu, seperangkat kromosom yang tidak sama, termasuk manusia (yang tergolong pada mamalia).

Dalam kondisi normal, semua manusia punya 46 kromosom. Sebanyak 23 kromosom berasal dari ibu dan 23 lainnya dari ayah. Ke-23 pasangan kromosom itu menentukan jenis kelamin suatu makhluk hidup. Pasangan dengan jumlah yang sama itu terdiri entah dari kromosom “X” atau “Y”. Ibu punya hanya kromosom “X”; ayah punya kromosom “X” dan “Y”.

Bagaimanakah kaitan kromosom dengan kelahiran anak perempuan atau lelaki? Kalau pasangan yang menetapkan jenis kelamin adalah “X-X” yang cocok, anak yang lahir adalah seorang perempuan; kalau padanannya adalah “X-Y”, anak yang lahir seorang lelaki. Jadi, kita melihat bahwa kromosom tunggal dari ayah dalam pasangan kromosom ini menetapkan jenis kelamin anak itu.

Bagaimanakah tentang kromosom Yesus? Dia harus punya 24 kromosom kalau Dia akan lahir sebagai seorang anak lelaki dari seorang perawan wanita. Ada 23 kromosom dari ibunya dan suatu kromosom “Y” dari seorang ayah. Tapi ayah itu tidak bisa menjadi seorang ayah manusia karena ke-22 kromosom lain dari sisi ayah tidak ada. Karena itu, adanya kromosom “Y” sekurang-kurangnya suatu misteri, kalau bukan suatu mujizat.

Yesus membawa kromosom lelaki XX dalam darah-Nya. Riset kedokteran membuktikan bahwa lelaki bisa membawa kromosom tipe wanita (XX) dari pasangan ke-23 sementara wanita bisa membawa kromosom tipe lelaki (XY) dalam darah mereka.

Kelahiran Yesus melalui seorang perawan bisa dipahami lebih jauh melalui penemuan gen SRY, gen yang menetapkan jenis kelamin seorang bayi. Lelaki pembawa kromosom XX – disingkat lelaki XX – adalah lelaki yang punya bukan kombinasi khas kromosom XY melainkan dua kromosom X. Lelaki XX secara khas adalah lelaki tapi mandul. Ketika sperma ayah berisi kromosom X, sel-sel dari dua gamet yang dihasilkan haruslah wanita. Tapi kalau gen SRY dihidupkan, sel-sel dari dua gamet yang dihasilkan akan menjadi seorang lelaki. Dengan cara inilah kita memperoleh seorang lelaki XX. Ini reproduksi seksual secara normal atau alami. Kalau kelahiran melalui perawan macam ini bisa terjadi dalam alam, kita tidak sulit membayangkan kuasa Allah memampukan kelahiran Yesus melalui Perawan Maria sebagai suatu reproduksi aseksual untuk suatu maksud khusus, seperti Penjelmaan Allah Putera menjadi Anak Manusia. Ini sesuai kepercayaan bahwa tidak ada wanita lain seorang Perawan Maria yang memberikan bahan genetik kepada Yesus, dengan kromosom Y Yesus dikaruniakan secara “ajaib”. Bisa dikatakan Yesus adalah suatu klon (clone) genetik dari Maria.

maria dan yesus Suatu lukisan tentang Maria dan bayi lelaki Yesus, pembawa kromosom XX

Mujizat tentang kelahiran Yesus melalui seorang perawan bisa dipercaya kalau kita memakai pengetahuan modern kita tentang seberapa tepatnya DNA menyandi (code) jenis kelamin. Kita memperkirakan bahwa, dalam suatu kelahiran melalui perawan, semua DNA anak lelaki itu akan berasal hanya dari ibunya. Ini dimungkinkan seandainya Yesus seorang lelaki XX. Dalam masyarakat Amerika Serikat, satu dari 20.000 orang lelaki adalah seorang lelaki XX. Dengan memakai teknologi DNA modern, adalah suatu masalah sederhana untuk menguji apakah seorang lelaki adalah seorang lelaki XX. Suatu tes DNA yang dilakukan terhadap Kain Kafan dari Turin, didaku adalah kain kafan yang membungkus mayat Yesus, dan juga terhadap Kain Oviedo, dikleim adalah “serbet” yang menutup wajah Yesus di kuburan. Tes DNA pada kedua peninggalan itu menunjukkan bahwa darah pada kedua kain itu milik seorang lelaki XX.

yesus turin
Bayangan wajah pada Kain Kafan dari Turin, DNA bayangan itu menunjukkan darah seorang lelaki XX


Kebangkitan Yesus dari maut hasil transformasi atom-atom

Contoh mujizat ketiga yang diberikan Frank J. Tipler adalah kisah kebangkitan Yesus dari maut. Menurut ajaran Kristen, Yesus bangkit dari kematian dalam suatu “tubuh yang mengalami kebangkitan dari maut”, suatu tubuh yang akan kita miliki pada Kebangkitan Umum di masa depan. Menurut Tipler, kebangkitan Yesus dari kematian-Nya terjadi ketika atom-atom dalam tubuh-Nya secara spontan mereras menjadi neutrino dan anti-neutrino; kemudian, neutrino dan anti-neutriono berubah kembali menjadi atom-atom untuk membentuk kembali tubuh Yesus yang bangkit dari kematian-Nya. “Tubuh Yang Dimuliakan” ini mampu melakukan “dematerialisasi” pada satu lokasi dan “materialisasi” pada lokasi lain. Ilmu fisika partikel modern menyediakan suatu mekanisme untuk dematerialisasi: pengubahan materi suatu benda menjadi neutrino, partikel elementer yang berinteraksi secara sangat lemah dengan materi dan karena itu tidak bisa dibagi lagi menjadi lebih kecil. Membalikkan proses itu akan menghasilkan materialisasi dari kehampaan. Kalau ini adalah mekanisme Kebangkitan Yesus, ada beberapa tes yang bisa menunjukkannya. Sesungguhnya, beberapa pengujian itu begitu sederhana sehingga seorang biasa bisa melakukannya. Bayangan Yesus pada Kain Kafan dari Turin punya beberapa ciri utama khusus yang menurut perkiraan kita akan timbul dalam proses dematrialisasi neutrino.

yesus bangkit Suatu lukisan tentang Yesus yang sudah bangkit dari kematian, disaksikan Maria Magdalena; kebangkitan-Nya, menurut Tipler, adalah hasil proses ilmu fisika partikel

Apa akibatnya seandainya Yesus tidak bangkit dari kematian-Nya? Tanpa kebangkitan-Nya, alam semesta kita tidak akan ada, Tipler mendaku.

Komputer akan melampaui kecerdasan manusia

Orang Kristen mendaku Yesus akan datang kembali di akhir sejarah manusia. Dua perkembangan dalam ilmu fisika menunjukkan bahwa sejarah manusia akan berakhir dalam waktu sekitar lima tahun lagi. Para ahli meramalkan bahwa komputer akan melampaui kecerdasan manusia dalam waktu lima puluh tahun, dan mekanisme dematerialisasi bisa dipakai untuk membuat senjata mirip gumpalan kertas dengan daya destruktif mirip bom atom. Senjata-senjata dan komputer-komputer supermanusia seperti akan mengakibatkan ketahanan hidup manusia menjadi terancam. Dalam pembahasan-Nya tentang kedatangan-Nya yang kedua kali, Yesus mengatakan Dia akan kembali ketika manusia menghadapi suatu “Masa Kesesakan” yang begitu besar sehingga kita tidak akan bertahan hidup tanpa campur tangan langsung dari Dia. Kita akan menghadapi Masa Kesesakan seperti itu dalam waktu lima puluh tahun.

Dari sudut-pandang teori ilmu fisika terkini, agama Kristen bukanlah sekadar suatu agama. Ia adalah suatu sains yang bisa diuji secara eksperimental.

Kritik terhadap Ilmu Fisika tentang Agama Kristen

Buku ini ditulis seorang Profesor Ilmu Fisika Matematik yang menguasai ilmu fisika. Pembaca dianjurkan punya dasar yang kuat dalam ilmu fisika supaya dia mampu membedakan fiksi dengan fakta dalam buku ini.

Tentang mekanika kuantum

Menurut Tipler, dua partikel berpasangan dengan spin (perpusingan) yang berlawanan akan mempertahankan spinnya yang berlawanan dalam jarak apa pun. Menurut asas ketakpastian Heisenberg dan mekanika kuantum, tidak satu pun dari kedua partikel ini punya spin apa pun kecuali kalau seorang pengamat mengamati masing-masing pasangan itu dan mengubahnya dari kondisi gelombang menjadi suatu kondisi partikel yang punya spin. Ketika Anda sebagai seorang pengamat mewujudkannya menjadi materi dengan mengamatinya, partikel itu cepat tahu apa spin kembarnya yang sebelumnya dijauhi pada kecepatan cahaya. Dengan demikian, pengetahuan di antara kedua partikel itu dipertukarkan dua kali lebih cepat dari kecepatan cahaya! Tapi Anda tidak menciptakan suatu partikel dengan mengambrukkan fungsi gelombangnya melalui pengamatanmu, dan kalau fungsi gelombang itu diciptakan agar menjadi suatu partikel lain sebagai suatu kembar yang berlawanan secara simetrik, fungsi gelombangnya tidak akan berubah sesuai jaraknya.

Sejauh ini baik-baik saja, tapi Tipler beranjak lebih jauh dari gagasan ini. Dia menunjukkan bahwa kedua partikel kembar itu bahkan mempertahankan ciri-ciri spinnya yang berlawanan kalau kedua-duanya diamati dalam alam semesta yang lain di dalam alam semesta yang banyak.

Tapi gagasannya bahwa mekanika kuantum berlaku bagi semua benda tanpa mempertimbangkan ukuran sangat dipertanyakan. Ini suatu pokok penting yang mendasari hampir semua kasus bagi dasar ilmu fisika agama Kristen (khususnya, Kristen Katolik). Pada halaman 15, Tipler mengulangi lagi pokok penting ini dengan menerima dalil bahwa mekanika kuantum berlaku tanpa kecuali untuk semua sistem. Karena itu, secara matematik harus ada alam semesta yang banyak.

Tidak semua fisikawan merasa nyaman dengan teori tentang alam semesta yang banyak berdasarkan mekanika kuantum. Memang, ada persamaan gagasan dasar antara Tipler dan beberapa fisikawan tentang kausalitas, evolusi yang dituntun Allah, kecerdasan manusia masa depan yang muncul di alam semesta, dan kehidupan kekal sebagai bagian dari gagasan tentang Allah. Tapi ada juga fisikawan yang menentang kleim Tipler bahwa mekanika kuantum adalah ilmu fisika bagi semua benda material, tanpa memandang ukuran atau skalanya.

Tentang Singularitas Kosmologis

Buku ini berbicara tentang agama dan ilmu fisika. Pernyataan Frank J. Tipler bahwa “Singularitas Kosmologis adalah Allah” merupakan suatu pernyataan yang berani. Tapi pernyataannya bahwa ilmu fisika menuntut tiga singularitas yang sebenarnya satu dan bahwa Trinitas menurut Kristen adalah ajaran religius yang cocok dengan agama Kristen mengejutkan. Tidak semua ilmuwan akan sepakat dengan pernyataannya.

Tentang buku Tipler menurut Lawrence M. Krauss

Judul buku Tipler, The Physics of Christianity, mengingatkan kita pada Physics of Star Trek karya Lawrence M. Krauss (1995). Buku yang diberi pengantar oleh Stephen Hawking ini diterbitkan dalam terjemahan Indonesia, Fisika Star Trek, oleh Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2001. Krauss seorang professor ilmu fisika dan astronomi asal AS.

Prof. Krauss, dipandang sebagai seorang ateis, ternyata membaca karya Frank J. Tipler tadi. Apa kritiknya terhadap buku itu?

LawrenceM.Krauss
Lawrence M. Krauss

Menurutnya, Frank J. Tipler memberi penjelasan sains melampaui batasnya yang patut. Dia menyimpang dari penjelasan sains yang wajar dengan menyediakan pembenaran ilmu fisika yang berbelit-belit atau kusut untuk menjelaskan mujizat-mujizat Kristen. Penjelasannya mencakup bayangan Yesus pada Kain Kafan dari Turin yang, menurut Krauss, adalah suatu pemalsuan yang sudah lama ditolak oleh banyak ahli. “Ketika ilmu fisika konvensional tidak memberikan suatu penjelasan yang cukup bagi gejala religius yang dipermasalahkan,” kata Krauss, “ Tipler menemukannya kembali.”

The Physics of Christianity, lanjutnya, adalah “suatu koleksi setengah kebenaran dan perlebih-lebihan. . . suatu omong kosong.” Sebenarnya, buku itu “jauh lebih berbahaya dari pada sekadar omong kosong.” Mengapa? Tipler memerikan berbagai aspek ilmu fisika modern yang memberi “ilusi persuasif” bahwa apa yang dia jelaskan menyiratkan hukum-hukum ilmu fisika.

Itu tidak benar. Bukunya memberikan suatu pelajaran tentang suatu pokok yang “terperangkap” ke dalam bahaya mendorong sains melampaui wilayah keabsahannya. Selain itu, Tipler memakai “perkiraan-perkiraan ilmiah” yang seakan-akan absah dalam semua konteks.

Akan tetapi, Krauss percaya Tipler seorang lelaki yang terhormat yang tidak bermaksud memutar-balik realitas demi mencapai tujuannya. Meskipun demikian, dia sudah melakukan pemutarbalikan fakta.

Misalnya, Tipler mendaku bahwa Model Standar dari ilmu fisika partikel lengkap dan tepat. Itu tidak benar. Yang tidak benar juga adalah dakuan-dakuannya yang lain: teori gravitasi kuantum jelas dan konsisten, alam semesta harus ambruk lagi, sifat energi gelap sudah dipahami, dan kita tahu mengapa ada materi lebih banyak dari anti-materi dalam alam semesta.

Ketika merentangkan pengetahuan melampaui batasnya tidak cukup, Tipler mengandalkan pemakaian probabilitas yang berasal dari pengetahuan berdasarkan pengalaman hidup. Misalnya, dia berargumentasi bahwa kebangkitan Yesus terjadi ketika atom-atom dalam tubuh-Nya mereras secara spontan menjadi neutrino dan anti-neutrino, lalu berubah lagi menjadi atom-atom untuk membentuk kembali diri-Nya. Penalarannya mengandalkan Model Standar ilmu fisika partikel; di dalam model ini, pererasan proton dan neutron bisa terjadi. Meskipun demikian, pererasan itu membutuhkan waktu yang lebih lama dari usia alam semesta sendiri. Artinya, probabilitas suatu kejadian seperti itu pada intinya adalah nol.

Selain kontroversi tentang kebangkitan Yesus menurut argumentasi Tipler, suatu masalah lain menyangkut pemakaian yang aneh dari suatu versi “Kristen” tentang asas antropik. Asas ini mengacu pada keberadaan jenis alam semesta yang membatasi adanya hidup. Asas antropik adalah suatu pernyataan bahwa hidup apa pun yang ada dalam suatu alam semesta akan memberlakukan kondisi-kondisi yang secara signifikan memberi alam semesta itu sifat-sifat fisikal.

Berdasarkan suatu versi Kristen dari asas antropik itu, Tipler mendaku bahwa tanpa kebangkitan Yesus, alam semesta kita tidak bisa berada. Karena itu, ketika orang mengutak-atik syarat ini dengan suatu probabilitas yang dikira-kira yang hampir setara dengan nol, hasil akhirnya adalah suatu kondisi yang hampir pasti.

“Saya mendesak calon pembaca yang barangkali ingin mencari pembenaran empirikal bagi imannya untuk bersikap ramah terhadap Profesor Tipler dan memilih buku lain yang berisi entah sains yang lebih baik entah teologia yang lebih baik,” saran Prof. Lawrence M. Krauss.

Sisi Positif Buku Tipler

Selain berisi kekurangan-kekurangan tadi, buku Frank J. Tipler menunjukkan beberapa pokok yang positif. Di antaranya, bukunya berisi suatu analisis yang menarik tentang cara ilmu fisika modern diterapkan pada agama Kristen, penulis memaparkan rincian khusus tentang ilmu fisika dasar dan ajaran Kristen, dan penjelajahan ilmiah yang menawan dari suatu topik kontroversial.

0 komentar: