BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 10 Maret 2011

4. Citra-Citra Alkitabiah dalam Mitologi China

Mitologi China & Kisah Alkitab
Judul: Mitologi China & Kisah Alkitab (Edisi Revisi)

Penulis: J.S. Kwek

Tempat, Penerbit, Tahun: Yogyakarta, Penerbit ANDI, 2006

Non-fiksi

Kategori: KEBUDAYAAN/PERADABAN DAN AGAMA

Mitologi, mitos, dan legenda biasanya dihubungkan dengan kisah-kisah atau gagasan-gagasan yang tidak benar. Tapi ketiga-tiganya punya arti lain. Mitologi bisa juga berarti mitos-mitos kuno pada umumnya; ia juga bisa berarti mitos-mitos kuno suatu kebudayaan, masyarakat, dan seterusnya, yang khusus. Mitos berarti juga suatu cerita zaman kuno, terutama cerita yang dikisahkan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa alami atau untuk memerikan sejarah awal suatu bangsa. Sementara itu, legenda adalah suatu cerita zaman kuno tentang orang dan peristiwa, yang boleh jadi benar atau bohong.

Lebih dari Mitos, Legenda, dan Adat Istiadat

Penjelasan arti ketiga istilah yang saling berkaitan tadi ada kaitannya dengan edisi revisi sebuah buku karya J.S. Kwek, Mitologi China & Kisah Alkitab (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2006). Apakah arti “mitologi” best seller ini sama dengan arti umumnya tadi? 

Ternyata Kwek, 26, seorang pria keturunan China kelahiran Sumatra yang pada tahun 2006 melanjutkan studinya di Toronto, Kanada, mencakup dalam mitologi lebih dari istilah mitos, legenda, dan adat istiadat. Karyanya mencakup juga karya sastra, ideogram, lembaga sosial, gaya hidup, motif dan simbolisme dalam adat istiadat, dan ritual penyembahan orang-orang China kuno. Karena itu, frasa “mitologi China” yang dimaksudkan Kwek lebih luas cakupannya dari sekadar mencakup mitos, legenda, dan adat istiadat China. Mitologi ini masih dipercayai dan dipraktekkan oleh orang-orang China masa kini, terutama yang belum Kristen.

Berisi Citra-Citra Alkitabiah

Yang mencengangkan saya ialah bahwa mitologi ini berisi citra-citra alkitabiah. Sebagian besar mengacu pada citra-citra Perjanjian Lama. 

Konsep ch’i dan feng shui, misalnya, secara mengherankan mengacu masing-masing pada napas hidup yang dihembuskan Allah ke hidung Adam sehingga dia menjadi makhluk hidup dan sifat-sifat Roh Kudus. Begitu membaca kesejajaran makna antara ch’i dan feng shui di satu pihak dan napas hidup dan sifat-sifat Roh Kudus di pihak lain, saya segera ingat pada ke-10 suku Israel yang terhilang. Dengan satu atau lain cara, mereka diperkirakan sudah memengaruhi mitologi China kuno dan meninggalkan di dalam kebudayaan China kuno kesejajaran makna tadi.

Ternyata saya keliru. Penulisnya kurang yakin kesejajaran makna ini berasal bukan dari pengaruh ke-10 suku Israel yang terhilang melainkan dari salah satu dari ke-12 suku Israel. Dia juga kurang yakin citra-citra alkitabiah dalam mitologi China kuno berasal dari pengaruh para misionaris Barat atau Kaum Jesuit yang masuk ke daratan China pada zaman kekaisaran. Tapi dia tidak menjelaskan mengapa dia kurang yakin pada pengaruh langsung salah satu dari suku-suku Israel kuno ini dan dari para misionaris Kristen dan Katolik dari Barat.

Pewahyuan Allah kepada Leluhur China

Menurutnya, citra-citra alkitabiah dalam mitologi China itu  hasil pewahyuan Allah kepada “leluhur orang China melalui alam semesta ciptaan-Nya dan hati nurani manusia.” Untuk mendukung pikiran dasarnya, dia mengutip tiga bagian bacaan Alkitab. Pertama, Roma 3:29. Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-hangsa lain? Ya benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! Kedua, Roma 2:14-15. Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat (perintah Allah melalui Musa – tambahan J.S. Kwek) oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi (pewahyuan melalui hati nurani – tambahan Kwek). Ketiga, Kisah Rasul 14:16-17. Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu (pewahyuan melalui alam semesta – tambahan Kwek). Ia memuaskan hatimu dengan makanan (hasil panen – tambahan Kwek) dan kegembiraan. Pendek kata, Allah bagi semua bangsa yang menetapkan hukum-Nya di hati mereka dan mewahyukan diri-Nya pada mereka melalui alam semesta itulah Allah yang mewahyukan diri-Nya juga kepada leluhur orang China.

Kapan Allah mewahyukan diri-Nya pada para leluhur itu? Jauh sebelum Musa berjumpa dengan Yahweh di semak berduri yang menyala-nyala (sekitar 3300-3500 tahun yang lalu); sebelum Jepang, Korea, Taiwan, Hong Kong dan Singapura terbentuk sebagai negara dan sebelum terbentuk juga beberapa peradaban Indo-China; tapi sesudah India ada. Wahyu ilahi itu diturunkan kepada leluhur orang-orang China sekitar 4.000-5.000 tahun yang lalu.

Citra-citra alkitabiah apa saja yang diwahyukan dan melandasi kebudayaan dan peradaban China? Macam-macam. Ini diuraikan dalam 23 bab yang dikelompokkan dalam empat bagian: Akar Peradaban China Kuno, Kenangan China Kuno, Praktek China Kuno, dan Pengetahuan China Kuno. 

Hun Dun mencitrakan pra-Penciptaan dalam Perjanjian Lama

Kisah pra Penciptaan dalam Kejadian 1 Perjanjian Lama dicitrakan oleh Hun Dun yang dilubangi Shu dan Hu. Sebelum Penciptaan ada kekacaubalauan; Hun Dun, suatu tokoh mitologis yang tidak bisa melihat, mendengar, dan bernapas adalah perlambang kekacaubalauan itu. Dia dilubangi setiap hari oleh Halilintar, gabungan Shu dan Hu. Pada hari yang ketujuh, Hun Dun yang digali itu akhirnya hancur atau mati. Dari kematiannya terciptalah langit dan bumi.”Ini merupakan pengetahuan orang China [kuno tentang] kisah Penciptaan menurut Alkitab,” kata J.S. Kwek.

Adam dan Hawa versi mitologi China kuno

Pasangan Adam-Hawa alkitabiah pun ada versinya dalam mitologi China kuno. Pasangan mitologis ini disebut Fu Xi atau Fu Hsi (Adam) dan Nu Wa atau Nu Gua (Hawa). Berbeda dengan Adam-Hawa alkitabiah, cikal bakal bangsa China ini adalah pasangan manusia dewa bertubuh mirip ikan, terkadang ular, dan hidup di zaman pasca air bah.Mirip dengan kisah Penciptaan dalam Kejadian 1, Fu Xi dan Nu Wa diciptakan di Gunung Kun Lun, suatu citra mitologis tentang Taman Eden dalam Kitab Kejadian.

Contoh-contoh tadi berasal dari bagian pertama buku Kwek: Akar Peradaban China Kuno. Contoh-contoh bagian kedua, Kenangan China Kuno, dibatasi pada ch’i dan feng shui. 

Ch’i citra nafas hidup, feng shui citra sifat Roh Kudus

Seperti yang sudah disinggung, ch’i adalah suatu citra mitologis tentang nafas hidup dan feng shui adalah suatu bayangan tentang sifat-sifat Roh Kudus dalam Alkitab. Kejadian 2:7 mengisahkan proses penciptaan manusia pertama, Adam. Dia dibentuk Allah dari debu tanah dan dihembuskan nafas hidupnya oleh Allah ke dalam hidungnya – jadilah dia makhluk yang hidup. 

Tapi ch’i tidak sekadar udara yang kita hirup. Ch’i atau nafas hidup yang dihembuskan Allah ke dalam hidung Adam sebenarnya adalah “Roh Allah”, tulis J.S. Kwek. Ch’i dalam arti spiritual inilah yang dicari-cari para pakar feng shui.

Sayang, ch’i dalam arti spiritual ini tidak lagi utuh dalam diri manusia sesudah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Dia mengalami kematian rohani, kematian yang di dalamnya Roh Allah, roh yang memberi hidup pada tubuh jasmaninya, meninggalkan dia.Oleh para pakar feng shui, Roh Allah atau Ch’i ini mereka identifikasi sebagai energi yang esensial.

Mereka harus mencari kembali Ch’i dalam artian tadi. Ini suatu keharusan upaya yang secara sadar atau tidak mengantisipasi kembalinya Ch’i, yaitu napas hidup atau Roh Allah yang hilang itu, kepada manusia di dalam dan melalui penyaliban dan kebangkitan Yesus. 

Ch’i sebagai Roh Allah begitu penting bagi orang Cina kuno sehingga mereka mengibaratkannya sebagai darah. Tanpa darah, manusia akan mati. Ch’i adalah juga napas atau energi yang akan lenyap ketika manusia mati. Tapi sebagai suatu gambaran Roh Kudus, Ch’i tinggal dan bergerak dalam tubuh orang yang percaya kepada Yesus. 

Dalam sejarah perkembangannya, Ch’i diterapkan dengan berbagai cara. Ch’i menjadi sumber kesembuhan orang Cina. Ilmu kedokteran kuno China mengembangkan ilmu akupunktur yang mengidentifikasi titik-titik darah pada tubuh orang sakit, titik-titik yang disebut “titik peredaran Ch’i” untuk menyembuhkan orang sakit. Ch’i yang diakumulasi dalam diri manusia disalurkan melalui ilmu bela diri atau ilmu olah napas khas China seperti Kung Fu, Chi Kung, dan Tai Chi. Akumulasi Ch’i diyakini bisa menghasilkan kekuatan, kecepatan, dan daya tahan tubuh yang luar biasa.

Sayang, pengetahuan orang China kuno tentang Ch’i sebagai Roh Allah kemudian mengalami degradasi dan penyimpangan makna dan praktek. Mereka yang awam sudah menjadikan Ch’i sebagai tenaga dalam, sejenis energi yang hanya bisa diperoleh melalui meditasi, seperti yang sering dipraktekkan para ahli Kung Fu, Chi Kung, Tai Chi, Yoga, dan beberapa cabang ilmu gerakan Zaman Baru. Ini, kata Kwek, adalah praktek aliran kebatinan yang memberi peluang pada pengaruh Iblis.

Selain sebagai Ch’i, orang-orang China kuno tampaknya paham bahwa Roh Allah, seperti yang disaksikan dalam Alkitab, punya sifat seperti angin dan air. Mereka lalu mencitrakan kedua sifat ini melalui kata feng (angin) dan shui (air). Mengherankan bahwa sifat-sifat feng shui sama dengan sifat-sifat Roh Kudus tadi. Seperti Roh Kudus, feng atau angin tidak kasat mata tapi alirannya bisa dirasakan di mana-mana dan menyegarkan. Seperti Roh Kudus juga, shui atau air memberi hidup, membersihkan, menyegarkan.

Secara praktis, feng shui diterapkan masa kini untuk menetapkan lokasi yang baik dari suatu rumah. Dalam kaitan ini, para pakar feng shui tidak akan menganjurkan lokasi rumah yang punya sha ch’i atau daya bunuh, seperti lokasi “tusuk sate” dari suatu rumah. Lokasi ini punya ch’i yang jahat, yang membawa bencana, kerugian, dan kegagalan.

Sayang, praktek feng shui masa kini sudah menyimpang dari asal usul spiritualnya di masa lampau. Sekarang, feng shui sudah mempraktekkan okultisme, mistisisme, dan penyembahan berhala. 

Ideogram China menyembunyikan pesan Alkitab

Sangat menarik membaca bab 12, bab tentang ideogram China. Tulisan gambar atau huruf gambar China ini sudah dipakai sejak sekitar 5.000 tahun yang lalu.

Ideogram orang China kuno “menyembunyikan pesan-pesan Alkitab yang tidak banyak diketahui orang China modern, tetapi merupakan warisan leluhur bangsa China.” Misalnya, ideogram bahasa Mandarin untuk “lahan” atau “taman” dibaca sebagai tian. Ia citra satu petak tanah yang di dalamnya terdapat sebuah simpang empat. Petak tanah ini adalah kenangan orang China kuno akan sebuah taman yang dialiri empat buah cabang sungai. Tian adalah karakter Mandarin yang memerikan Taman Eden, seperti yang diperikan dalam Kejadian 2:10.

Imlek mirip perayaan Paskah Yahudi

Bagian tiga, Praktek China Kuno, membahas okultisme, adat, dan budaya bangsa China. Suatu hari raya populer golongan China di Indonesia yang sudah saya tahu sejak awal 1960-an adalah Imlek. Tapi tidak sekalipun saya tahu bahwa Imlek punya kemiripan dengan perayaan Paskah Yahudi kuno. Kemiripan inilah yang dijelaskan J.S. Kwek.

Imlek adalah tahun baru orang China. Inti perayaan Imlek adalah pengusiran Iblis, sang ular, roh jahat, kuasa kegelapan dari kehidupan setiap keluarga orang China. Iblis ini diusir dengan memakai berbagai atribut – petasan merah, dui lian (kertas merah dengan kata beruntai), lampion merah, barongsai, dan lain-lain.

Perayaan Imlek mengingatkan kita pada perayaan Paskah Yahudi kuno. Paskah ini adalah tahun baru orang Yahudi. Mirip perayaan Imlek, perayaan Paskah Yahudi bertujuan untuk mengusir malaikat maut.

Warna merah berbagai atribut perayaan Imlek pun mengingatkan kita pada warna merah darah kambing domba dalam perayaan Paskah Yahudi. Ketika masih menunggu dibebaskan Musa dan Harun dari perbudakan di Mesir kuno, umat Israel diminta menyapukan kosen setiap rumahnya dengan darah merah binatang korban tadi. Ketika malaikat maut yang akan membunuh anak sulung keluarga Mesir kuno lewat di depan rumah mereka melihat sapuan darah merah itu, dia (atau mereka) tidak akan membunuh anak sulung keluarga Israel. Mirip dengan Paskah pertama orang Yahudi ini, orang China yang merayakan Imlek menempelkan dui lian – kertas merah – pada kosen pintu untuk mengusir nian, “malaikat maut”, supaya dia tidak memangsa mereka.

Lung mirip malaikat dalam Alkitab

Bagian terakhir, Pengetahuan China Kuno, membahas malaikat, lung (malaikat dalam berbagai bentuk), mutiara api, lambang pemerintahan, phoenix api, unggas versus reptil, dan lung phoenix. Lung menarik untuk dibicarakan lebih lanjut.

Ada kesejajaran peranan malaikat dalam Alkitab dan peranan lung dalam mitologi China kuno. Pertama, kedua-duanya adalah pembawa pertolongan atau berkat dari Tuhan – disebut Shang Ti – kepada manusia. Kedua, kedua-duanya pembawa hukuman atau kutukan dari Tuhan. Ketiga, kedua-duanya adalah penjaga. Keempat, kedua-duanya ikut berperang. Kelima, kedua-duanya bertindak sebagai imam. 

Sayang, konsep lung kuno itu yang sama dengan konsep malaikat dalam Alkitab kemudian bergeser. Sesudah konsep Shang Ti yang monoteistik ditinggalkan dan digantikan dengan konsep politeistik, peranan malaikat zaman kuno berubah. Alih-alih menjadi sumber berkat Allah, lung lalu menjadi pembawa berkat atas namanya. Lung – kemudian menjadi Tatsu di Jepang – berubah peranan menjadi dewa pembawa hujan bagi orang China dan Jepang.

Tujuan Utama Mitologi China & Kisah Alkitab

Apa tujuan utama Mitologi China & Kisah Alkitab? J.S. Kwek secara tidak langsung menjawab bahwa tujuan karyanya adalah untuk menunjukkan suatu “titik pertemuan antara iman Kristen [dan] budaya dan falsafah kehidupan orang China . . .” dan untuk memelihara adat dan kebudayaan China yang sesuai dengan perintah Allah. Boleh dikatakan tujuan ini suatu bagian dari penginjilan kontekstual karena tidak melepaskan Injil dari konteks adat dan kebudayaan China yang dituntun secara alkitabiah.

Ini suatu tujuan yang realistis dan bijaksana. Penginjilan yang menghapus sama sekali kebudayaan suatu bangsa menghancurkan identitas bangsa itu. Ini bukan doktrin alkitabiah tentang kekayaan yang beraneka ragam dari ciptaan Allah.

Masih Ada Tremendous Fascination and Awe?

Meskipun demikian, saya masih belum tahu apakah tujuan utama ini saja efektif untuk menginjili orang-orang China masa kini yang dipengaruhi mitologi kunonya. Suatu pembahasan tentang mitologi yang ingin mencapai tujuan utama tadi menyiratkan suatu asumsi bahwa mitologi masih besar pengaruhnya pada hati, jiwa, dan akal budi orang China, khususnya mereka yang belum menjadi Kristen. Terutama melalui pemahaman tentang kesejajaran makna antara citra mitologis China kuno dalam roh orang China dan citra alkitabiah dalam Alkitab dan pemahaman tentang keunggulan citra alkitabiah atas citra mitologis ini, orang China yang masih dipengaruhi mitologinya diharapkan akan menjadi pemeluk Kristen. Kuasa spiritual yang menggerakkan mereka adalah daya pesona yang menakutkan dan menggentarkan hati (tremendous fascination and awe) dari citra mitologis dan alkitabiah. Mereka akan beralih iman kalau kuasa spiritual dari citra alkitabiah lebih unggul, lebih bermakna, daripada citra mitologis dalam dirinya. Dengan kata lain, suatu pembahasan tentang penginjilan yang memakai mitologi sebagai suatu jembatan komunikasi tidak akan efektif kalau mereka yang dinjili sudah kehilangan kuasa dari mitologinya sendiri. Apakah tremendous fascination and awe ini masih ada dalam diri orang-orang China yang masih dipengaruhi mitologi kunonya? (Celly)

0 komentar: