BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 04 April 2011

9. Di dalam Revolusi Kaum Radikal, Reformis, dan Revivalis Muslim

inside the revolution Judul: Inside the Revolution How the Followers of Jihad, Jefferson & Jesus Are Battling to Dominate the Middle East and Transform the World

Penulis: Joel C. Rosenberg

Tempat, penerbitan, tahun: Carol Stream, Illinois: Tyndale House Publishers, Inc., 2009, 2011

Non-fiksi: 568 halaman

Isi: Catatan untuk Pembaca, Pengantar, Bagian Satu Kaum Radikal, Bagian Dua Kaum Reformis, Bagian Tiga Kaum Revivalis, Lampiran, Catatan Akhir, Indeks, Ucapan Terima Kasih, dan Bacaan yang Dianjurkan

Kategori: AGAMA/KEHIDUPAN KRISTEN/MASALAH SOSIAL

***
Ancaman Serius

Ada ancaman serius kaum Islam radikal terhadap dunia, kata Joel C. Rosenberg. Bukunya menjelaskan kekuatan di balik berita-berita utama yang kritis dan krisis global yang kita hadapi.

Ada 1.3 miliar umat Muslim di dunia masa kini. Jumlah ini membentuk suatu suara yang kuat.

Dari jumlah total tadi, Rosenberg mengidentifikasi tiga gerakan di dalam Islam yang akan mengubah dunia, entah menjadi baik entah buruk, di masa depan. Pertama, kaum Radikal yang percaya jihad yang keras adalah jalan untuk mengubah dunia. Kedua, kaum Reformis, yang percaya Islam baik tapi demokrasi adalah jalan menuju masa depan. Ketiga, kaum Revivalis, yang percaya Yesus adalah jawabannya, bukan Islam.

Rosenberg menerbitkan suatu karya yang komprehensif tentang Revolusi Islam di masa lampau, masa kini, dan masa depan. Dia mengambil contoh-contoh atau rincian penjelasan dari Al-Qur’an, kesaksian lisan, dan buku teks untuk memberi garis besar inti kepercayaan setiap gerakan.

Lima Skenario Terburuk

Ada lima skenario utama yang mengganggu para pemimpin militer dan intelijens sedunia. Kelima skenario itu berdasarkan kemampuan gerakan jihadis memperoleh senjata nuklir.

Skenario pertama: Iran menyerang AS dengan rudal-rudal balistik berkepala nuklir melalui kapal-kapal pengangkut peti kemasan yang mendekati kota-kota pelabuhan utama di AS. Senjata-senjata nuklir itu disembunyikan dalam kemasan-kemasan komersial – yang, misalnya, dipakai untuk mengirimkan mobil-mobil – sebelum ditembakkan.

Skenario kedua: Iran, negara-negara atau kelompok-kelompok Radikal bisa mengangkut senjata-senjata nuklir dalam pesawat terbang pribadi tujuan AS, melakukan kamikaze terhadap kota-kota AS, atau mendetonasi senjata nuklir itu di dalam pesawat di atas sasaran yang sudah dipilih.

Skenario ketiga: Kaum Radikal bisa memuat senjata nuklir ke dalam perahu-perahu layar atau kapal-kapal bermotor pribadi ukuran kecil. Sesudah memasuki pelabuhan kota-kota utama AS, mereka mendetonasi senjata-senjata itu.

Skenario keempat: Kaum Radikal bisa menyelundupkan senjata nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya ke AS lalu mendetonasinya jauh di pedalaman AS.

Skenario kelima: Kaum Radikal bisa menghantam AS dengan “bom-bom kotor.” Bom ini dibuat dengan bahan peledak konvensional – seperti dinamit – lalu dicampur dengan sampah pembangkit listrik bertenaga nuklir atau bahan radiologis lain, dan mendetonasinya di dalam AS.

Iran, suatu negara Radikal, bisa terlibat dalam dua skenario tadi atau malah lebih dari itu. Ahmadinejad, Presiden Iran, adalah seorang katalisator dengan suatu pengaruh yang besar. Dia didorong oleh suatu keyakinan bahwa Allah memberinya suatu visi dan misi untuk menghancurkan peradaban Yudaeo-Kristen. Dia dan kelompok Radikal lainnya boleh dikatakan mewakili satu dari ekstremitas penganut Muslim.

Di tengah situasi yang bergejolak di titik pusatnya terdapat pengaruh besar yang lain, yaitu, pengaruh gerakan kaum Revivalis. Mereka adalah penganut Muslim yang mencari dan menemukan kebangkitan kembali atau kebangunan baru secara spiritual. Jutaan orang Muslim sudah beralih kepercayaan menjadi orang Kristen dalam tahun-tahun terakhir. Kesaksian mereka sangat menarik. Kaum Revivalis boleh dikatakan adalah kebalikan dari kaum Radikal dan, karena itu, mewakili ujung lain penganut Muslim.

“Memahami ketiga gerakan revolusioner ini – termasuk tanggapannya terhadap berbagai krisis dan jawaban yang mereka tawarkan – punya makna yang sangat penting. Mereka yang mengabaikan kecenderungan-kecenderungan ini membahayakan dirinya.”

Karya Non-fiksi Kedua

Inside the Revolution adalah buku non-fiksi kedua karya Joel C. Rosenberg. Dia memulai kariernya dalam kesusastraan sebagai seorang novelis. Rangkaian thriller (novel yang menggetarkan hati atau menimbulkan efek yang mengerikan) politiknya mulai dengan The Last Jihad dan tampaknya meramalkan peristiwa-peristiwa sesungguhnya yang terjadi segera sesudah novel-novel itu diterbitkan.

joel c. rosenberg Joel C. Rosenberg

Non-fiksi pertama Rosenberg yang membuat dia terkenal berjudul Epicenter: How the Current Rumblings in the Middle East Will Affect Your Future. Buku ini ditulis tahun 2006 dan diperbarui tahun 2008. Karyanya merinci pandangan-dunia penulisnya dan menjelaskan bagaimana novel-novelnya membuat ramalan-ramalan yang efeknya sangat mengerikan. Ini termasuk ramalan-ramalannya dalam Epicenter bahwa Irak, dia percaya, akan menjadi suatu negara yang stabil. Tapi Vladimir Putin akan mempertahankan kekuasaan di Rusia, dan Iran akan membentuk suatu aliansi militer dengan Rusia.

Tiga Bagian

Buku non-fiksi terkini Rosenberg, Inside the Revolution, dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama (13 bab) membahas kaum Radikal, terkenal dengan pernyataannya: “Islam adalah jawaban itu, jihad adalah jalannya.” Siapakah kaum Radikal itu dan apa maunya? Bagian kedua (10 bab) membahas kaum Reformis yang mengatakan: “Islam adalah jawaban itu, tapi jihad bukanlah jalannya.” Siapa para Reformis Islam itu dan apa maunya? Bagian tiga (9 bab) menyoroti kaum Revivalis yang mengatakan: “Islam bukan jawaban itu, jihad bukan jawabannya; Yesus adalah jalan itu.” Siapakah kaum Revivalis itu dan apa maunya?

Ambisi Kaum Radikal

Mereka mengungkapkan kemarahan dan ambisi untuk melakukan pembunuhan massal semua musuh Islam. Apa yang menggerakkan mereka, dan apa akar keberangannya?

Di inti dirinya, terletak perasaan yang sangat dalam berupa rasa malu, rasa hina, kegagalan, dan ketidakberdayaan dalam dunia modern yang dirasakan banyak orang Muslim masa kini. Ini berlawanan sekali dengan masa kejayaan peradaban Islam di masa lampau. Ketika itu, bangsa-bangsa penganut Islam dipandang kekuatan militer dan ekonomi terbesar di dunia. Tapi masa kini, dunia Muslim paling terkenal karena tirani, kemiskinan yang hina papa dari semua orang kecuali kaum elit, korupsi yang merajalela, kekerasan, dan terorisme. Sekalipun negara-negara Muslim berlimpah-limpah dengan kekayaan sumber daya alaminya yang luar biasa, seperti minyak bumi, dunia Islam di awal abad ke-21 terjerumus ke dalam ketidakberdayaan dan keputusasaan.

Dari hasil refleksi diri, ada kerinduan untuk mengatasi semua kendala itu agar umat Muslim bangkit lagi menuju kejayaan pada abad ke-21. Tapi jalan ke arah pencapaian cita-cita itu tidak selalu mulus.

Salah satu tantangan yang dihadapi adalah kelahiran negara Israel tahun 1948. Tentara Arab dari Mesir, Suriah, Yordania, Libanon, dan Irak menyerang negara kecil itu untuk menghancurkannya. Tapi ketika mereka dikalahkan tentara Israel berjumlah sangat kecil itu, perasaan kegagalan dan hina orang-orang Muslim Arab itu makin bertambah. Timbul Perang Enam Hari tahun 1967 (antara Israel dan negara Mesir, Yordania, dan Suriah selama enam hari berturut-turut pada bulan Juni 1967) yang menyaksikan kemenangan tentara Israel atas gabungan tentara ketiga negara Arab itu.

Kaum Muslim merenungkan ketidakmampuannya mengalahkan Israel dengan kekuatan militernya yang jauh lebih unggul dari yang dimiliki Israel. Hasil perenungan itu sudah menuntun banyak orang Muslim memilih bentuk-bentuk yang lebih mematikan dari Islam radikal, sementara orang Muslim yang lain sudah memilih jalan damai dan reformasi. Sejumlah yang mengejutkan dari orang Muslim malah sudah beralih menjadi pemeluk Kristen dalam suatu kebangkitan kembali religius yang sedikit sekali dilaporkan yang melanda Timur Tengah.

Bagian pertama

Bagian pertama, kaum Radikal, mencakup suatu sejarah revolusi Islam Iran yang dipengaruhi Ayatulah Khomeini dan juga suatu sorotan terhadap sejarah Osama bin Laden. Bagian ini berisi juga suatu sorotan yang rinci tentang kehidupan dan kepercayaan Presiden Iran masa kini, Mahmud Ahmadinejad.

Bagian pertama berisi banyak kutipan dari para pemimpin Radikal. Kutipan-kutipan itu mengarah pada suatu gagasan penting: para pemimpin Iran berupaya memperoleh tenaga nuklir tidak untuk maksud-maksud damai. Bagian ini juga berisi wawancara dengan tokoh-tokoh terkemuka dalam dinas intelijens Amerika Serikat, seperti mantan Direktur CIA Porter Goss dan mantan komandan Kesatuan Delta (pasukan anti-teroris AS), Jerry Boykin. Agaknya, para pemimpin radikal Islam menolak untuk diwawancarai.

Sementara itu, Rosenberg menunjukkan bahwa banyak dari apa yang dipercayai intelijens AS tentang kaum Muslim keliru selama bertahun-tahun. Kegagalan intelijens itu mencakup kegagalan meramalkan Revolusi Iran, senjata nuklir Pakistan, serangan 11 September 2001, dan kegagalan intelijens tentang senjata pemusnah massal Sadam Husein.

Bagian pertama tentang kaum Muslim Radikal mencakup juga suatu pembahasan tentang kepercayaan akan akhir zaman Presiden Ahmadinejad dan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatulah Ali Khameini. Kedua pemimpin ini menganut kepercayaan Syiah akan Imam Kedua Belas, pemimpin religius yang hilang sekitar tahun 900 Masehi. Anggota-anggota mazhab Kedua Belas Islam Syiah percaya pemimpin ini, Imam Mahdi, akan kembali pada suatu masa kekerasan dan kekacauan yang akan mengarah pada pembentukan suatu kalifah Islam sedunia.

Mahmud Ahmadinejad seorang yang sangat percaya akan Imam Mahdi dan banyak berbicara tentang dia melalui pidato-pidatonya di PBB. Banyak pengamat Barat percaya Ayatulah Khameini memakai pengaruhnya untuk menolong Ahmadinejad, waktu itu walikota Teheran, naik menjadi Presiden Iran. Bantuan pemimpin tertinggi Iran itu menunjukkan bahwa dia dan Ahmandinejad sama-sama percaya akan kedatangan Mahdi.

Kata dan tindakan Ahmadinejad sebagai Presiden Iran menunjukkan bahwa Iran tengah berupaya menjadi suatu kekuatan nuklir. Kalau kekuatan nuklir dikembangkan menjadi senjata nuklir, sang presiden berniat melawan Israel dan Amerika Serikat demi mempercepat kedatangan Imam Mahdi. Rosenberg mendokumentasikan pidato-pidato Ahmadinejad untuk mengkonfirmasi niat sang presiden.

Bagian kedua

Bagian kedua buku Rosenberg membahas para Reformis. Bagian ini mengkhususkan pembahasan pada para pemimpin Muslim terkemuka yang tengah berupaya mereformasi pemerintahan nasionalnya menjadi suatu versi Muslim dari demokrasi Jeffersonian (demokrasi menurut pemikiran atau kebijakan Thomas Jefferson, presiden ketiga AS). Bagian tentang Reformasi mencakup beberapa profil pemimpin nasional seperti Presiden Hamid Karzai dari Afghanistan, Nouri Al-Maliki dan Jalal Talibani dari Irak, Raja Muhamad VI dari Maroko, dan mendiang Benazir Bhutto dari Pakistan. Bagian ini mencakup juga banyak wawancara dengan mereka.

Rosenberg juga membahas perbedaan teologia kaum Reformis dengan teologia kaum Radikal. Menurut penganut Gerakan Reformasi, banyak bagian bacaan Al-Qur’an yang dipakai kaum Radikal ditafsirkan secara kiasi atau di luar konteks.

Rosenberg juga mengacu pada beberapa kawasan, tempat kaum Reformis tengah membuat kemajuan melawan kaum Radikal. Barangkali, Maroko adalah contoh terbaik. Raja Muhammad VI sudah mengambil langkah tegas untuk mencegah pertumbuhan Islam radikal di negaranya. Dia mengambil tindakan ini dengan memastikan bahwa mesjid dan madrasah mengajarkan versi damai Islam dan bukan menghasut kekerasan, memberdayakan perempuan, memerangi kemiskinan, dan berhubungan dengan dunia Barat dan Timur. Sang raja juga menjangkau orang Kristen dan anggota komunitas Yahudi di Maroko.

Keberhasilan lain adalah perubahan beberapa teroris terkemuka dari jihad menjadi Islam yang damai. Tawfik Hamid, seorang murid pemimpin Al Qaeda Ayman al-Zawahiri, menolak versi keras dari Islam dan mulai mengkhotbahkan pesan damai Al-Qur’an. Serupa dengan itu, seorang mantan ahli teologia Al Qaeda, Sayyed Imam al-Syarif, menulis sebuah fatwa dari sebuah penjara Mesir yang menyerukan suatu akhir dari terorisme dan pembentukan suatu pengadilan Islam untuk mengadili Osama bin Laden dan Ayman al-Zawahiri.

Bagian ketiga

Bagian terakhir buku Rosenberg paling membangkitkan minat. Bagian ini merinci siapa dan apa maunya kaum Revivalis, dan menceritakan kisah yang sebagian besar tidak diketahui tentang kebangkitan (rohani) orang Kristen yang melanda dunia Muslim. Secara historis, misionaris Kristen untuk kaum Muslim meraih keberhasilan yang sedikit selama ratusan tahun. Tapi, selama tiga puluh atau empat puluh tahun terakhir, ribuan lelaki dan wanita Muslim sudah menjadi pengikut Kristus. Sejumlah besar dari mereka yang beralih agama mengalami mimpi-mimpi dan visi-visi adialami tentang Yesus. Pengalaman spiritual itu memainkan suatu peranan dalam proses pertobatan mereka.

Apa beda antara kaum Revivalis dengan kaum Radikal dan Reformis? Kaum Revivalis tidak mencari kekuasaan politik. Mereka sama sekali tidak menjadi anggota suatu partai atau kelompok politik. Mereka tahu adalah tidak sah dan secara potensial berbahaya kalau mereka meninggakan Islam; karena itu, banyak dari mereka yang menjadi orang percaya yang baru terpisah dan hidup sendirian. Selain itu, tujuan kaum Revivalis bukanlah untuk mengancam resim yang berkuasa melainkan menyebarkan Injil Kristus. (Banyak penguasa Islam memandang ini sebagai suatu tindakan yang berbahaya.)

Rosenberg mewawancarai para penginjil dan orang-orang bertobat terkemuka dari Timur Tengah. Banyak dari cerita mereka berisi mujizat-mujizat. Dua dari cerita mereka sangat berkesan. Dalam salah satu, seorang wanita  sudah mendengar ayat Alkitab yang di dalamnya Yesus mengatakan “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok . . . (Wahyu 3:20). Kalimat yang sebenarnya berisi makna kiasan itu dipahami wanita itu secara harfiah. Mengikuti makna ayat ini menurut pemahamannya, dia membuka pintu ke dalam rumahnya dan menemukan bahwa Yesus benar-benar ada di sana. Dalam cerita lain, seorang pengusaha Kristen Irak diculik oleh para militan. Sesudah uang tebusan dibayar, mereka menembaknya di belakang kepalanya. Dia tewas dan benar-benar melihat Yesus sebelum hidup kembali dan mencari pertolongan.

Skopa kebangunan rohani Kristen di Timur Tengah belum sepenuhnya diketahui. Tidak ada sensus tentang orang-orang percaya itu dan, sekalipun ada, banyak tidak akan ikut serta karena pertimbangan akan bahayanya. Jelas dari kelompok-kelompok yang membuat siaran melalui satelit dan radio bahwa orang-orang Muslim yang mengalami pertobatan berjumlah ratusan ribu dan mungkin jutaan. Rosenberg juga mengutip pernyataan-pernyataan pejabat pemerintah dan pemimpin agama di negara-negara Muslim yang menunjukkan kekuatiran terhadap jumlah yang makin meningkat dari orang-orang Muslim yang memilih menjadi pengikut Kristus.

Inside the Revolution adalah suatu buku yang memberi wawasan bagi siapa pun yang tertarik pada politik Timur Tengah. Buku itu memberikan suatu sorotan yang mendalam dan berimbang tentang para pemain utama dalam politik di Timur Tengah dan menawan untuk dibaca.

Siapa dan Apa Joel C. Rosenberg

Joel C. Rosenberg sudah diundang banyak kali untuk berbicara dengan anggota Kongres, senator, para pemimpin intelijens dan militer berpangkat tinggi, dan duta besar negara-negara asing. Baru-baru ini, dia berbicara di depan 125 pejabat Pentagon tentang mengapa eskatologi (teologia tentang akhir zaman) Ahmadinejad tengah menggerakkan kebijakan luar negeri Iran. Pemaparannya ada di dalam bukunya.

joel c. rosenberg1
Joel C. Rosenberg di Yerusalem


Dia seorang lelaki berdarah Yahudi (dari pihak ayahnya) asal AS, seorang Kristen injili, seorang ahli strategi komunikasi, seorang novelis, seorang penulis terkenal, dan pendiri Dana Yosua. Sebagai seorang penulis, dia menghasilkan beberapa karya terbaiknya yang, menurut harian the New York Times, mencakup The Last Jihad, The Last Days, The Ezekiel Option, The Copper Scroll, Dead Heat, dan Epicenter. Yang disebut terakhir adalah buku non-fiksinya yang paling laris, dicetak sebanyak lebih dari 1.5 juta buku.

0 komentar: