BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 31 Agustus 2011

16. Jungle Pimpernel 5

jungle pimpernel2 Di mana ter Poorten? Amthony van Kampen mendengar dia diduga bekerja di sekitar Sarmi.

Di Hollandia, van Kampen berkenalan dengan dua orang lelaki Belanda sebagai sumber informasi tentang Nieuw Guinea, kemudian menjadi temannya yang baru. Yang pertama, Pendeta Oudshoorn dan, yang kedua, Tylingen, seorang pegawai pamong praja. Mereka berdua punya pengetahuan yang luas tentang Nieuw Guinea Belanda.

Nieuw Guinea Belanda menurut Oudshoorn

Pendeta Oudshoorn menjadi salah satu sumber berwibawa tentang Nieuw Guinea Belanda. Apa yang dia ceritakan memberikan suatu latar belakang yang akan menolong van Kampen dan pembaca bukunya memahami lebih jauh tidak saja sisi-sisi tertentu NGB tapi juga lanjutan kisah van Kampen, terutama tentang ter Poorten.

Nieuw Guinea, kata Oudshoorn, punya iklim yang sulit. Tidak ada musim kemarau yang panjang seperti di Indonesia. Di NG, hujan hampir setiap hari. (Kawasan Merauke di NGB bagian selatan yang mengenal musim kemarau dan hujan seperti di Jawa adalah suatu kekecualian.)

Tiap orang Belanda, lanjut sang pendeta, takut terhadap NG sekalipun ada isu tentang emas di pedalaman.  Empat abad silam, NG disebut dalam bahasa Spanyol sebagai  Isla de Oro, Pulau Emas. Memang ada emas masa kini. (Penggalian tambang tembaga dan emas oleh Freeport di Tembagapura pada zaman Indonesia membuktikan bahwa emas memang ada di NG dan Papua masa kini.)

Sekalipun ada emas di NG, Oudshoorn tidak punya pandangan cerah tentang tantangan hebat alam NG bagi orang Belanda dan orang asing lainnya. “Saya tidak percaya ada satu daerah [lain] di bumi yang sangat bermusuhan seperti Nieuw Guinea,” katanya (164).

Hanya emas sebagai suatu komoditas yang ada di NGB? Tidak, jawab sang pendeta. Selain emas, ada kopra, damar, kopal, minyak bumi, bauksit, mutiara, kayu, batu bara, dan lain-lain. Di Kepala Burung, ada eksplorasi minyak bumi. (Eksplorasi ini dilakukan menjelang PD II oleh Nederlands Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij di singkat NNGPM, suatu perusahaan minyak bumi dari Belanda, yang berhasil menemukan dan mengekspor minyak bumi tapi kemudian menutup usahanya menjelang penyerahan kedaulatan atas Irian Barat kepada Indonesia 1963.)

victor de bruijn Dr. J.V. de Bruyn, sang Jungle Pimpernel

Selain sumber daya alami, NG pun kaya akan keanekaragaman fauna, kata Oudshoorn.  Misalnya, ada delapan puluh jenis burung cenderawasih yang berbeda-beda di daerah ini.

Apakah Kerajaan Belanda tertarik pada kekayaan NG dan menunjukkan kesungguhan untuk membangunnya? Pendeta Oudshoorn sangsi tentang kesungguhan pemerintahnya memnbangun daerah jajahannya.

Menurutnya, NG anak tiri Kerajaan Belanda. Negaranya mengabaikan kewajibannya membentuk dasar-dasar peradaban modern pada penduduk asli NG. Yang membentuk dasar-dasar peradaban itu malah bukan pemerintah di Belanda melainkan para misionaris Protestan dan Katolik Belanda dan dari negara Barat lainnya, seperti dari Amerika Serikat, dan segelintir pegawai kementerian dalam negeri Belanda yang idealis di NG. Sang pendeta selanjutnya menjelaskan tentang kesulitan pekerjaan misi Protestan dan Katolik di NG dan mengkritik pemerintah Belanda yang mengabaikan kewajibannya membangun NG.

Mengapa Kerajaan Belanda mengabaikan kewajibannya membangun NG? Daerah ini suatu “pojok dunia”, suatu tempat terkutuk bagi orang Belanda, jawab Oudshoorn.

Nieuw Guinea Dikenal dari Laut

Kemudian, untuk melihat seluruh pantai NGB, untuk melihat kehidupan orang Papua di pesisir, van Kampen melakukan pelayaran dengan menumpang kapal Maria Magdalena. Kapal ini berasal dari Port Moresby, Papua-New Guinea.  Pelayarannya selama tiga bulan; van Kampen menemukan bahwa laut keliling NG sepi.

Meskipun demikian, dia melihat hal-hal menakjubkan dari laut-laut tropis NGB. Tampak, misalnya, pulau-pulau kecil yang muncul begitu saja sebagai firdaus kecil dari permukaan laut. Selain itu, dia melihat penyelam-penyelam yang mencari mutiara, nelayan Papua, pemburu burung, dan penyelundup.

Sesudah pelayaran selama tiga bulan, Maria Magdalena kembali ke kepulauan Bismarck di Papua-New Guinea dan akan kembali lagi ke Hollandia sesudah lima bulan.

Jan ter Poorten di Pedalaman Sarmi

Sesudah pelayaran itu, Anthony van Kampen dipanggil pulang ke Belanda untuk suatu jangka waktu yang singkat. Tapi “cerita-cerita kuat” dia melalui media cetak tidak dipercaya pembaca Belanda. Dia marah dan kecewa karena cerita-ceritanya yang dibaca di koran-koran Belanda dinilai sebagai fantasi, padahal, menurut dia, itu benar.

Sekembalinya ke Hollandia, dia ingin mengetahui lebih jauh tentang kehidupan dan pekerjaan Jan ter Poorten di sekitar Sarmi. Dari van Noort, seorang Belanda yang menjadi Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) di Sarmi, VK mendapat kabar bahwa ter Poorten bekerja di pedalaman Sarmi.

Akhirnya, keinginannya bertemu lagi dengan ter Poorten di Sarmi terwujud. Dia berangkat ke sana bersama Oudshoorn dan Tylingen dengan menumpang kapal motor Higgins milik pemerintah di Hollandia. Tujuh hari kemudian, mereka mencapai Sarmi.

Kematian ter Poorten

Mereka bertamu ke rumah van Noort dan mendengar berita yang menimbulkan rasa ingin tahu lebih jauh tentang ter Poorten dan van der Veer. Van Noort menerima sepucuk surat dari Yosef Malinau, seorang guru Ambon yang, seperti ter Poorten,  juga bekerja di pedalaman Sarmi. Surat itu mengatakan KPS ter Poorten sakit keras; sakitnya berhubungan dengan penderitaannya di hati. Sementara itu, ada kejadian-kejadian luar biasa di pedalaman Sarmi. Sepucuk surat yang lain dari misionaris Troutman di Danau Wissel mengatakan Mieke van der Veer, teman dekat ter Poorten, sakit.

Van Noort kemudian mendapat sepucuk surat dari ter Poorten. Sebagian isinya sama dengan yang ditulis guru Malinau tapi bagian lanjutannya baru. Van Noort diminta datang dengan dukungan polisi bersenjata lengkap, dan membawa barang-barang lain yang diminta ter Poorten yang tengah sakit.

Persiapan perjalanan ke pedalaman Sarmi untuk mengunjungi ter Poorten dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Van Noort dan Tylingen akan ke sana, bersama dua orang anggota polisi Papua. Van Kampen dan Oudsheer akan ikut.

anthony van kampen1
Anthony van Kampen


Pada siang hari ketiga, rombongan pimpinan van Noort berangkat ke pedalaman Sarmi. Tapi sebelum mencapai tempat tujuannya, mereka sangat terkejut menemukan bahwa ter Poorten mati dekat suatu kali – diserang  buaya yang memakan sebagian tubuhnya! Jan ter Poorten lalu dimakamkan dekat kali itu. Rombongan van Noort  yang terlambat mengunjungi ter Poorten akhirnya kembali ke Sarmi.

Bagaimana dan mengapa ter Poorten meninggal dunia

Suatu kilas balik kepada kehidupan dan pekerjaan Jan ter Poorten memperjelas kematiannya. Untuk memulai tugas pemerintahannya di pedalaman Sarmi, ter Poorten bersama beberapa anggota polisi Papua berangkat ke kampung Moregul di sana. Selama dua tahun terakhir, pengayauan dilakukan di  Moregul, terletak di antara suatu kali yang berdekatan dan Sungai Mamberamo. Penduduk di kampung itu tengah mengadakan gerakan-gerakan yang menantikan datangnya Ratu Adil menurut kepercayaan mereka. Sementara menghadapi masalah sosial ini yang harus dipecahkannya, ter Poorten, seorang perasa, dihadapkan juga pada suatu tantangan lain dari dalam dirinya: penderitaan batin karena kecintaannya pada Mieke van der Veer,  jauh di pedalaman NG. Ini didorong juga oleh dirinya yang mengalami rasa sepi karena hidup seorang diri sebagai seorang lajang dan juga karena kesunyian yang dialaminya di pedalaman Sarmi. Sebagai akibatnya, dia makin menderita stres. Dia juga menderita sakit malaria yang berat.

Berangsur-angsur, penderitaannya menjadi begitu mendalam sehingga dia menderita gangguan mental. Dalam kondisi demikian, dia tidak mampu merawat dirinya sendiri. Guru Yosef Malinau yang mengetahui penderitaan berat ter Poorten lalu menyuruh Rachel dan Maria, dua orang gadis Papua Kristen asuhannya, menyediakan kebutuhan KPS itu, seperti makanan dan minumannya.

Gerakan penduduk pedalaman Sarmi menantikan tibanya Ratu Adil mereka tidak menciptakan kondisi yang menyenangkan bagi empat orang anggota polisi pembantu asal Papua. Suatu sore, mereka datang meminta izin kepada ter Poorten untuk kembali ke Sarmi. Ada kejadian-kejadian di Moregul yang tidak baik, mereka berdalih. Tapi ter Poorten melarang mereka pergi dan mereka kembali ke gubuknya.

Sesudah itu, berbagai rentetan kejadian aneh yang berkaitan dengan gerakan penantian munculnya Ratu Adil tersingkap. Dua sore kemudian, guru Ambon itu datang ke rumah ter Poorten. Dia memintanya ikut ke rumahnya. Yunus, salah seorang pembantunya, bertingkah laku aneh. Setibanya mereka di rumah Malinau, mereka menyaksikan Yunus berteriak-teriak dengan suara aneh, memakai kata-kata bahasa Inggris. Dia, menurut guru, sudah minum obat gila.

Kejadian lain melibatkan kepala kampung Moregul. Dia mengangkat dirinya menjadi Ratu Adil. Sambil memakai sesuatu mirip sebuah telepon, dia mencoba “menelepon” roh-roh orang mati. Ter Poorten yang tahu tentang keterlibatan kepala kampung itu, seorang wakil pemerintah di kampung itu,  datang dan menghancurkan “telepon” itu.

Bukan itu saja. Ter Poorten juga menyela upacara pemanggilan arwah-arwah oleh kepala kampung. Penduduk kampung itu marah dan ingin membunuhnya. Dia disuruh menyingkir tapi dia tidak percaya mereka akan membunuhnya. Mereka memang gagal membunuhnya.

Sesudah rentetan kejadian itu, Jan ter Poorten menderita malaria lagi. Dia terpaksa berbaring di tempat tidur lipat (pelbed) selama dua minggu. Dia juga menderita kesepian, menderita batin karena ingat pada Mieke van der Veer.

Dalam penderitaan lahir-batin demikian, dia menembak mati kepala kampung, sang Ratu Adil. Itu dia lakukan demi menegakkan ketertiban masyarakat dan wibawa pemerintah Belanda di kampung Moregul. (Pada zaman Belanda di Nieuw Guinea, kepolisian berada di bawah Departemen Dalam Negeri; karena itu, polisi di suatu tempat pemerintahan Belanda berada di bawah pegawai Departemen Dalam Negeri yang mengepalai tempat itu, seperti KPS, residen (semacam bupati), dan gubernur.)

Sesudah menembak mati kepala kampung, ter Poorten menyadari keadaan keamanan di tempat pos pemerintahan ada dan di tempat dia tinggal di pedalaman Sarmi akan makin buruk. Karena itu, dia memberitahu keadaan ini melalui sepucuk surat yang dia kirimkan kepada van Noort. Surat itu diantar Bonoban, seorang lelaki Papua yang menjadi seorang pembantu lain Guru Malinau, yang berjalan selama lima hari ke Sarmi.

Tapi mengira surat itu barangkali belum atau tidak tiba di tangan van Noort sementara keadaan keamanan di pos pemerintahan Belanda dan kediamannya akan lebih buruk, ter Poorten memutuskan untuk menempuh perjalanan di hutan menuju Sarmi. Kepergian Jan ter Poorten yang masih menderita lahir-batin itu diketahui Guru Yosef Malinau. Kuatir sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada KPS itu, Malinau dibantu dua belas orang Papua menyusul. Mereka menemui dan bergabung dengan dia.

Untuk mempercepat perjalanannya ke Sarmi, ter Poorten memakai sebuah rakit yang dibuat orang Papua untuk menempuh perjalanan selanjutnya melalui Sungai Mamberamo. Tapi mereka tidak mau ikut dia di rakit itu karena tahu bahaya yang bisa menimpa mereka dalam perjalanan itu, seperti aliran deras air sungai itu yang bisa membuat mereka terbalik, diseret aliran kencang air sungai, dan ancaman buaya. Kecuali Yosef Malinau dan dua orang Papua; meskipun mereka bertiga menyadari bahaya memakai rakit menuju Sarmi, mereka bersedia menemani ter Poorten dalam perjalanan yang berisiko itu.

Tapi di tengah perjalanan, Malinau dan kedua orang Papua yang tidak ingin lagi meneruskan perjalanan rakit karena sangat berbahaya menepi dan memilih jalan darat yang aman. Akhirnya, ter Poorten sendiri mengemudikan rakit ke laut, ingin mencapai Sarmi. Upayanya gagal: dia tewas dan hanyut dekat tepi suatu kali besar. Di situlah sebagian mayatnya ditemukan rombongan van Noort dan dimakamkan.

Pasca kematian ter Poorten

Bagaimana van Kampen mengetahui kilas balik kisah tragis yang menimpa Jan ter Poorten? Dia membaca laporan Guru Malinau dan orang Papua yang ikut bersama KPS itu pada rakit.

Mieke van der Veer kemudian sembuh dari sakitnya. Kematian ter Poorten memengaruhi jiwanya. Meskipun demikian, dia tetap melanjutkan pekerjaaannya di Danau Wissel.

Anthony van Kampen kemudian kembali ke Belanda dengan pesawat terbang lewat Batavia. Jungle Pimpernel akan kembali ke Paniai.

Kecintaan terhadap Nieuw Guinea Belanda

Sesudah meninggalkan Nieuw Guinea Belanda, apa yang paling bermakna baginya selama berada di daerah jajahan Belanda itu? Ada satu kesamaan yang dia temukan pada para pegawai Pemerintahan Dalam Negeri Belanda dan para misionaris Protestan dan Katolik dari Belanda dan Amerika Serikat yang hidup dan bekerja di Nieuw Guinea. Mereka semua menunjukkan “kecintaan yang besar dan dalam terhadap tanah ini ….” (226).

0 komentar: