BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 09 Maret 2011

3. Kecerdasan untuk Sukses

Successful intelligence
Judul: Successful Intelligence How Practical and Creative Intelligence Determine Success in Life

Penulis: Robert J. Sternberg

Penerbit: Simon & Shuster

Tempat dan Tahun Penerbitan: New York, 1996

Penerbitan bersampul tipis: New York, Dutton, 1997

Non-fiksi: 304 halaman

Kategori: PSIKOLOGI, PENDIDIKAN
***
Apakah ada jenis kecerdasan lain di luar IQ, kecerdasan kognitif? Ada, termasuk kecerdasan untuk sukses (successful intelligence). Apakah kesuksesan Tukul Arwana, presenter televisi tenar itu, hasil jerih-payahnya mengandalkan kecerdasan untuk sukses saja atau gabungan dari berbagai jenis kecerdasan, termasuk kecerdasan untuk sukses?

tukul arwana Tukul Arwana, sukses hanya karena kecerdasan untuk sukses?

Kecerdasan yang Banyak

Sebelum Daniel Goleman menerbitkan dan mempopulerkan karyanya yang penting, Emotional Intelligence (New York: Bantam, 1995), sudah ada pandangan bahwa kecerdasan manusia lebih dari sekadar kecerdasan kognitif (IQ). Muncul di awal 1980-an istilah “multiple intelligences”, kecerdasan yang banyak. Menurut teori ini, kecerdasan yang banyak mencakup sisi budaya dan biologis dari kecerdasan manusia. Kecerdasan itu sebenarnya lebih dari satu, malah lebih dari banyak kemampuan. 

Ada tujuh macam kecerdasan yang berbeda dan relatif berdiri sendiri. Meski berfungsi sebagai suatu sistem yang terpisah, setiap jenis kecerdasan ini bisa berinteraksi untuk menghasilkan apa yang nanti tampak sebagai kinerja kecerdasan. Ketujuh jenis kecerdasan itu mencakup kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematik, kecerdasan spasial (ruang), kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetika tubuh, kecerdasan antar-pribadi, dan kecerdasan intrapribadi.

Teori tentang kecerdasan yang banyak tadi diajukan oleh Howard Gardner dalam bukunya, Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (New York: Basic Books, 1983). Dia seorang ahli psikologi dari Universitas Harvard. 

Kita mungkin setuju atau tidak setuju dengan teori tentang kecerdasan yang banyak. Tapi secara mendasar kita perlu mengakui bahwa kecerdasan manusia itu macam-macam, tidak cuma IQ. Di samping kecerdasan kognitif, ada, misalnya, kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ), kecerdasan sosial (social intelligence), dan kecerdasan untuk sukses (successful intelligence).

Kecerdasan untuk Sukses

Teori kecerdasan untuk sukses Prof. Robert J. Sternberg berusaha melangkah lebih jauh dari IQ. Ia berupaya untuk memahami tidak hanya kecerdasan tapi juga kecerdasan untuk sukses dalam segala sisinya.

sternberg
Prof. Robert J. Sternberg

Menurut Sternberg, alat peramal paling bagus dari sukses dalam kehidupan kita sehari-hari adalah kecerdasan kreatif dan praktis. Kedua macam kecerdasan ini adalah ketrampilan mental khusus – yang berbeda dengan pikiran akademik seperti yang bisa diukur melalui tes IQ – dan adalah kunci untuk mencapai tujuan-tujuan paling penting dari kehidupan. 

Kata Sternberg, kecerdasan untuk sukses berbeda dengan kecerdasan kognitif dan emosional. IQ melibatkan prestasi akademik sementara kecerdasan emosional menyangkut jenis pikiran yang paling rapat dengan hubungan pribadi. Kecerdasan untuk sukses membutuhkan kemampuan dengan tiga macam pemikiran: kreatif, praktis, analitik. Orang yang mempunyai kecerdasan untuk sukses “pintar” mencapai prestasi. Mereka tahu bagaimana memanfaatkan kelebihan atau bakatnya sebaik-baiknya dan tahu cara-cara untuk mencapai tujuannya dalam batas-batas bakatnya. Mereka terkenal karena mempunyai motivasi, menguasai diri alias sabar, tekun atau ulet, dan merdeka. Mereka tahu bagaimana maju. Hebatnya, kecerdasan untuk sukses, menurut Sternberg, bisa diukur dan dikembangkan.

Jenis Kecerdasan Lain

Riwayat hidup Tukul Arwana, presenter televisi tenar itu, menunjukkan bahwa kesuksesannya di Jakarta tidak ditentukan oleh satu jenis kecerdasan. Dia malah menegaskan bahwa IQ-nya semasa sekolah tidak begitu menonjol. Jadi, kesuksesan dia di Jakarta mesti dicari pada jenis atau jenis-jenis kecerdasan lain, termasuk kecerdasan untuk sukses.

Tapi semua asas dan ciri kecerdasan untuk sukses – termasuk kecerdasan analitik, kreatif, dan praktis – masih belum mencakup beberapa segi dari kecerdasan Tukul. Dia sering menyiratkan afeksi dan nilai-nilai dasar sebagai faktor-faktor lain yang ikut membuatnya sukses dan terkenal.

Prof. Robert J. Sternberg tidak secara khusus memasukkannya ke dalam asas-asas dan ciri-ciri kecerdasan untuk sukses. Tapi dia memberikan info tentang kecerdasan yang terikat kepada kebudayaan. Kecerdasan dengan orientasi macam ini bisa menampung afeksi dan nilai-nilai dasar yang disebutkan tadi. Kemungkinan lain adalah dengan menampung afeksi dan nilai-nilai dasar tadi dalam konsep kecerdasan emosional atau spiritual.

Afeksi di balik kesuksesan Tukul


Dalam tip-tip suksesnya, Tukul menyebutkan kebaikan hati, rasa syukur pada hasil jerih-payah, dan kerendahan hati sebagai landasan afektif dari keberhasilan seseorang dalam kehidupannya. Karena menyadari dirinya tidak tampan, dia lebih banyak mengandalkan sifat-sifat baik dalam dirinya untuk sukses. Terhadap mereka yang menilainya jelek dari luar dan mengabaikan keindahan dari dalam dirinya, Tukul membalas: “Jelek luarnya, tapi di dalamnya wouw, my heart is good.” Sifat-sifat baik apakah yang dia andalkan untuk sukses? Ketekunan, kerja keras, kejujuran, pantang menyerah, berbaik sangka pada orang, tabah, sabar, berbuat baik kepada semua orang, hidup sederhana, tidak merugikan orang lain, dan lain-lain. Kemudian, rasa syukur pada hasil jerih-payahnya artinya menerima dengan rasa terima kasih “rezeki” yang diterimanya. Katanya: “Rezeki nggak boleh ditolak. Kalau kamu nolak rezeki, rezeki ngomong dengan bahasa rezeki. Biar rezeki lain juga nolak kamu.” Akhirnya, kerendahan hati Tukul menunjukkan bahwa dia menyadari kesementaraan sukses dan ketenarannya dan kekurangan yang ada pada dirinya. “Harta, kekayaan, popularitas itu hanya titipan,” dia menjelaskan. “Tidak ada yang perlu dibanggakan.” Dia juga rendah hati karena dia sendiri tidak bisa membanggakan dirinya yang tidak ganteng.

Ke jenis kecerdasan manakah afeksi Tukul ini bisa dimasukkan? Suatu kemungkinan adalah memasukkannya ke dalam kecerdasan emosional yang dikembangkan Daniel Goleman dalam bukunya yang terkenal, Emotional Intelligence. Buku ini berisi penyelidikan tentang komponen emosional dari kecerdasan, yaitu, tentang bagaimana perasaan memengaruhi pikiran dan bagaimana menanganinya.

Konsep nzelu


Bisa juga afeksi yang diungkapkan Tukul tadi menyiratkan suatu konsep budaya, khususnya nilai-nilai budaya yang dihormati umum, dari kecerdasan. Nilai-nilai budaya ini bisa bersumber pada agama Islam yang dianut Tukul atau pada sumber-sumber lain di luar agamanya. Mengingat Tukul seorang Jawa, ada kemungkinan afeksi yang ditunjukkannya ikut dipengaruhi afeksi khas orang Jawa, seperti yang bisa kita amati dari tata krama orang Jawa.

Seperti yang sudah dikatakan, salah satu tema umum dari kecerdasan adalah bahwa kecerdasan suatu bangsa atau komunitas seperti suatu kelompok etnik terikat pada kebudayaannya. “Bahasa, warisan turun-temurun, kebutuhan, dan kepercayaan suatu masyarakat bergabung untuk membentuk suatu pemahaman tentang kecerdasan yang cocok secara budaya,” Prof. Robert J. Sternberg menjelaskan.

Dia memberi suatu contoh yang sangat menarik dan relevan dengan tema umum ini ketika dia membahas konsep nzelu dari suku Chi-Chewas di Zambia, suatu negara di Afrika. Meski konsep ini mirip dengan konsep kecerdasan Barat, ia berbeda dalam banyak cara yang penting dengan konsep kecerdasan Barat. Konsep kecerdasan Barat berkiblat pada kecerdasan kognitif sementara konsep nzelu tampaknya mencakup “dimensi kearifan, kepintaran, dan tanggung jawab dalam konteks budaya Zambia.” Jadi, anak-anak Zambia, dibanding anak-anak Barat, belajar untuk menghargai konsep kecerdasan yang lebih luas dan diperkirakan akan menunjukkan jangkauan perilaku yang lebih luas yang bisa disebut kecerdasan dalam kebudayaannya.

Sternberg mengatakan nzelu mencakup beliefs – kepercayaan – tapi tidak menyebut religion – agama. Istilah pertama bisa berarti sesuatu yang kita percayai, terutama sebagai bagian dari agama kita. Kata kedua umumnya berarti kepercayaan akan adanya tuhan atau dewa-dewi, dan kegiatan yang berhubungan dengan penyembahannya. Ia juga bisa berarti suatu sistem iman yang didasarkan pada kepercayaan akan adanya tuhan atau dewa-dewi khusus. Dalam arti ini, iman bagian dari kepercayaan khusus. Dalam agama-agama monoteistik, tuhan itu ditulis dengan huruf t besar: Tuhan. Jadi, kepercayaan menurut pemahaman tadi bisa menjadi bagian dari agama.

Kalau secara longgar kepercayaan kita sebut sebagai agama, maka nilai-nilai religius menyiratkan kepercayaan dalam konsep nzelu. Nilai-nilai ini melandasai kecerdasan spiritual.

Dalam hubungan ini, afeksi Tukul yang bisa saja dibentuk oleh nilai-nilai religius dan nilai-nilai budaya Jawa memperluas pemahaman kita tentang kecerdasan. Tukul tidak saja memiliki kecerdasan untuk sukses; dia juga memiliki kecerdasan yang lebih luas – kecerdasan yang terikat kepada kebudayaan bangsa Indonesia, khususnya kelompok etnik Jawa, terutama penganut Muslim.

Tema umum tentang kecerdasan yang terikat pada kebudayaan suatu bangsa atau komunitas, seperti yang diperjelas melalui konsep nzelu, bisa menjelaskan tip-tip sukses lain dari Tukul. Tip-tip ini mengacu pada nilai-nilai religius sebagai pedoman praktis untuk meraih sukses. Nilai-nilai itu adalah kerja keras dan jujur, sikap menghargai orang lain, dan kualitas ibadah. Tampaknya, pengalaman hidupnya sebelum menjadi OKB menuntunnya dengan satu dan lain cara menemukan nilai-nilai religius sebagai sumber kearifannya untuk meraih sukses dan ketenaran. Kalau memang demikian, Tukul menunjukkan bahwa konsep kecerdasan yang terikat pada kebudayaan suatu bangsa atau komunitas bukan saja benar melainkan juga memperluas konsep kecerdasan itu sendiri.

Apa Kecerdasan Tukul Riyanto Renaldy Arwana?

Sejauh yang kita pahami tentang kecerdasannya, Tukul memiliki kecerdasan yang baik. Sebagian dari kecerdasannya, menurut kleim beberapa orang, bersifat kognitif. Sesuai dengan tujuan tulisan ini, dia juga mempunyai – sampai batas tertentu – kecerdasan untuk sukses. Sebagian asas dan ciri-ciri kecerdasan untuk sukses bisa ditemukan pada kecerdasannya. Selain itu, dia diperkirakan mempunyai kecerdasan emosional dan spiritual. Dalam tema umum tentang kecerdasan yang terikat pada kebudayaan, dia juga menunjukkan kecerdasan jenis ini. Jadi, konsep kecerdasan yang lebih luas dari IQ dan kecerdasan untuk sukses bisa ditemukan dalam kisah sukses Tukul.

tukul arwana1 Gaya khas Tukul Arwana sebagai seorang presenter tenar

Kecerdasan yang lebih luas dari sekadar kecerdasan untuk sukses karena menyiratkan juga nilai-nilai bukan hal baru. Albert Einstein, ilmuwan jenius abad ke-20 itu pun, malah tidak sepakat kalau kecerdasan dibatasi saja pada sukses. Majalah Life (terbitan di Amerika Serikat) 2 Mei 1955 mengutip kata-kata bijaknya kepada generasi muda AS: “Try not to become a man of success, but rather try to become a man of values (Janganlah mencoba menjadi seseorang yang memiliki sukses, tetapi lebih dari itu cobalah menjadi seseorang yang memiliki nilai-nilai).” Kecerdasan Tukul Arwana sudah mencakup tidak saja sukses tapi juga nilai-nilai.

Robert J. Sternberg

Siapa itu Robert J. Sternberg? Dia lulusan Phi Beta Kappa – suatu istilah untuk lulusan dengan prestasi bagus – dari Universitas Yale, Amerika Serikat, 1972. Dia mempunyai gelar doktor (Ph.D.) dari Universitas Stanford juga di AS tahun 1975. Kemudian, dia menjadi Profesor Psikologi dan Pendidikan IBM pada Jurusan Psikologi Yale. Selain itu, Profesor Sternberg anggota Akademi Amerika untuk Kesenian dan Sains dan juga anggota Perhimpunan Amerika untuk Pemajuan Sains, Perhimpunan Psikologi Amerika, dan Masyarakat Psikologi Amerika. Dia diakui majalah Science Digest sebagai salah satu dari seratus ilmuwan muda Amerika Serikat. Dia juga menerima banyak hibah dan anugerah dan sudah menulis lebih dari empat puluh buku dan lebih dari lima ratus artikel dan makalah riset.

Catatan: Pembahasan yang rinci tentang kecerdasan untuk sukses dan Tukul Arwana sebagai suatu kasus jenis kecerdasan ini bisa Anda baca di http://ringkasan-infoiptek21.blogspot.com, blog yang juga memberi kami izin untuk menerbitkan suatu ringkasan dari rangkaian artikelnya.

0 komentar: